Kamis, 12 Februari 2009

STRATEGI DAN METODE DALAM
TEKNOLOGI INSTRUKSIONAL
Oleh : Maswan

A. Strategi Pembelajaran
Strategi adalah sebuah kata yang diserap dari bahasa Inggris yaitu strategic yang berarti menurut siasat, bersiasat. strategis berarti ilmu siasat perang. Kata strategic akhirnya diserap dalam bahasa Indonesia menjadi strategi.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonseia strategi berarti (1) siasat perang, (2) ilmu siasat perang, (3) tempat yang baik menurut siasat perang, (4) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Strategi kemudian dipakai dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses belajar mengajar guru di dalam kelas. Strategi dalam sistem instruksional (sistem pembelajaran) diartikan sebagai kegiatan guru dalam melaksanakan rencana pengajaran. Strategi pembelajaran berarti rencana yang dilakukan secara cermat oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan siasat, taktik, kebijakan dan cara agar dapat mencapai tujuan. Ibarat di medan perang, guru sebagai pemimpin atau komandan di dalam proses belajar mengajar yang dalam hal ini ada keterkaitan erat dengan komponen lain dalam sistem pembelajaran, yaitu adanya siswa, tujuan yang ingin dicapai, materi atau bahan pelajaran, sumber belajar, media atau alat, metode dan alat evaluasi, diatur dan diolah dengan siasat atau strategi untuk mencapai kesuksesan.
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1995:5), secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar, mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menyampaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dalam proses pengajaran, komponen sistem instruksional dipola dan didesain dengan perencanaan yang cermat dan matang oleh guru dengan hrapan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Di kelas guru sebagai pendidik, pembimbing, pemimpin, administrator dan sebagai fasilitator di dalam proses pembelajaran mempunyai tanggung jawab besar untuk mengantarkan anak didiknya agar menjadi manusia yang berkualitas. Konsekuensi logisnya, guru dituntut menguasai berbagi strategi dan teori yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya.

B. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-langkah tugas pembelajaran mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar sudah disiati dan diatur degan matang.

1. Perencanaan
Sebelum guru melaksanakn tugas mengajar di dalam kelas, kegiatn guru secara administratif harus mempersiapkan perangkat yang digunakan. Perencanaan yang dilakukan oleh guru, sebelum masuk kelas melaksanakan tugas mengajar, hal-hal yang perlu siapkan adalah:
a. Menyiapkan bahan ajar, yang diambil dari beberapa sumber (buku-buku referensi, surat kabar, majalah dan sumber lain yang memnuat bahan ajar).
b. Menyiapkan media, alat atau sarana yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pengajaran.
c.. Menyiapkan perangkat administrasi pembelajaran yang berupa:
(1) Silabus.
Menyusun silabus secara lengkap yang menuat, tentang keterangan sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pe,mbelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. (contoh terlampir)
(2). Rencana Pelamsanaan Pembelajaran (RPP).
Menyusun RPP secara lengkap memuat; tentang identitas mata pelajaran, kelas. Semester, pertemuan ke, alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan, materi ajar, metode, langkah-langkah, alat/media, sumber belajar dan penilaian. (contoh terlampir)
(3). Menyusun Daftar Hadir.
Menyusun daftar hadir siswa yang memuat tentang, nama mata pelajaran, nama guru mapel, tahun pelajaran, kelas/program, nomor urut, nomor induk siswa, nama siswa, kolom kehdiran dan keterangan.(contoh terlampir)
(4). Daftar nilai siswa.
Menyusun daftar nilai sisw yang memuat tentang, nama pelajaran, nama guru mapel, tahun ajaran, kelas, nomor urut, nomor induk siswa, nama siswa, kolom nilai (kognitif, psikomotor, afektif), nilai tengah semester, nilai alhir semester (contoh terlampir)
(5). Jurnal pertemuan tatap muka.
Menyusun jurnal pertemuan tatap muka yang menuat tentang, nama pelajaran, nama guru, tahun ajaran, semester, kelas, nomor urut, hari/tanggal pertemuan, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode yang digunakan, waktu, keterangan siswa yang tidak ikut, tanda tangan guru (contoh terlampir)











Contoh Silabus

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM MATHALIBUL HUDA
MADRASAH ALIYAH (MA)
MATHALIBUL HUDA MLONGGO JEPARA
Alamat: Jln. Raya Jepara Bangsei Km 09 Mlonggo Jepara 59452
Tlp./Fax. (0291) 599411, E-mail mamalida@telkom.net
___________________________________________________________________

SILABUS


KELAS XII SEMESTER 1

Nama Madrasah : MA Mathalibul Huda Mlonggo Jepara
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XII
Semester : 1
Standar Kompetensi : Mendengarkan
1. Memahami informasi dari berbagai laporan
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/Alat
1.1Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan

Laporan
· Laporan kegiatan OSIS
· Laporan kegiatan ekstrakurikuler

· Mendengarkan laporan dari suatu kegiatan
· Mencatat pokok-pokok isi laporan
· Membedakan kalimat yang berupa fakta dan yang berupa opini (pendapat)

· Mencatat pokok-pokok isi laporan
· Membedakan kalimat yang berupa fakta dan yang berupa opini (pendapat)


Jenis Tagihan:
· tugas kelompok
· laporan

Bentuk Instrumen:
· uraian bebas
· pilihan ganda
· jawaban singkat
4
Teks laporan dari media cetak/ elektronik

Laporan kegiatan ekstrakulrikuler sekolah setempat
1.2Mengomentari berbagai laporan lisan dengan memberikan kritik dan saran
Laporan
· Laporan kegiatan OSIS
· Laporan kegiatan ekstrakurikuler

· Mendengarkan laporan dari suatu kegiatan
· Mengemukakan kritik a isi laporan secara logis
· Memberikan saran untuk perbaikan laporan

· Mengemukakan kritik isi laporan
· Memberikan saran untuk perbaikan laporan

Jenis Tagihan:
· tugas kelompok

Bentuk Instrumen:
-uraian bebas
-pilihan ganda
-jawaban singkat
4
Teks laporan dari media cetak/ elektronik

Laporan kegiatan ekstrakulrikuler sekolah setempat

Jepara, 21 Juli 2008
Mengetahui,
Kepala MA MH Mlonggo Jepara Guru Mata Pelajaran

Drs. H. SUGIWANTO Drs. MASWAN

Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Madrasah : MA MATHALIBUL HUDA MLONGGO
Mata Pelajaran : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Kelas/Semester : XII/I

Standar Kompetensi : Memahami Informasi dari Berbagai Laporan

Kompetensi Dasar : Membedakan Fakta dan Opini dari Berbagai Laporan
Lisan.

Indikator :
1. Mencatat pokok-pokok isi laporan.
2. Membedakan kalimat yang berupa fakta dan opini (pendapat)

Waktu : 4 x 45 menit (2 pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran : - Siswa dapat membedakan antara fakta dan opini
dari berbagai laporan lisan.

B. Materi Pembelajaran : - Laporan secara Lisan

C. Methode Pembeajaran : 1. Ceramah
2. Induiri
3. Tanya jawab

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
Pertemuan I (pertama) : a. Kegiatan Awal
Apersepsi
- Motivasi
- Stimulasi
b. Kegiatan Inti
1. Mendengarkan laporan kegiatan ekstrakurikuler
di sekolah
2. Mendengarkan laporan program kegiatan OSIS
di sekolah.
3. Mencatat pokok-pokok kegiatan ekstrakurikuler
di sekolah
4. Mencatat pokok-pokok laporan program OSIS
di sekolah.
c. Kegiatan Akhir
Evalusai Umum

Pertemuan II (Kedua) : a. Kegiatan Awal
-Apersepsi
-Motivasi
-Stimulasi
b. Kegiatan Inti
1. Mendengarkan laporan kgiatan OSIS dan kegiatan
Ektrakurikuler di sekolah.
2. Membedakan kalimat yang berupa fakta dan opini
3. Menentukan kalimat yang berupa fakta dan opini
4. menunjukkan contoh kalimat fakta dan kalimat opini
c. Kegiatan Akhir:
Evaluasi

E. Sumber Belajar : 1. Buku komposisi
2. Buku ajar Bahasa Indonesia

F. Penilaian : a. Jenis Tagihan : Tugas Individu
Tugas Kelompok
b. Bentuk Tagihan ; Uraian Bebas
Pilihan ganda

Jepara, 21 Juli 2008
Mengetahui,
Kepala MA MH Mlonggo Guru Mata Pelajaran


Drs. H. SUGIWANTO Drs. MASWAN















2. Pengorganisasian.
Dalam pelaksanaan tugas mengajar, guru mengatur bagian-bagian dalam proses pembelajaran dengan melakukan serangkaian aktivitas untuk mencapai tujuan yang maksimal. Pengoranisasian dalam proses belajar mengajar di kelas, lebih ditekankan pada pengelolaan dan pengaturan bagian-bagian yang terlibat dalam proses belajar mengajar tersebut, untuk menciptalan kondisi kelas agar serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan lancar. Dalam pengorganisasian kelas, guru dituntut untuk melakukan tindakan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Mengatur keadaan peserta didik, dengan cara mengarahkan dan memberi motivasi agar sauasana kelas dalam keadaan siap untuk menerima pelajaran dengan rasa senang, nyaman dan bergairah.
b. Mengatur hubugan kerjasama antara guru dan murid, murid dan murid dalam proses belajar mengajar.
c. Mengatur pembagian tugas dalam proses pelaksanaan belajar mengajar.
d. Mengatur rumusan program kegiatan belajar mengajar secara sistematis
e. Mengatur situasi dan kondisi secara kondusif dalam pencapaian tujuan belajar mengajar
f. Mengatur persiapan materi, sunber bahan, alat/media, metode dan sarana yang diperlukan dalam proses belajar mengajar.

3. Pelaksanaan Pengajaran
Strategi belajar mengajar di kelas, seorang guru pada saat masuk kelas dengan bekal persiapan yang mantap dan sudah mampu mengorganisir kelasnya, maka langkah berikutya adalah pelaksanaan pengajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, langkah yang ditempuh adalah;
a. Prapengajaran:
Tahap awal ini guru melakukan hal-hal sebagai berikut;
(1). Memperhatikan seluruh isi kelas, apakah proses belajar mengajar sudah siap dimulai?
(2). Mengontrol jumlah siswa yang hadir dan yang tidak hadir berapa?
(3), Menanyakan kepada peserta didik mengenai materi yang pernah diberikan pada pertemuan sebelumnya, apakah mereka sudah mengerti atau belum?.
(4). Menerangkan kembali secara singkat materi yang sudah pernah diajarkan, dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan.
b. Pelaksanaan pengajaran
Tahap pelaksanaan mengajar adalah guru berperan untuk menyampaikan materi yang akan dibahas. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini guru mengacu dan berpedoman pada apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Proses pelaksanaan pengajaran melakukan kegiatan dengan ketentuan sebgai berikut:
(1). Menyampaikan materi pokok pembelajaran
(2). Menjelaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar mengenai materi tersebut.
(3). Menjelaskan tujuan pembelajaran dan indikator setelah mempelajari materi tersebut.
(4). Membahas materi pelajaran, yang disesuaikan dengan teknis dan metode yang telah ditetapkan
(5). Menunjukkan dan memperagakan, jika materi tersebut perlu dijelaskan dengan media atau alat pembelajaran
(6). Memberi tugas pembelajaran agar perseta didik aktif berperan, baik secara mandiri atau berkelompok..
(7). Memberiikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas, bertanya dan menginterpretasikan materi yang dipelajari.
(8). Menyimpulkan hasil pembelajaran dari materi yang bahas.

4. Evaluasi atau penilaian.
Setelah selesai pembahasan materi, dalam satu tatap muka, maka guru mengadakan evalusai hasil belajar dengan cara :
a. Menanyakan peserta didik mengenai materi yang telah dibahas, dengan cara lisan atau tertulis.
b. Menerangkan materi kembali, jika evaluasi tidak dapat mencapi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
c, Agar siswa mempunyai aktivitas dan pendalaman materi pembahasan, dan sekaligus untuk memperoleh nilai maksimal, peserta didik diberi tugas kokurikuler.
d. Pada akhir pembelajaran, peserta didik sudah diberitahu materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

C. Metode Pembelajaran
Metode asal kata dari bahasa Inggris adalah method yang berarti cara. Dalam bahasa Indonesia, menjadi metode yang berati cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guru mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode mengajar adalah cara yang digumakan oleh pendidik (guru-disekolah) untuk menyampaikan bahan pembelajaran kepada peserta didik agar dapat menerima dengan mudah apa yang dilakukan dalam proses belajar mengajar tersebut. Metode mengajar dapat juga sebagai teknik dalam menyampaikan pesan-pesan atau nilai-nilai yang terkadung dalam materi pengajaran oleh guru kepada peserta didik agar dengan mudah memahami, dan mengerti. Oleh karena itu guru dalam memilih metode mengajar, diharapkan agar mampu menumbuhkan situasi proses belajar mengjar yang yang aktif, kreatif, merangsang minat belajar dengan rasa senang atau gembira.

1. Prinsip Pemilihan Metode
Berkaitan dengan perencanaan awal, sebelum mulai mengajar pemilihan metode sudah disiapkan yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan, dan sekaligus mengacu pada tujuan yang akan dicapai. Pemilihan metode yang tepat, seorang guru harus mempertimbangkan prinsip-prinsip penggunaan metode yang digunakan. Secara umum prinsip penggunaan metode yang dipilih guru harus;
a. Memperhatikan karakteristik materi pembelajaran yang sudah ditunjukkan dalam standar isi Kurikulum baik Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Materi yang disampaikan dan penggunaan metode tersebut peserta didik diharapkan dapat:
(1). membangun pemahaman sendiri tentang materi yang dipelajari.
(2). menemukan konsep-konsep baru dari pelajaran yang diberikan, dengan materi yang diterima sebelumnya.
(3). meningkatkan interaksi yang dinamis pada diri anak. Pengertian interaksi ini adalah anak dapat berhubungan langsung dengan materi yang hadapi, dengan gurunya dan juga dengan teman-temannya, serta dengan lingkungan yang ada dikelasnya.
(4). menguasai seluruh proses pembelajaran, sehingga dapat menemukan makna belajar yang sesungguhnya
b. Memperhatikan minat, kesiapan, kemampuan dan dorongan peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
c. Menumbuhkan kemampuan berpikir dan berkreatifitas secara bebas, tidak ada tekanan dan paksaan dalam mengikuti pelajaran.
d. Menumbuhkan rasa senang dan keinginan untuk melakukan aktifitas dalam proses pembelajaran.
e. Menciptakan rasa kebersamaan dan kerja sama antara guru-murid, dan murid-murid,
f. Mengerahkan seluruh potensi fisik dan psikhis peserta didik.
g. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan percaya diri dengan landasan kemandirian.
h. Memperhitungkan sarana dan alat bantu media pembelajaran yang digunakan.

2. Faktor-faktor yang Menjadi Pertimbangan dalam Memilih Metode
Harus disadari bahwa metode adalah cara. Sebuah cara dalam penerapannya untuk masing-masing kegiatan yang sama. Dalam proses pembelajaran, pemilihan metode harus memperhatikan berbagai aspek yang terkait dengan situasi dan kondisinya. Maka dalam hal ini sebenarnya bahwa tidak ada satu metode pun yang paling baik dibandingkan dengan metode lainnya. Seorang guru memang harus cerdas dalam memilih metode yang akan digunakan dalam pengajarannya, sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, serta dapat menghasilkan produktifitas tinggi bagi peserta didiknya.
Faktor-faktor yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan metode mengajar adalah:
a. Tujuan atau indikator yang ingin diketahui.
Guru setelah menetapkan materi pembelajaran, dan tujuan pemebelajaran maka pemilihan metode harus dicari yang paling tepat dan sesuai. Pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan pemilihan metodenya haruslah searah, jika pemilihan metode tidak tepat maka tujuan yang dirumuskan tidak pernah akan tercapai



b. Keadaan Peserta didik
Proses belajar mengajar modern dalam dunia pendidikan, lebih menekankan pada keaktifan pada peserta didik. Maka pemilihan metode yang digunakan guru dalam mengantarkan materi pembelajaran harus lebih berorientasi pada peserta didik. Metode apa yang paling cocok untuk materi yang akan disampaikan saat proses belajar mengajar, yang lebih banyak memberi kontribusi keaktifan peserta didik. Ini penting untuk diperhatikan guru.
Selain itu guru juga harus memahami tingkat kemampuan, minat dan dorongan untuk mengikuti pelajaran. Watak , karakter, sikap dn ketrampilan peserta didik perlu juga dipahami oleh seorang guru. Dengan memahami seluruh keadaan peserta didik, maka guru akan mudah menentukan pemilihan metode yang diharapkan mampu menumbuhkan keaktifan dan kesenangan dalam mengikuti proses pembelajaran.

c. Keadaan Guru
Sebenarnya guru dalam melaksanakan tugas pengajaran, adalah sebagai figur sentral dan nara sumber yang profesional. Di mata siswa, orang tua peserta didik dan masyarakat luas, menganggap guru adalah orang yang serba bisa dan menguasai seluruh bidang pendidikan. Namun kenyataan yang ada, tidak semua anggapan guru tersebut serba bisa tersebut pada predikt guru. Ini memang terasa sekali dalam setiap melaksankan tugas sering terjadi benturan ketidakmampuan. Karena guru sebagai pengerak proses pembelajaran, jika sudah menentukan rumusan tujuan, pemilihan meteri dan pemahaman pada keadaan peserta didik, maka giliran guru sendiri, apakah dengan memilih metode tertentu dalam proses pembelajaran tersebut guru mampu atau mengusai penggunaan metode tersebut? Yang dapat menjawab pertanyaan ini adalah masing-masing guru itu sendiri.
Untuk itu, dalam memlilih metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar, guru memilih metode yang benar-benar dikuasainya. Jika metode yang diplih tidak dikuasai dan tidak menimbulkan rasa senang dan tidak mendorong semangat mengajar maka proses belajar mengajar akan berakhir kegagalan.

d. Materi Pembelajaran
Dalam kerangka sistem pembelajaran, selain tujuan dan peserta didik tersebut juga harus diperhitungkan adalah mengenai materi atau bahan pengajaran. Untuk mengantarkan agar pesan-pesan pembelajaran sampai pada peserta didik dan berakhir dengan pengusaan materi tersebut, maka pemilihan metode yang paling relevan harus dicari dan ditetapkan. Bahan pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan akan berbeda dengan materi yang bersifat analisa, bahan pelajaran yang memerlukan konsep berpikir akan berbeda dengan materi pelajaran bersifat ketrampilan. Hal demikian yang harus dibedakan dalam penentuan pemilihan metode mengajarnya.
Agar proses belajar mengajar mampu menumbuhkan rasa senang dan keingintahuan pada peserta didik, guru dalam setiap menetapkan materi atau bahan pengajaran, haruslah sudah mempunyai gambaran atau deskripsi materi secara jelas. Materi ini, memakai metode itu, kalau materi yang itu menggunakan metode yang ini dan sebagainya. Jika sudah mempunyai gambaran jelas karakter masing-masing materi, maka metode yang dipakai pun tidak hanya satu metode, misalnya hanya ceramah terus, atau tanya jawab terus.

e. Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa, sesuatu yang bernama sarana dan prasarana adalah hal yang sangat penting harus ada. Proses belajar mengajar tidak akan dapat berjalan lancar jika fasilitas tidak tersedia. Program apa saja, jika menginginkan agar berhasil maka sarana dan prasarana harus lengkap, jika tidak sampai lengkap haruslah ada sebagian yang dapat menunjang proses kegiatan tersebut.
Dalam pemilihan metode mengajar, guru harus juga cerdas. Bahan, alat dan media dalam pembelajaran apakah sesuai dengan metode yang dipilihnya atau tidak. Pemilihan metode pembelajaran harus sesuai dengan keadaan fasilitas yang tersedia, misalnya memilih metode karya wisata, tetapi tidak dilengkapi dengan sarana alat transportasinya tidak akan mungkin berjalan. Maka dalam pemilihan metode sarana prasarana menjadi pertimbangan yang tidak boleh diabaiakan.

3. Macam-macam Metode Mengajar
Pengertian metode tersebut akhirnya digunakan dalam setiap kegiatan, termasuk dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses belajar mengajar di kelas, guru tidak pernah meninggalkan metode dalam mengajarnya. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas mengajar anak didik. Peranan metode dalam proses belajar mengajar sangat penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam interaksi belajar mengajar guru sebagai pembimbing, pengajar atau pendidik agar peserta didik mempunyai perhatian penuh pada materi pembelajaran perlu digunakan berbagai cara agar mencapai tujuan yang diinginkan. Metode mengajar bentuk dan jenisnya bermacam-macam serta penerapannya pun bervariasi, sesuai dengan materi ajar yang diberikan.
Macam-macam metode mengajar yang sudah umum digunakan dalam proses belajar megajar antara lain:
a. Ceramah
Kata ceramah menurut kamus bahasa indonseia, diartikan sebagai pidato yang membicarakan sesuatu hal, pengetahuan (seseorang berbicara yang lain mendengarkan), atau dalam pengertian lain adalah suka bercakap-cakap. Ceramah dapat diartikan untuk menympaikan pesan, isi hati, pikiran, gagasan dari seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara lisan.
Dalam dunia pendidikan metode ceramah digunakan oleh seorang guru dalam penyampaian materi pembelajaran untuk memberi keterangan, informasi atau penjelasan agar peserta didik memahami persis seperti yang disampaikan gurunya. Metode ceramah adalah metode yang paling sering digunakan dalam proses pembelajaran. Metode ini dianggap paling murah dan paling mudah dilaksanakan, karena tidak membutuhkan persiapan yang matang.
Banyak ahli pendidikan modern yang menganggap bahwa metode ceramah termasuk metode yang kurang bermutu, karena metode ini mempunyai kecenderungan membrangus peserta didik, cenderung membuat pasif dan tidak kreatif. Lebih-lebih jika guru tidak mempunyai ketrampilan berbicara yang cukup bagus. Walaupun metode ini dianggap bukang baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, namun kenyataannya dalam setiap melakukan pembelajaran guru tidak pernah ada yang meninggalkan metode ceramah. Sekalipun guru menggunakan metode yang lainnya, tetap menggunakan metode ceramah, pada pertemuan awal untuk memberi informasi atau keterangan mengenai tata kerja metode yang akan digunakan tersebut. Jika dalam proses pembelajaran sampai menghilangkan metode ceramah, maka akan muncul kebisuan dan ketidakjelasan arah dalam setiap proses pembelajaran.
Lepas baik atau tidak baik dalam penggunaan metode, yang pasti penggunaan metode pembelajaran tidak monopoli satu metode dalam setiap kali pertemuan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah sebagai bagian dari sekian metode yang digunakan, maka jika guru menggunakan metode ini, agar juga mempersiapkan dengan baik, sehingga walaupun hanya sekedar ceramah tetapi akan menghasilkan produktifitas tinggi dalam penyampaian informasi kepada peserta didiknya.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Metode Ceramah
Menurut Nana Sudjana (1987:77), hal yang diperhatikan dalam penggunaan metode ceramah, yakni harus menetapkan apakah metode ini wajar digunakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
(1). Tujuan yang hendak dicapai.
(2). Bahan yang akan diajarkan termasuk buku sumber yang tersedia.
(3). Alat, fasilitas dan waktu yang tersedia.
(4). Jumlah murid, beserta taraf kemampuannya.
(5). Kemampuan guru dalam penguasaan materi dan kemampuan berbicara.
(6). Pemilihan metode mengajar lainnya sebagai metode bantu
(7). Situasi pada waktu itu.
Suparta dan Herry (2002:171), metode ceramah dapt digunakan dalam kondisi sebagai berikut:
(1). Guru ingin mengajarkan topik baru. Pda pendahuluan proses belajar mengajar, guru dapat megantarkan gambaran umum tentang topik itu dengan berceramah.
(2). Tidak ada sumber bahan pembelajaran yang dimiliki oleh peserta didik , sehingga mereka dituntut kreatifitasnya untuk membuat catatan-catatan penting dari bahan pelajaran yang disammpaikan oleh guru.
(3). Guru menghadapi jumlah peserta didik cukup banyak, sehingga tidak memungkinkan guru untuk memperhatikan secara individual.
(4). Guru ingin membangkitkan semangat belajar peserta didik.
(5). Proses belajar memerlukan penjelasan secara lisan.

b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dipakai dalam proses pembelajaran tetap masih menggunakan lisan sebgai alat komunikasinya. Metode tanya jawab adalah metode yang menggunakan seperangkat pertanyaan baik pertanyaan dari guru maupun dari peserta didik, yang terpusat pada masalah bahan ajar yang dibahas. Metode ini digunakan tidak lepas dari metode lain, yaitu cemarah dan pemberian tugas, yaitu peserta didik diberi tugas membaca dahulu materi yang ada sudah tertulis dalam bacaan atau buku teks. Jika penjelasan dari guru secukupnya dilakukan dan proses pembacaan materi selesai, baru dibuka dengan tanya jawab, secara timbal balik.
Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi pembelajaran yang sudah dibaca dan dikuasai oleh peserta didik. Dan jika peserta didik belum memahami betul, maka siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru untuk mendapatkn jawaban yang sesuai. Metode ini sebenarnya cukup efektif apabila peserta didik sebelumnya digerakkan imajinasi dan pikirannya sehingga mampu mengolah bahan pelajaran. Sebenarnya metode ini sangat baik untuk melatih anak dalam proses berpikir kritis, dan guru yang membuka peluang untuk menanyakan dan ditanyakan mempunyai jiwa besar. Artinya seorang guru harus bersifat objektif, menghargai semua aspirasi dan keingintahuan peserta didik dengan tidak dibatasi setiap ide dan gagasan yng disampaikan.
Tujuan Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab dipakai, ada beberapa manfaat atau tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar tersebut, antara lain;
(1). Melatih keberanian peserta didik untuk mengugkapkan pendapatnya secra lisan
(2). Memberi motivasi peserta didik untuk berlatih berpikir
(3). Melatih ketrampilan mengolah jawaban dan pertyanyaan atas masalah yang dibahas.
(4). Merangsng pserta didik untuk berpikir kritis dalam menanyakan dan memberikan jawaban atas sutu persoalan.
(5). Mengetahui sejauhmana penguasaan materi yang sudah dimiliki oleh peserta didik dalam proses pengajran sebelumnya.

c. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Metode pemberian tugas digunkana oleh guru kepada peserta didik untuk melakukan suatu aktifitas, bekerja, berbuat yang dapat menghasilkan suatu produk karya yang berakhir dengan laporan tertulis. Metode ini muncul dalam proses pembelajaran tidak berdiri sendiri, proses pelaksanaannya berbarengan dengan metode lain seperti ceramah (bentuk penjelasan tugas yang dilaksanakan), diskusi dan tanya jawab, jika tugas yang diberikan membutuhkan keterangan dari orang sumber. Bahkan dapat melibatkan metode eksperimen, jika tugas yang diberikan bentuk penelitian suatu benda atau masalah.
Metode resitasi ini, bukanlah metode tambal sulam, artinya metode ini digunakan manakala guru tidak dapat melaksanakan tugas dalam proses pembelajaran dalam tatap muka, dan untuk mengisi kekosongan peserta didik diberi tugas. Tidak, tidak demikian penggunaan metode pemberian tugas yang semestinya. Metode pemberian tugas adalah metode yang memang dalam perencanaan pembelajaran sudah ditentukan, materi yang sudah disiapkann akan dikupas dan dibahas dengan metode pemberian tugas.
Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berpikir dan kekaryaan dalam bentuk laporan yang baik dalam bentuk tulisan atau dapat mempresentasikan apa yang dikerjakan. Pemberian tugas bagi peserta didik dapat bentuk tugas individual atau bentuk kelompok. Hal ini tergantung dari bobot dan penyebaran materinya. Pelaksanaan tugas dapat dilakukan di ruang kelas, laboratorium, di perpustakaan bahkan jika tugas belum selesai dan tuntas dapat dilanjutkan di rumah.

Prosedur Metode Pemberian Tugas
Metode tugas ini akan efektif dan memberi motivasi kepada peserta didik, jika pemberian tugas ini diberi petunjuk jelas proses kerjanya. Prosedur pelaksanaan tugas bagi guru dalam metode ini adalah, sbb:
(1). Menentukan topik materi pembelajaran yang akan dikerjakan.
(2). Merumuskan tujuan yang jelas tentang tugas yang diberikan
(3). Menentukan tempat dan alokasi waktu mengenai tugas yang akan dikerjakan.
(4). Memberikan petunjuk yang jelas mengenai tugas yang akan dikerjakan, tentang:
(a) pokok persoalan yang akan dikerjakan
(b) ruang lingkup atau cakupan materi yang perlu dikerjakan
(c) format atau kertas kerja sebagai petunjuk pelaksanaan tugas
(d) format dan sistematika pelaporan yang harus disampaikan.
(5). Memberikan motivasi bimbingan dan arahan pada saat proses kerja berlangsung
(6). Memberikan pengawasan dan evaluasi hasil kerja.

d. Metode Diskusi
Diskuis adalah pembicaraan yang dilakukan dua orang atau lebih untuk membahas suatu masalah yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dengan landasan berpikir dan beragumentasi secara ilmiah, dan akhir dari pembahasan tersebut menghasilkna suatu kesimpulan. Diskusi digunakan sebagai metode pembelajaran sebanarnya sangat baik untuk merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dan melatih ketrampilan berbicara serta melatih keberanian untuk berpendapat.
Metode ini digunakan juga tidak dapat berdiri sendiri, ceramah guru memegang peran peting saat menentukan aturan-aturan dan tata cara diskusi, metode tanya jawab, pemberian tugas ikut mewarnai dalam proses diskusi. Diskusi sebagai sebuah metode sebenarnya sudah menjadi kebutuhan dalam proses pembelajaran modern dalam rangka untuk menggali ide, gagasan dan solusi permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan kita. Sebenarnya pengertian diskusi sebagai sebuah metode pemecahan masalah, ada jenis atau nama lain yang berupa seminar, lokakarya, simposium, sarasehan, rapat, musyawarah dan sejenisnya.

Langkah-langkah Metode Diskusi
Agar metode diskusi ini dapat mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran, maka seorang guru harus mempersiapkan rancangan yang jelas. Tahap-tahap prlaksanan metode diskusi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1). Persiapan:
(a) menentukan materi atau topik yang didiskusikan
(b) menentukan rumusan tujuan yang jelas tentang arah diskusi
(c) menentukan peserta dan pembentukan kelompok dan organisasinya
(d) menentukan tata tertib dalam pelaksanaan diskusi
(e) menentukan formasi tempat diskusi
(d) menentukan alokasi waktu yang tersedia dalam diskusi.
(2). Pelaksanaan
(a) penjelasan dan pengarahan dari guru mengenai pelaksanaan diskusi
(b) pembagian peran diskusi, yaitu penunjukan modetaror dan notulis dan anggota diskusi
(c) pembcaan tata tertib diskuis oleh pimpinan diskusi
(d) pembagian tugas presentasi, dan pengenalan pemeran diskusi
(d) pelaksanaan proses diskusi dengan memberikan kesempatan semua peserta diskusi untuk ikut memberi sumbangsih pemikiran dalam pemecahan masalah disksusi.
(e) pencatatan semua proses dilakukan oleh notulis atau sekretaris diskusi
(f) membuat keswimpulan hasil diskusi yang dibacakan oleh moterator

(3). Evaluasi dan tindak lanjut
(a) pemberian komentar oleh guru mengenai proses diskusi yang sudah berlangsung.
(b) membuat rumusan kesimpulan hasil diskusi untuk dijadikan sebagai laporan

e. Metode Karyawisata (Field-trip)
Kata karyawisata adalah kata majemuk yang terdiri dari karya dan wisata. Karya berarti bekerja atau melakukan kegiatan yang menhsailkan produksi dari hasil kerja. Sedang wisata adalah bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan dengan bersenang-senang. Jadi karyawisata berarti melakukan bepergian atau perjalanan secara bersama-sama (rombongan) menuju suatu objek atau tempat yang mempunyai nilai sejarah atau nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan pelajaran untuk dicatat atau ditulis. Kegiatan karyawisata tidak hanya sekedar bersenang-senang semata, tetapi kegiatan ini ada unsur bekerja atau berkarya setelah pulang dapat dilihat hasilnya dalam bentuk laporan hasil kerja.
Karyawisata dijadikan sebuah metode dalam pembelajaran, mempunyai muatan psikologis ada unsur kesenangan, tetapi tetap dalam koridor dan bingkai belajar dan bekerja.
Metode karyawisata sangat baik dan efektif untuk dapat mengembangkan daya imajinatif peserta didik. Karena metode ini dilaksanakn dengan landasan tujuan agar peserta didik mengamati atau melihat langsung kejadian alam atu peristiwa yang ada di luar kelas/sekolah, tentang keanekaragaman dan keagungan ciptaaan Tuhan. Peran guru dalam metode ini sangat penting artinya, jika sebelum pelaksanaan dapat menjelaskan tentang konsep dasar apresiasi tentang makluk hidup ciptaan Tuhan.
Dalam pemilihan metode ini, guru dituntut jeli untuk mengangkat tema atau topik yang sesuai dengan target tujuan yang ingin dicapai. Karya wisata dilaksanakan haruslah bertujuan pembelajaran untuk menggali ilmu pengetahuan dan nilai-nilai sosial budaya, seni, serta bidang-bidang lain yang terkait dari objek wisata yang dikunjungi. Salah, jika karyawisata dilakukan hanya sekedar rekreasi dan mencari hiburan-kesenangan nafsu.
Penentuan pilihan, karya wisata sebagai suatu metode, membutuhkan proses dan persiapan yang matang. Prosedur pelaksanaannya, menggunakan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut.
(1). Perencanaan, meliputi:
(a) penentuan materi pembelajaran dan objek wisata yang akan dituju
(b) penentuan jumlah peserta didik yang ikut
(c) penentuan pembiayaan,
(d) penentuan tranfortasi dan perlengkapan.
(2). Pelaksanan, meliputi :
(a) pengarahan dan pembimbingan mngenai tugas yang dilaksanakan peserta didik
(b) pengamatan dan pencatatan mengenai objek materi yang ditugaskan,
(c) pengidentifikasian dari hasil pengamatan dan pencatatan objek.
(d) menggali sumber informasi dan konfirmasi kepada pengelola objek wisata mengenai bidang atau bahan yang diamati dan dicatat tersebut.
(3). Penilaian dan tindak lanjut, meliputi :
(a) penyusunan hasil dalam bentuk laporan kegiatan tertulis dan presentasi lisan.
(b) membuat rumusan kesimpulan tentang objek tersebut untuk dijadikan sumber pembelajaran selanjutnya.

f. Metode Role Playing (Bermain Peran)
Role playing adalah metode yang mangacu pada bermain peran. Dalam istilah lain metode ini disebut juga sosiodrama. Dalam konsep metode ini, proses pembelajaran melibatkan peserta didik langsung untuk melakukan sebuah peran kehidupan. Pengertian peran berarti melakukan imitasi atau peniruan sebuah aktifitas kehidupan manusia dalam melakukan sesuatu.
Peran dan tugas guru dalam penggunaan metode ini tidak ringan. Guru tidak hanya sekedar memberi perintah kepada peserta didik untuk melakukan peranan tanpa ada petunjuk yang jelas. Penggunaan metode ini justru sangat sulit dan membutuhkan konsep dan persiapan yang matang. Konsep berpikir dan ketrampilan khusus untuk merancang matrei yang tepat dan sesuai dengan peran apa yang akan ditampilkan atau yang diperankan.
Dalam dunia intertaimen, seperti film, sinetron, teater, sandiwara, drama atau advertensi (bentuk periklanan), sebelum para aktor dan aktris memerankan peran, maka mereka harus menguasai teks naskah alur cerita yang disebut dengan skenario. Proses terjadinya skenario ini awalnya harus ditulis terlebih dahulu, maka dalam hal ini guru harus menguasai dalam bidang penulisan ini. Selain itu guru juga harus mengusai bidang akting, karena guru dalam metode ini juga berperan sebagai sutradara, sebagai pengatur laku.
Guru dalam proses pembelajaran dalam metode ini, memang dituntut lebih profesional, tidak hanya penguasaan materinya tetapi harus mampu menjadi penulis skenario dan sutradara. Ini berati guru tidak hanya sekedar sebagai penonton peranan, tetpi terlibat langsung dalam proses kegiatan yang sebenarnya.
Untuk dapat melaksanakan proses pengajaran ini, maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
(1). Materi pembelajaran yang akan diajarkan hendaknya yang dapat tunjukkan dengan peran.
(2). Peserta didik yang ditunjuk adalah yang mempunyai kemampuan untuk bermain peran (mempunyai ketrampilan dalam bakat akting) dan mempunyai sikap mental tidak demam panggung.
(3). Alokasi waktu yang tersedia cukup banyak.
(4). Adanya tempat yang representatif untuk penampilan, idealnya ada teater (panggung) yang dapat ditonton oleh peserta lain.
(5). Adanya naskah tulisan (skenario), sebgai pedoman peran mengenai alur kegiatan.
(6). Adanya pengatur laku (sutradara) untuk mengatur jalannya proses bermain peran
(7). Dibutuhkan latihan sebelum bermain peran.
Untuk memudahkan dan melancarkan proses pelaksanaan metode role playing, perlu diatur dengan prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut:
(1). Menentukan materi yang akn diajarkan.
(2). Membuat teks tulisan atau skenario
(3). Menunjuk peserta didik yang akan bertugas untuk bermain peran
(4). Melakukan latihan yang terencana dengan baik, sebelum tampil.
(5). Melakukan penampilan atau pementasan dengan urutan kegiatn sebagai berikut:
(a) mengatur tempat atau posisi pemain dan penonton (peserta didik yang tidak terlibat).
(b) melakukan penampilan sesuai dengan peran yang sdah ditentukan.
(c) Peserta mengamati dan atau menonton derngan tugas memberi penilaian dan apresiasi.
(6). Guru meakukan pengawasan dan penilaian serta memberi komentar apa yang dilakukan oleh pemain peran.

g. Metode Simulasi
Simulasi meurut kamus Bahasa Indonesia diartikan metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesugguhnya. Arti yang lain adalah penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistik atu pemeranan. Dari bahasa Inggris simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Simulation yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja.
Simulasi menjadi sebuah metode pembelajaran dalam dunia pendidikan, prinsip dasar penggunanaan hampir sama dengan metode role playing. Metode simulasi adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan pembelajaran dengan aktifitas perbuatan yang bersifat kepura-puraan, atau berbuat seolah-olah untuk menirukan peran perbuatan orang lain dalam bentuk tingkah laku seolah-olah menjadi seseorang yang sebenarnya.
Kata simulasi menjadi istilah terkenal di Indonesia, untuk memasyarakatkan PANCASILA, dikenal dengan simulasi P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Metode simulasi diterapkan dalam proses pembelajaran akan memberi makna yang cukup banyak, jika guru mampu memberdayakan peserta didiknya untuk memerankan prilaku seseorang yang terkenal dalam proses sejarah kehidupan orang-orang berjasa, dalam semua bidang kehidupan. Metode ini lebih menekankan pada penerapan atu aplikasi dari tindakan atau perbuatan untuk ditirukan, baik berupa penuturan dan pemikirannya untuk dijadikan rujukan nilai-nilai kehidupan yang positif.
Mengenai bentuknya, menurut Sudjana (1987:90), disebutkan ada beberapa bentuk simulasi, yaitu:
(1) Peer teaching, yakni latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada temn-teman calon guru.
(2) Sosiodrama, yakni bermain peranan yang ditunjukkan untuk menentukan alternatif pemecahan maslah sosial. Tujuan sosiodrama adalah agar siswa dapat menghargai dan menghayati perasaan orang lain, memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa.
(3) Psikodrama, yakni bermain peranan yang ditujukan kepada siswa, agar memperoleh pengalaman yang kebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep sendiri dapat menyatakan reaksinya terhadapt tekanan yang menimpa pada dirinya. Dengan demikian psikodrama dilakukan untuk maksud terapi; masalah yang bersifat psikologi.
(4) Simulasi game, yakni bermain peranan; para siswa berkompetisi untuk mencapi tujuan tertentu melalui permainan dengan memenuhi peraturan yang ditetapkan.
(5) Role playing; yakni bermain peranan yang ditujukan untuk mengkreasi kembali peristiwa masa lampau, mengkreasi kemungkinan masa depan, mengekspose kejadian masa kini dan sebagainya.
Dalam proses pembelajaran simulasi guru, harus mempunyai kemampuan khusus dalam penentuan materi yang dapat disimulasikan. Selain itu juga guru mempunyai ketrampilan khusus untuk membuat papan permainan (beberan) dan skenario proses pembelajaran. Praktek simulai akan menjadi metode pembelajaran yang menarik apabila diperankan oleh peserta didik yang cerdas dan kreatif.

Langkah-langkah Metode Simulasi
Untuk menerapkan metode simulasi, sangat diperlukan persiapan yang matang dan kelengkapan media yang cukup. Hal ini kalau simulasi mengacu pada jenis-jenis simulasi di atas. Metode yang sederhana, hanya sekedar memerankan prilaku atau perbuatan orang, yang hanya berperan pura-pura dan seolah-olah menjadi orang-orang sumber, maka dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut;

(1) . Langkah Persiapan
(a) Penetapan materi pembelajaran yang dapat disimulasikan.
(b) Perumusan tujuan yang jelas tentang apa yang ingin dicapai.
(c) Pembuatan perangkat media pembelajarannya, bentuk beberan dan dadu lemparan pesan.
(d) Penentuan dan pemilihan peserta didik yang akan memainkan peran.
(e) Penentuan tempat dan waktu pelaksanaan simulasi

(2). Langkah Pelaksanaan
(a) Pemeran menempatkan diri pada posisi melingkar mengelilingi beberan yang tersedia, dan penonton (peserta didik yang tidak ikut bermain peran), di belakang pemain peran.
(b) Pemeran melakukan pembagian tugas sesuai dengan peranan yang telah ditetapkan dalam skenario simulasi
(c) Pemain peran melakukan kegiatan dengan cara memulai melempar dadu yang menunjukkan angka pesan dalam kolom beberan.
(d) Pemain peran membacakan pertanyaan atau pernyataan yang tertulis dalam kolom pesan.
(e) Pemain peran lainnya yang sesuai dengan bidangnya (orang sumber) menjawab atau memberi penjelasan apa yang menjadi pertanyaan yang dibacakan tersebut.
(f) Penonton dapat ikut menjawab jika dibutuhkan untuk membantu menjawab atau ikut memberi saran dan pendapat, yang sesuai dengan topik masalah yang dibicarakan.
(g) Pemain peran membuat kesimpulan apa yang dibicarakan tersebut. dalam simulasi
(3). Langkah Pengawasan dan Evaluasi
(a) Guru memberi penjelasan atau pengarahan tentang apa yang sudah dilakukan oleh pemain peran (peserta didik).
(b) Guru memberi penilaian atas proses pelaksanaan simulasi yang dilaksanakan.
Metode ini jarang dilakukan oleh guru, karena memang agak sulit dilakukan. Faktor penyebab , diantaranya pertama karena guru tidak siap untuk merumuskan materi simulasi dan mempersiapkan alat bantu yang digunakan simulasi, kedua peserta didik yang ditunjuk banyak yang tidak siap. Padahal kalau metode ini dilakukan peserta didik akan mempunyai pengalaman belajar langsung apa yang dilakukan, walaupun sifatnya berpura-pura menjadi.... (misalnya presiden, petani, guru, dokter, politikus dsb).

g. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Demontrasi diambil dari kata Inggris yaitu demonstrate yang berarti menunjukkan, membuktikan , memperlihatkan; mengadakan demonstrasi. Demonstration berarti pertunjukan. Dalam kamus bahasa Indonesia, demonstrasi diartikan peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Sedangkan eksperimen adalah percobaan.
Demonstrasi dan eksperimen dijadikan sebuah metode pembelajaran mengandung pengertian bahwa metode yang digunkan untuk menunjukan, memperlihatkan atau percobaan tentang suatu aktifitas kegiatan untuk membuktikan sebuah teori apakah betul atau sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran langsung atau mencoba dengan kemampuannya sendiri untuk mengetahui dan membuktikan tentang proses kerja atau proses terjadinya sesuatu yang didasarkan pada landasan teori keilmuan. Dalam konsep pembelajaran ini, guru dapat mengarahkan peserta didiknya untuk melakukan aktifitas riil dan berbuat secara nyata dalam peragaan, misalnya mata pelajaran Agama Islam mengenai bab shalat. Peserta didik setelah mengetahui cara-cara shalat, baik gerakan dan bacaannya, maka ini dibuktikan dengan peragaan riil, mulai takbiratul ihram sampai salam. Dalam semua pelajaran yang ada unsur prakteknya dapat dilakukan dengan metode demonstrasi dan eksperimen.
Metode demonstrasi dan eksperimen dapat dilakukan dengan proses atau langkah-langkah sebagai berikut:
(1). Menetapkan topik atau materi pembelajaran yang membutuhkan praktek pembuktian.
(2). Merumuskan tujuan melakukan demontrasi dan eksperimen.
(3). Menyiapkan bahan atau alat-alat dan tempat yang digunakan dalam demontrasi dan eksperimen.
(4). Menetapkan peserta didik yang membantu mendemontrasikan dan mengeksperimenkan materi yang sudah ditetapkan.
(5). Menyuruh peserta didik yang lain untuk mengamati dan memperhatikan apa yang didemonstrasikan temannya, dan pada gilirannya disuruh ikut mencobanya,
(6). Memerintahkan kepada peserta didik untuk menanyakan apabila ada yang belum dipahami.
(7). Mengadakan pengawasan dan penilaian dari proses kegiatan demonstrasi dan eksperimen yang dilakukan peserta didik.
(8). Memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari materi-materi yang dapat didemonstrasikan dan dieksperimen secara individu maupun berkelompok.


h. Metode Problem Solving
Problem Solving adalah pemecahan masalah. Problem solving digunakan sebagai metode dalam proses pembelajaran adalah bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan bantuan proses berpikir. Sebenarnya problem solving merupakan bagian dari alat atau cara untuk penggalian teori keilmuan. Problem solving dianggap sebagai suatu cara yang sangat efektif untuk latihan berpikir, maka agar peserta didik mempunyai daya kreatifitas dalam berpikir, tidak ada jeleknya kalau problem solving dijadikan salah satu dalam metode pembelajaran.

Langkah-langkah pelaksanaan Metode Problem Solving:
(1). Menetapkan masalah atau materi yang mengandung problem yang dapat dipecahkan.
(2). Membuat rumusan yang jelas tentang permasalahan yang akan dipecahkan.
(3). Mencari landasan teori yang digunkan sebagai dasar pemecahan masalah.
(4). Mencari sebuah rumusan pertanyaan yang memancing munculnya permasalahan.
(5). Merumuskan jawaban sementara atas pertanyaan yang dijadikan acuan permasalahan.
(6). Mencari alternatif pemecahan masalah yang paling tepat dan sesuai dengan pokok permasalahan.
(7). Merumuskan kesimpulan dari usulan dan jawaban-jawaban yang paling rasional.

10. Metode-metode Pembelajran lainnya masih banyak jenisnya, antara lain metode pemberian tugas (resitasi), metode kerja kelompok (team teaching), metode latihan (dril), metode manusia sumber (resource person), brains storming group (curah gagasan kelompok),metode studi kasus dan lain-lain.

IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ http://www.inisnujepara.ac.id/
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara
PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Oleh: Maswan

A. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasala dari kata pustaka yang berarti kitab atau buku. Dalam kamus Bahasa Indonesia ”perpustakaan” diartikan kumpulam buku-buku. Dari bahasa asing dikenal dengan istilah-istilah dalam Bahasa Inggris lebrary, Bahasa Latin liber atau libri, Bahasa Belanda bibliotheek, Bahsa Jerman bibliothek, Bahasa Perancis bibliotheque, Bahasa Spanyol biblioteca, dan Bahasa Yunani biblia, yang semuanya diartikan buku termasuk di dalamnya semua bahan yang berbentuk grafis, majalah dan buletin.
Dalam pengertian yang umum, perpustakaan adalah kumpulan buku-buku atau bahan-bahan referensi yang dikelola atau ditangani secara teratur dalam sebuah lembaga atau organisasi yang digunakan sebagai acuan atau pedoman untuk kepentingan lembaga tersebut.
Kajian lebih mendalam tentang perpustakaan, sebenarnya tidaklah hanya dipahami sebagai kumpulan buku-buku dalam arti yang sempit. Bahan pustaka yang terkumpul dalam konotasi makna yang luas adalah sebuah referensi keilmuan yang tertulis, cetak atau grafis dan sesuatu yang terekam dalam sebuah alat baik dalam bentuk kaset, slide, film atau segala informasi yang terprogram dalam komputer. Dengan demikian perpustakaan merupakan suatu wadah kelembagaan (institusi) yang mencari, menerima, menyimpan, mengelola, mendistribusikan dan atau meminjamkan segala sesuatu yang berkaitan dengan referensi keilmuan yang tertulis atau sesuatu kajian informasi yang dikolekasi dan tersimpan dalam sebuah dokumen agar dapat dibaca dan diketahui sebagai bahan rujukan bagi orang yang membutuhkan.
Pengertian perpustakaan, dari beberpa para ahli dapat difinisikan sebagai berikut:
1. Menurut Webster’s Third Edition International Dictionary, bahwa perpustakaan adalah kumpulan buku, manuskrip dan bahan pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau bacaan, kenyamanan atau kesenangan.
2. Menurut Harold’s the Libreraian’s Glossary and Reference Book, bahwa perpustakaan adalah koleksi buku diperluas dengan koleksi non buku yang keseluruhannya disebut koleksi dokumen.
3. Menurut Sulistyo-Basuki, (Pengantar Ilmu Perpustakaan), dikatakan bahwa perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung atau gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca bukan untuk dijual.
Setelah memahami pengertian perpustakaan di atas, dapat ditarik dalam rumusan pernyataan sebagai proses pembelajaran bahwa;
1. Perpustakaan adalah kumpulan buku-buku yang memuat tentang berbagai bidang ilmu dan informasi untuk bahan rujukan atau bahan referensi bagi seseorang yang membutuhkan.
2. Buku-buku dan bahan-bahan dokumentasi tersebut dapat diberi nama perpustakaan, jika adanya wadah atau lembaga yang mengelola.
3. Wadah atau lembaga yang mengelola buku-nuku atau bahan-bahan referensi dapat memberi nama ”perpustakaan” apabila mampu mengatur dalam mekanisme yang jelas dan melakukannya dengan menggunakan administrasi yang baik.
4. Administrasi perpustakaan yang baik adalah jika pengelola mampu menyediakan semua bahan (buku-buku da bahan lain) dan memberi pelayanan kerpada publik yang membutuhkan
5. Perpustakaan yang diatur dalam pengelolaan yang profesional itulah yang benar-benar disebut perpustakaan.
6. Jika perpustakaan hanya ada dalam bentuk kumpulan buku-buku yang dipajang di rak-rak almari, tetapi tidak diatur dalam mekanisme pengelolaan yang jelas, maka ini disebut perpustakaan yang bermasalah.
7. Keberadaan perpustakaan yang hanya merupakan kumpulan buku-buku tersebut, hampir dilakukan oleh seluruh perpustakaan di lembaga pendidikan persekolahan di Indonesia.
8. Padahal, ada yang memberi istilah bahwa perpustakaan adalah jantungnya pendidikan.
9. Jika jantung pendidikan yang disebut perpustakaan tidak berfungsi, terus bagaimana pendidikan di Indonesia dapat hidup?
10. Ya, inilah persoalan perpustakaan sekolah yang perlu mendapat penanganan bersama oleh seluruh komponen peremncana dan praktisi pendidikan.

B. Lemahnya Kemampuan Membaca
Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar dalam penggalian berbagai bidang ilmu, keberadaanya haruslah mendapatkan penanganan serius. Terutama dalam dunia pendidikan, perpustakaan yang konon sebagai jantung pendidikan harus berfungsi terus menerus. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan di lembaga pendidikan persekolahan dituntut untuk memberdayakan potensi tenaga yang secara khusus menangani perpustakaan sekolah secara profesional. Dengan berfungsinya perpustakaan sekolah sebagi pusat belajar, dan menjadi wadah pemacu diri untuk gemar membaca, maka akan muncul budaya atau kebiasaan membaca menjadi sebuah kebutuhan.
Lebih-lebih bagi perguruan tinggi, perpustakaan menjadi sebuah jantung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdirinya sebuah perguruan tinggi, haruslah dibarengi dengan terwujudnya perpustakaan. Perguruan tinggi sebagi gudang ilmu, dan penghuninya adalah sangat membutuhkan rujukan referensi umtuk dijadikan bahan studi leterel, tempat penelitian dan sebgai tempat penggalian teori-teori keilmuan.
Hingga saat ini, secara umum memang belum tampak jelas adanya kegemaran membaca bagi peserta didik. Budaya membaca dan menulis belum menjadi milik kita. Sementara ini baru terlihat budaya menyimak dan berbicara. Menyimak merupakan ketrampilan berbahasa yang menjadi tanda bahwa, seseorang atau bangsa yang pasif. Konotasi makna pasif ini, bagi seseorang atau bangsa hanyalah sebagai penerima (reseptif). Sementara budaya berbicara kita, hanya sebatas berbicara sebagai penuturan lisan komunikasi pasar dan jagong minum kopi tanpa landasan konsep berpikir rasional dan dengan landasan keilmuan. Sebenarnya ketrampilan berbicara ini, termasuk kategori ketrampilan berbahasa aktif. Dan ketrampilan ini akan bermakna, jika seseorang yang melakukan komunikasi lisan ini, dilandasasi dengan keilmuan retorika dan pengungkapan ide-ide atau gagasan yang berdasar pada logika berpikir rasional. Sayang, budaya bicara seperti ini belum kita miliki.
Sementara, budaya membaca dan menulis mempunyai derajat nilai sangat tinggi, jika konsep membaca dan menulis ada rumusan yang jelas. Pesan-pesan pembelajaran yang diperoleh dari membaca sebenarnya cukup memberi banyak rangsangan ide dan gagasan. Namun kita pun, masih sangat lemah dalam membangun karsa untuk membaca. Kalau toh kita mempunyai kemauan untuk membaca hanya sebatas membaca kata dan rangkaian kalimat, belum sampai pada membaca ide atau gagasan dalam sebuah wacana. Membaca kata dan kalimat adalah reseptif. Artinya kita hanya sekedar melihat tulisan orang lain, tanpa berpikir bagaimana gagasan itu dimunculkan. Beda jika kita mampu membaca ide dan gagasan yang dituangkan lewat kata dan kalimat. Mulai proses membaca sudah dilandasi ikut berpikir dan perenungan. Hasil penemuan ide dan gagasan orang lain yang dibacanya, akan menjadi konsep baru berpikir kita. Dan jika kita lebih cerdas, maka kita akan mengungkapkan kembali ide atau gagasan tersebut lewat bahasa tulis. Ketrampilan menulis ide dan gagasan dalam bentuk konsep teori keilmuan, adalah ciri-ciri bngsa yang beradab dan berbudaya tinggi.
Memahami pola berpikir di atas, tampaknya budaya membaca dan sekligus budaya menulis, menjadi kebutuhan suatu bangsa, jika menginginkan kemajuan pesat dalam kehidupan kita. Informasi dan jaringan komunikasi yang begitu pesatnya, sangat dibutuhkan ketrampilan membaca secara cerdas. Untuk itu segala macam informasi baik yang tertulis dan terekam dikumpulkan dan dikelola dalam wadah yang bernama perpustakaan. Perpustakaan inilah yang menjadi penerang jalan kemajuan suatu bangsa.
Alfin Tofler, memberikan pernyataan bahwa, ”Hanya orang yang menguasai informasi yang menjadi penentu hidup hiruk pikuk dunia global dan sebagai pemenang dalam persaingan ketat dewasa ini”. Membaca pernyataan tersebut, tampaknya kita perlu menyadari sepenuhnya bahwa minat dan kemampuan membaca bagi suatu bangsa tidak boleh diabaikan jika menginginkan kemajuan. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan budaya membaca, khususnya di perpustakaan;
Pertama, budaya membaca dapat dijadikan indikator majunya sebuah bangsa. Bangsa yang berkembang—kalau tidak dikatakan miskin—relatif memiliki persoalan klasik sekitar kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Menurut laporan UNDP (United Nation Development Programe) kualitas SDM Indonesia berada pada urutan ke-105 di dunia. Angka HDI (Human Development Index) Indonesia hanya mencapai 0,586. Angka ini diperoleh dari akumulasi data melek huruf, angka harapan hidup, serta tingkat GNP selama dua puluh lima tahun pertama.
Kedua, usaha pencerdasan kehidupan bangsa secara yuridis formal, belum melahirkan gerakan-gerakan budaya baca sebagai sebuah aksi, baru dari instruksi ke instruksi atau tahap pencanangan.
Ketiga, program melek baca masyarakat harus disertai dengan perangkat yang mendukung. Kita ketahui betapa miskinnya bangsa indonesia akan buku bacaan. Penerbitan Indonesia akan buku baru sekitar 3.000 – 4.000 judul. Kalu kita bandingkan megaa-negara lain (1990) Amerika menerbitkan buku pertahun sebanyak 77.000 jidul, Jerman Barat 59.000 judul, Inggris 43.000 judul, Jepang 42.000 judul dan Perncis 37.000 judul. Sangat logis kalau perhitungan tahun 1990, pendidikan Indonesoa tertinggal 15-20 tahun dari negara lain. Konsekuensinya, harga buku Indonesia relatif lebih mahal dan hanya dapat dijangkau oleh kelas ekonomi menengah ke atas.
Keempat, dari data yang didapat dari Unesco di antara buta huruf dewasa, sebanyak 65% adalah wanita. Hal ini senada dengan perolehan kesempatan belajar. Di pedesaan kawin muda (early marriage) bagi wanita adalah lumrah. Terdapat prinsip asal bisa baca dan menulis bagi perempuan adalah cukup. Ini berbanding dengan kondisi masyrakat jepang. Ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas pula.
Kelima, sekolah atau lembaga pendidikan hingga saat ini belum bisa memberikan cara yang efektif agar para siswa ataupun masyarakat melek baca. Sebuah pengakuan Mortimer Adler, pemikir terkenal, mengakui bahwa dia tidak bisa membca setelah dia dinyatakan lulus Qori (baca) perguruan tinggi. Artinya membaca memerlukan kemampuan khusus yang harus dipelajari.
Keenam, dari data-data di atas, perlu kiranya diupayakan peningkatan ketrampilan membaca secara khusus dan sungguh-sungguh sampai saat ini. Kita masih secara asing kalau mendengar istilah ”kursus membaca efektif”. Padahal di Amerika, kursus membca banyak diminati oleh akademisi. Dengan banyaknya sumber bacaan, seseorang dituntut untuk mampu membaca secara tepat dan akurat. Muncul pertanyaan sudahkah sistem pendidikan memberikan jawaban terhdap problem yang dijabarkan diatas agar tercipta masyarakat melek baca utama di perpustakaan sehingga berkontribusi bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi?, Gordon Dryden & Jannette Vos (1999:199)

C. Dasar Pemikiran adanya Perpustakaan
Dasar pemikiran bahwa pengembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang, penemuan teori-teori baru yang ditulis olerh para ilmuwan dalam bentuk buku, serta informasi-informasi lain yang didokumentasi lewat tulisan buku dan rekaman, maka perlu dihimpun dalam wadah perpustakaan. Dengan terhimpunnya buku dan dokumen tersebut, untuk memudahkan seseorang mencari bahan referensi dalam mempelajari ilmu dan terori yang ditulis para ilmuwan terdahulu, akan mudah. Sebagai pusat sumber belajar yang dianggap strategis, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, maka perpustakaan dibangun dan diwujudkan dalam dunia pendidikan. Landasan pemikiran mengapa perpustakaan harus ada dalam perpektif dunia pendidikan, karena:
1. Pendidikan sebagai pusat pembentukan manusia yang beradab dan berpengatahuan membutuhkan sumber belajar.
2. Pendidikan dalam pelaksanaan program kegiatannya selalu berhubungan dengan berbagai bidang pengembangan ilmu, yang dalam hal ini bahan pustaka sangat dibutuhkan.
3. Dalam pengembangan ilmu landasan pemikiran dilakukan dengan berdasar pada teori yang ditulis dalam buku-buku yang dihimpun dalam perpustakaan.
4. Pendidikan yang dihrapkan dapat memperoleh hasil atau mutu yang baik, persaratan mutlak harus ada sumber-sumber pembelajaran yang cukup banyak jumlahnya.
5. Untuk dapat terpenuhinya sumber belajar yang mudah, maka perpustakaan menjadi alternatif yang cukup representatif.
6. Agar perpustakaan sebagai fungsi sumber belajar yang efektif, maka pengadaan dan pengelolaanya pada masing-masing lembaga pendidikan harus ditangani secara profesonal.
7. Penangananan perpustakaan secara profesional akan dapat berjalan dalam lembaga pendidikan persekolahan manakala semua komponen yang terlibat ikut memikirkan bagaimana agar fungsi perpustakaan tersebut terlaksana.
8. Dengan dibangunnya perpustakaan sebgai jantung pendidikan dan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dalam proses belajar, maka perpustakaam harus mampu menumbuhkan minat baca dan dapat menimbulkan rasa senang berkreasi bagi guru dan siswa, karena memperoleh berbagai pengetahuan lewat membacanya.
9. Jika budaya membaca bagi peserta didik sudah terlihat jelas semangatnya, maka akan ada pertanda kemajuan pendidikan.
10. Karena sumber pengetahuan dan kecerdasan seseorang tidak ada jalan lain kecuali dengan cara membaca dan membaca terus.

D. Jenis-kenis Perpustakaan
Secara umum ada pengelompokan jenis-jenis perpusrakaan antara lain;
1. Perpustakaan Umum
Perpustakaan ini adalah perpustakaan yang diperuntukkan untuk masyarakat umum yang berkeinginan mengembangkan pengetahuan, dengan cara membaca bahan referensi buku-buku dan bahan bacaan lain yang dapat didokumentsikan dalam perpustakaan tersebut. Bahan pustakan atau koleksi yang dihimpun meliputi berbagai buku dan dokumentasi dari berbagai bidang kehidupan.
2. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan ini adalah perpustakaan yang didbentuk oleh lembaga-lermbaga khusus yang digunakan untuk menunjang proses kegiatan yang ditangai setiap harinya. Bahan pustaka atau bahan koleksinya hanya terbatas pada bidang ilmu yang dilakukan, misalnya perpustakaan kedokteran, pertanian, sosial-budaya, ekonomi dan lain-lain.
3. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang dibentuk dan didirikan oleh lembaga pendidikan persekolahan mulai dari dari pra sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun ada diantara para ahli perpustakaan yang membedakan antara perpustakaan sekolah dengan perpustakaan perguruan tinggi.
a. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan ini biasanya digunakan untuk label oleh sekolah, mulai dari jenjang pendidikn dasar (SD/MI), lembaga pendidikan menengah pertama (SMP/MTs) dan lembaga pendidikan menengah atas (SMA/MA/SMK). Bahan pustaka atau bahan koleksi, biasanya lebih banyak pada buku-buku penunjang mata pelajaran dan materi bacaan yang relevan dengan tingkat perkembangan anak-anak sekolah sesuai dengan jenjangnya.
b. Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelolah oleh sebuah lembaga perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu, maka perpustakaan yang didirikan mempunyai cakukan yang lebih luas dibandingkan dengan perpustakaan sekolah yang ada dibawahnya. Perpustakaan pergurunan tinggi yang di bawah naungan Universitas, bahan pustaka atau bahan koleksinya mencakup semua disiplin ilmu yang yang dikembangkan di perguruan tinggi tersebut cakupannya lebih luas dan banyak dibandingkan dengan perguruan tinggi yang berbentuk institut, sekolah tinggi, akademi, dan sejenisnya. Masing-masing lembga tersebut menyediakan bahan pustaka atau koleksi buku yang sesuai dengan program studi yang dikembangkan dalam lembaga perguruan tinggi tersebut.
Dalam kerangka sistem pendidikan, perpustakaan yang mempunyai beberapa jenis nama tersebut di atas adalah sebgai bagian dari sumber belajar menjadi sangat penting untuk dipecahkan masalahnya. Sebagai pusat sumber belajar, kehadirannya sangat dibutuhkan, oleh perencana pendidikan, praktisi pendidikan dan semua pengguna hasil-hasil pendidikan. Dengan pentingnya peran dan fungsi perpustakaan dalam dunia pendidikan, paling tidak kehadiran perpustakaan perlu mendapat penanganan yang layak, mantap, teratur dan diupayakan agar dapat mencerminkan harapan penggunanya. Sebab perpustakaan pada hakekatnya merupakan ”jantung pendidikan”. Sebagai sebuah jantung dalam kehidupan, maka hidup matinya pendidikan dapat diukur fungsi tidaknya perpustakaan yang dikelolanya.

E. Tujuan Perpustakaan
Sebagai jantung dalam pendidikan, perpustakaan hakekatnya juga sebgai gambaran identitas sebuah tempat dan sarana untuk memacu semua aktifitas proses pembelajaran yang ada di sekolah, masyarakat dan juga pada keluarga. Perpustakaan sebagai pusat belajar mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain:
1. Menyediakan segala sesuatu yang berhubugan dengan kepentingan masyarakat dengan pelayanan antara lain: pemberian informasi baik mengenai prosedur penyimpanan dan pelayanan bahan pustaka.
2. Menjawab pertanyaan yang ada hubunga nya dengan pelayanan referensi.
3. Memelihara dan melestarikan waroisan budaya bangsa, antara lain berupa buku-buku langka dan naskah-naskah kuno atau lama.
4. Mengadakan antisipasi terhadap kebutuhan yang diorientasikan pada masa depan bangsa dengan jalan penambahan buku, persediaan buku-buku baru yang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.(Maswan; 1985)


F. Peranan Perpustakaan
Selain tujuan di atas, perpustakaan juga berperan dalam dunia pendidikan, baik pendidikan informal, formal dan nonformal. Di antara peranan perpustakaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ikut menentukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berjalan, hal ini dapat dilihat dan diukur dari bahan pustaka yang ada.
2. Ikut membantu para pengembang ilmu dalam dunia pendidikan, lewat para pemikir dan peneliti yang menggunakan acuan teori-teori keilmuan yang ditulis di buku.
3. Ikut menbantu daya ingatan bagi para pengembang ilmu, karena buku sebagai dokumen tertulis dapat dibaca dan atau dikaji secara berulang-ulang.
4. Ikut membantu meringankan beban bagi orang-orang yang tidak mampu memiliki buku yang diperlukan, karena mahalnya sebuah buku, maka buku-buku referensi di perpustakaan sebagai alternatif yang efektif untuk dipinjam.
5. Ikut membantu mencri sumber referensi yang langka, karena buku-buku tersebut sudah tidak diterbikan lagi, atau buku-buku tersebut tidak dijual bebas, atau kerena terlampau mahal harganya, padahal buku tesebut sangat diperlukan untuk referensi dalam penelitian.
6. Ikut membantu memudahkan pendidik (guru/dosen) dalam mencari sumber bahan ajar dan juga memudahkan menyelesaikan tugas penulisan karya ilmiah, karena referensi mudah didapat dari perpustakaan.

G. Fungsi pepustakaan
Sedangkan dalam pelaksanaannya, perpustakaan sebagai tempat pengembangan ilmu dan penyebaran informasi sangat berarti bagi kehidupan orang-orang yang terpelajar. Untuk itu perpustakaan yang ditangani dengan landasan teori managemen yang baik mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1. Sebagai tempat untuk mengumpulkan dan pengelolaan bahan pustaka, baik buku, dan dokumen-dokumen penting baik dalam bentuk grafis, cetak, film dan kaset.
2. Sebagai pusat pengembangan informasi dan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku dan koleksi bahan pustaka lain bagi yang membaca.
3. Sebagai sumber informasi dan data-data dalam kajian ilmu, penelitian dan sumber belajar bagi para siswa dan mahasiswa.
4. Sebagai pusat belajar dan pengembangan minat baca bagi semua orang yang menginginkan kemajuan.
5. Sebagai tempat untuk melestarikan kebudayaan yang ditulis dalam bentuk buku dan dokumentasi sejarah.
6. Sebagai pusat penerangan yang diperoleh dari bahn tertulis yang dimuat di surat kabar, majalah, jurnal atau tabloit tentang perkembangan kejadian-kejadian yang ada di masyarakat.
7. Sebagai tempat hiburan bagi pembaca yang mempunyai kegemaran membaca cerita-cerita yang dikemas dalam buku fiksi seperti cerpen, novel, roman dan sejenisnya.
Secara unum fungsi perpustakaan dikelompokkan menjadi:
1. Fungsi Pengembangan Pendidikan
Perpustakaan sebagai fungsi edukatif digunakan sebagai pusat sumber pendidikan bagi anak sekolah. Di dalam di dunia pendidikan, perpustakaan sebagai sarana sumber belajar untuk referensi mata pelajaran yang dirumuskan dalam struktur program pelajaran. Sumber belajar yang berupa bahan pustaka berjenis buku atau dukumentasi lain dalam rangka untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan banyaknya bahan pustakan berupa buku, akan menumbuhkan minat baca para peserta didik.
Banyaknya buku yang dikelola dalam perpustakaan akan memudahkan mencari dan menggali berbagai pengetahuan sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan di sekolah. Fungsi perpustakaan dalam dunia pendidikan ibarat sebagai jantung. Jika perpustakaan diibaratkan sebagai jantung pendidikan tidak berfungsi, maka pendidikan akan mengalami kegagalan dalam hidupnya. Artinya keberadaan pendidikan tanpa ditunjang perpustakaan sama halnya pendidikan tidak akan mampu mewujudkan hasil yang maksimal.
2. Fungsi Penyebaran Informasi.
Adanya perpustakaan baik di dalam lembaga pendidikan maupun perpustakaan umum yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat, berfungsi sebgai pusat informasi segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Prinsip dasar didirikannya perpustkaan adalah untuk penyebaran informasi, baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, buletin, jurnal atau sumber-sumber informasi lain seperti berbentuk CD, kaset dan atau telekomunikasi berbentuk internet, TV dan lain-lain. Semua sarana bahan pustaka dan alat-alat tersebut sebagai sarana informasi dan keterangan yang dapat dimanfaatkan oleh murid sebagai tambahan informasi di luar proses belajar mengajar di luar kelas.
3. Fungsi Pusat Penelitian.
Perpustakaan merupakan tempat terkumpulnya bahan pustaka yang dapat dijadikan acuan untuk penggalian teori-teori keilmuan. Data-data yang dapat dikaji dalam pengembangan teori-teori baru dapat diperoleh dalam perpustakaan. Oleh sebab itu, stiap siswa atau mahasiswa, guru (dosen) atau siapa saja yang melakukan penulisan karya ilmiah dalam bentuk penelitian selalu menggunakan referensi sebagai dasar atau landasan teori. Untuk memperoleh data-data tersebut dilakukan dalam perpustakaan.
4. Fungsi Tempat Rekreasi
Yang dimaksudkan perpustkaan sebagai tempat rekreasi adalah bagi para pengguna perpustakaan, setelah membaca bahan referensi merasa terhibur, karena mereka dapat menemukan berbagai macam informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan pengetahuannya. Seseorang yang merasa terhibur setelah membaca buku-buku baik buku fiksi maupun non fiksi, ini merupakan sarana rekreasi bagi para pecinta ilmu dan orang senang kemajuan dalam bidang pengetahuan. Seseorang yang mempunyai minat baca tinggi, buku dan bahan-bahan bacaan adalah sarana hiburan yang sangat efektif dan menyenangkan.

H. Ciri-ciri Perpustakaan yang Baik
Perpustakaan sebagai sumber belajar yang diharapkan dapat menumbuhkan minat baca bagi pengguna, maka hendaklah dikelola secara baik. Ciri-ciri perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang mempunyai persyaratan sebagi berikut:
1. Mempunyai koleksi bahan pustakan yang cukup untuk memenuhi kebuthan pembaca, bik dalam bentuk buku-buku dengan berbagi klasifikasi disiplin ilmu, bahan media cetak dan media audio-visual.
2. Mempunyai tenaga pustakawan yang profesional dan jumlahnya memenuhi kebutuhan pelayanan pembaca.
3. Mempunyai sarana gedung yang memuat beberapa ruang, ruang baca yang dilengkapi dengan meja dan kursi baca yang representatif, ruang rak atau almari untuk menempatkan bahan pustaka berbentuk buku, majalah, surat kabar dan dokumen lain yang tersususn secar sitematis, ruang pelayanan peminjaman dan lain-lain. Kelengkapan sarana dan prasarna yang memadahi memuat beberapa jenis, antara lain:
a. Rak buku,
b. Rak majalah.
c. Rak surat kabar.
d. Rak atlas
e. Tempat penititan tas.
f. Almari katalog.
g. Almari arsip.
h. Loket peminjaman dan pengembalian.
4. Mempunyai aturan dan mekanisme pengelolaan yang baik. Artinya segala aturan ditulis dalam sebuah pedoman perpustakaan, baik tata cara peminjaman dan pengembalian buku, sanksi pelanggaran dalam peminjaman dan penggunaaan bahan pustaka lainnya.
5. Mempunyai ketentuan ruang waktu yang cukup lama. Perpustakaan yang sudah maju dibuka sampai malam dalam melayani pembacanya.
6. Mempunyai fasilitas yang digunakan untuk membaca yang tenang dan menumbuhkan rasa senang bagi setiap pengunjung.
7. Mempunyai komitmen untuk memberi kemudahan dalam setiap kebutuhan dan ada kemudahan dalam setiap pelayanan.

I. Permasalahan yang Dihadapi Perpustakaan.
Secara umum perpustakaan di Indonesia keberadaannya belum dapat mencerminkan peradaban bangsa yang tinggi. Diakui atau tidak hampir setiap perpustakaan yang didirikan oleh sebuah lembaga baik pemerintah yang berbentuk perpustakaan umum, perpustakaan khusus yang didirikan oleh instansi dan atau perpustakaan yang dikelola oleh lembaga pendidikan, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta mengalami permasalahan yang sama. Peran dan fungsi perpustakaan belum dapat dirasakan oleh pengguna atau pembacanya. Hal ini dapat kita amati dari beberapa faktor penyebabnya, antara lain:
1. Bahan pustaka atau bahan koleksinya sangat terbatas.
Idealnya buku-buku atau bahan koleksi di perpustakaan adalah buku yang mampu mencukupi semua kebutuhan pembacanya. Jika bahan pustaka yang dibutuhkan tidak tersedia di perpustakaan, maka akan mengganggu dan menghambat proses minat baca dan sekaligus menghambat pengembangan ilmu pengetahuan. Terbatasnya buku-buku yang dibutuhkan, karena di antara kita tidak banyak yang menjadi penulis buku. Atau karena lembaga tersebut tidak mampu membeli buku karena sangat mahalnya harga buku.
2. Rendahnya minat membaca bagi para guru, siswa dan juga masyarakat secara umum.
Rendahnya minat baca, mengakibatkan perpustakaan tidak menjadi suatu tempat yang menarik untuk dikunjungi. Faktor lemahnya minat baca dapat terjadi karena buku-buku yang dikoleksi di perpustakaan tersebut tidak menarik untuk dibaca, atau karena buku-buku yang tersedia tidak mencukupi atau bahkan tidak tersedia.
3. Tenaga pengelola perpustakaan tidak prodesional
Sering terjadi untuk mendapatkan sebuah buku di perpustakan seseorang mengalami kesulitan, namun dari petugas pelayanan perpustakaan tersebut tidak berusaha membantu. Bahkan terkadang memarahi jika pengunjung yang membutuhkan buku-buku tersebut bertanya dan atau mencari dengan membongkar buku-buku yang tertata rapi di rak-rak buku yang berubah posisinya.
4. Tidak adanya tempat untuk membaca yang tenang dan nyaman.
Perpustakaan yang dikunjungi oleh banyak orang, perlu ada pengaturan tempat untuk membaca secra khusus, sehingga tidak terganggu oleh orang lain yang lalu lalang orang yang baru mencari buku-buku di rak.
5. Terbatasnya waktu untuk membaca buku di ruang perpustakaan.
Masalah waktu, ini memang perlu perhatian dan pengnturan serius bagi perpustakaan sekolah di tingkat SD, SLTP dan SLTA. Biasanya waktu yang tersedia hanya pada saat istirahat dan jika ada jam-jam kosong bagi guru-guru yang tidak hadir mengajar di kelas. Jelas penggunaan waktu seperti ini tidak akan mungkin akan dapat membaca dengan baik. Idealnya, perpustakaan dibuka dari pagi sampai malam, dengan menambah jumlah tenaga.
6. Kurang mendapat penanganan serius dari pengelola perpustakaan
Pada umumnya, keberadaan perpustakaan hanya sebagai papan nama, adanya perpustakaan seolah-olah tidak ada, karena kebanyakan tidak pernah mendapat pemikiran serius, baik penanganan mengenanai sarana prasarana, bahan koleksinya maupun pelayanannya.
Inilah permasalahan perpustakaan yang di alami oleh dunia pendidikan kita. Mampukah kita mewujudkan perpustakaan yang ideal, demi terselenggarakannya pendidikan nasional dan terwujudnya percerdasan bangsa lewat dunia pendidikan? Selama tidak ada upaya pemikiran ke arah pembinaan dan pengembangan perpustakaan, maka kita yakin dunia pendidikan sangat sulit untuk dipacu pada arah keberhasilannya.
Solusi yang perlu dipikirkan, adalah departemen Pendidikan Nasional, lewat perguruan tinggi yang mengelola Lembaga Pendidikn Tenaga Kependidikan (LPTK), secara khusus membuka program studi Menejemen Perpustakaan. Kualifikasi lulusan program ini ditempatkan di setiap sekolah yang langsung menangani perpustakaan secara profesional.
Dan dalam mengantisipasi langkanya tulisan bebrbentuk buku referensi, setiap perguruan tinggi mempunyai kewajikan untuk membentuk tim penulisan buku yang dilembagagakan, yang beranggotakan para pakar dan ahli yang mempunyai ketrampilan menulis. ***************

Maswan, Dosen, Penbantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara



IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara

proses pemecahan yang kreatif

PROSES PEMECAHAN MASALAH YANG KREATIF

Oleh: Maswan

Proses pemecahan masalah secara kreatif idealnya harus melalui prosedur: 1) pencarian data; 2) pencarian ide; 3) penyelesaian.
Pencarian data, mengandung pengartian masalah atau persiapan. Pengartian masalah (problem difinition) memerlukan pengetahuan dan penjelasan mengenai masalah itu. Persiapan memerlukan pengumpulan dan penganalisaan data yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Pencarian ide, memerlukan adanya penciptaan dan pengembangan ide. Penciptaan ide memerlukan pemikiran mengenai ide-ide sementara sebagai penuntun yang tepat. Pengembangan ide memerlukan pemilihan ide-ide yang dihasilakan dan mempunyai kemungkinan terbesar untuk dipilih, penambahan dan pemrosesan ulang, semua itu dengan menggunakan modifikasi dan kombinasi.
Penyelesaian membutuhkan evaluasi dan adopsisi. Evaluasi perlu pegujian pemecahan sementara dengan menggunakan tes tau non tes. Adopsi merupakan penentuan dan pengimplementasian pemecahan akhir.
Tanpa memperdulikan prosedur itu, masing-masing langkah diatas menuntut adanya upaya yang hati-hati dan imajinasi yang kreatif.
Marilah kita mulai dengan mengartikan masalah. Albert Einstein menekankan pentingnya bagian ini dalam proses pemecahan masalah kreatif dlm kalimat berikut : ”perumusan suatu masalah seringkali lebih penting dari pada penyelesaiannya yang mungkin hanya merupakan persoalan keterampilan matematis dan eksperimental semata”.
Jarang terjadi secara kebetulan ide baru itu ditemukan, biasanya melalui usaha keras. Hal ini jarang merupakan suatu keberuntungan yang tanpa tujuan, seperti cerita mengenai seorang tukang ladeng yang karena ketidakhatiannya menjatuhkan sepotong pipa baja ke dalam sebuah wadah cairan dari kaca, dan saat mengeluarkan pipa itu, ia menyadari bahwa ia telah berhasil menemukan cara membuat tabung dari gelas.
Secara sadar kita tidak dapat meningkatkan hasil dari kejadian yang merupakan kebetulan yang menguntungkan, tetapi kita dapat menghasilakan lebih banyak ide dengan upaya yang kreatif, dan dalam proses ini kita harus memperhatikan tujuan semula, artinya kita harus membuat atau menentukan target sejelas mungkin.
Kadang-kadang kita harus menciptakan masalah itu sendiri. Pada kesempatan lainnya persoalan-persoalan itu ditimpakan pada kita, karena tekanan keadaan. Dalam organisasi-organisasi ilmiah dan bisnis, masalah ini seringkali diserahkan pada anggota staf. Dengan target yang sudah dinyatakan secara jelas. Tugas-tugas lain mungkin saja mengandung petunjuk-petunjuk yang sangat membantu.
Penyesuaian dan Pemecahan Masalah
Kita tidak hanya harus membuka masalah, tetapi harus juga menekan atau memecahakannya. Kita diharapkan membuat target secara jelas. Kususkan masalah itu dengan jelas. Atau paling tidak kita menguraikan masalah itu menjadi pertanyaan-pertanyaan yang jelas.
Seperti apa yang telah dikatakan oleh John Dewey, ”suatu persoalan yang dinyatakan dengan jelas, berarti sudah terpecahakan separuhnya”. Penguraian tidak saja memberikan penerangan pada target, tetapi akan membantu menempatkannya dalam perspektif yang sebenarnya. Penguraian membuat problem itu mempunyai hubungan dengan fakta-fakta lain yang diketahui, dan dengan demikian akan mempermudah pengamatan.
Tentu saja kita perlu menulis persoalan tersebut. Untuk membantu mendorong tindakan kreatif, kita harus membuka masalah itu pada orang lain, dan kita sendiri harus bekerja untuk menemukan jwabnya pada saat yang ditentukan, walaupun yang kita temukan itu ternyata bukan jawabnya yang sebenarnya. Dan janganlah berhenti hanya setelah kita mengajukan persoalan saja. Kita harus ingat bahwa sebelum kita dapat mengutarakan masalah, kita harus menentukan sifat masalah itu yang sebenarnya. Setelah itu barulah dapat menentukan tujuan-tujuan kita dengan pasti.
Seperti yang dijelaskan oleh Charle F. Kettering, ”proses suatu penelitian adalah dengan memisah-misahkan masalah menjadi bagian-bagian yang berbeda-beda, yang banyak kita ketahui. Jika kita telah memisah-misahkannya, usahakan mengerjakan hal-hal yang belum kita ketahui”.
Pertanyaan dapat menjadi kunci bgi pemecahan semacam itu. Misalnya, kita dimintai bantuan untuk memikirkan tanda lalu lintas baru untuk ditempatkan diluar tempat ibadah. Kemungkinan kita akan memulai dengan menuliskan, seperti: tujuannya lokasi, desain, mteri, penerangan, penulisan dan didirikan dimana? Dibawah setiap pertanyaan tersebut. Kita dapat menguraikan secara terperinci sub-sub pertanyaan. Misalnya, mengenai tujuan. Pertanyaannya dapat berupa: untuk mengingatkan anggota jamaahkanh, untuk menarik perhatian pendatangkah, atau untuk membentuk kemauanbaikkah? Untuk pertanyaan ini, kita dapt menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dapat memperjelas tujuan itu, menunjukkan data yang harus dicari dan membantu kita melangkah jauh serta lebih cepat dengan menggunakan pikiran kreatif kita.
Dalam tahap pengartian masalah kita harus memulai dengan masalah yang luas kemudian menyempit untuk menentukan sub masalah. Dengan mengetahui apa yang sedang kita cari, akan membantu kita mengenalinya pada saat kita melihatnya. Tetapi dalm kasus yang baru, bagaimana kita dapat mengetahui apa yang kita cari? Kita tidak akan tahu, kecuali jika kita memaparkan masalah itu dengan gamblang, mendasar, memasukkan semua hal dan menyebutnya dengan istilah yang umum, sehingga tidak ada hal-hal kecil sekalipun terlupakan. Dengan demikian kita tidak sekedar mempersiapkan pikiran kita untuk menjangkau jangkauan pendek dari jawaban-jawaban yang kita terima.
Masalah-masalah pribadi biasanya merupakan masalah yang kompleks, dan masalah ini pun akan lebih mudah diselesaikan, apabila dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih sederhana. Misalnya, jika dalam keluarga, isteri merasa sedih karena kelakuan suaminya, maka ia akan berhadapan dengan masalah, bagaimana sehingga dapat membuat suaminya lebih baik? Masalah tersebut terlalu banyak mengandung persoalan bagi pemecahan kreatif sebaiknya, seorang isteri memulai dengan membut daftar hal yang turut andil merusak suaminya, dan satu daftar lagi tentang hal yang dapat memperbaiki perilaku suaminya. Kemudian mengkhususkan target yang ingin dicapai, seperti, ”bagaimana saya dapat membuat suami saya mau makan bersama, pergi ke tempat ibadah bersama-sama saya”.
Seringkali terjadi, beberapa hal yang harus kita selesaikan diambil alih orang lain. Seperti kasus diatas, mungkin lebih baik bila sang isteri menentukan saja tujuan apa yang sebaiknya dilakukan untuk menolong suaminya dari pada berusaha memperbaiki sifat suaminya. Hal ini isteri dapat memberikan perhatian pada suaminya, yang dapat membuatnya lebih bahagia lagi, atau dia dapat menolongnya memberikan kesempatan lebih banyak pda suaminya untuk menikmati kesenangannya.
Perlu diingat bahwa, walaupun setiap masalah yang memerlukan pemecahan kreatif diekspresikan dengan pertanyaan, tidak setiap pertanyaan mengandung masalah untuk pemecehen kreatif. Satu tipe pertanyaanyang memerlukan jawaban yang berdasarkan fakta, seperti pertanyaan, ”berapa banyak uang yang kita punyai untuk menyelesaikan proyek ini?” Tipe pertanyaan kedua yang memerlukan pertimbangan dan keputusan, seperti, ”apakah kita harus mendapatkan lebih banyak uang untuk menyelesaikan proyek ini?” jawaban yang mugkin diberikan dari pertanyaan ini adalah, YA dan TIDAK atau MUNGKIN. Tipe ketiga adalah pertanyaan yang memerlukan ide-ide baru, seperti, ”Dengan cara bagaimana kita dapat memanfaatkan kelebihan dana yang tersedia”. Suatu pertanyaan yang diajukan dalam cara seperti ini adalah suatu masalah yang memerlukan pemecahan kreatif. Walaupun dalam penyelesaiannya dilibatkan juga fakta dan pertimbangan, masalah itu diekspresikan sedemikian rupa dengan maksud menurut ide-ide terbanyak. ********

Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara



















IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara

membiasakan diri untuk berkreatifitas

MEMBIASAKAN DIRI
UNTUK MENUMBUHKAN KREATIFITAS
Oleh: Maswan

Imajinasi dapat menguasai dunia dan menguasai kehidupan. Tanpa imajinasi, kita tidak akan dapat bekerja dengan sempurna. Kita tidak dapat bekerja sampai orag lain mau bekerja dengan kita, kecuali kalau mental berada di bawahnya, bahkan pemenuhan diri tergantung pada pemakaian imajinasi.
Hal-hal diatas memerlukan imajinasi yang kreatif. Dalam kehidupan dari waktu-kewaktu kita menggunakan imajinasi yang kuat dalam hubungan dengan orang lain.
”Pikir dulu sebelum berbicara”, demikian mungkin kita berkata. Jangan hanya menimbang apa yang sedang kita bicarakan, tetapi juga harus membangun dan membayangkan apa akibat dari perkataan kita itu. Sebagian besar laku tidak sopan, menyebabkan perasaan tidak suka itu, disebabkan oleh kegagalan kita menggunakan imajinasi dalam tindakan tersebut. Banyak orang gagal menjalin hubungan dengan sesamanya, tetapi karena ketidakmampuannya menem[atkn diri dalam kekuasaan orang lain, hal ini karena tidak menempatkan imajinasinya.
Dengan mambiasakan diri kita dapat menumbuhkan kreatifitas, dan dengan latihan yang lebih aktif, kita dapat membuat diri melebihi orang lain. Setelah itu, kita mempraktekan apa yang disebut psikologi terapi, yaitu cermin imajinasi dari kesadaran diri seseorang ke dalam diri orang lain. Untuk dapat bekerja pada orang lain dengan baik, kita tidak hanya harus berimajinasi untuk orang lain saja, tetapi juga harus berkreatifitas. Atas dasar pengertian tersebut, kita dapat merubah sesuatu atu dengan kata ”you can change the world” anda mampu merubah dunia.
Imajinasi dalam Hubungan dengan Perkawinan
Seperti yang diktakan oleh Ian Maclaren, ”Kita berdosa terhadap kekasih kita, bukan karena kita tidak mencintainya, tetapi karena kita tidak memikirkannya”.
Dalam jalinan kehidupan perkawinan dapat juga tumbuh kebahagiaan, damai dan ketentraman, tetapi sebaliknya kadang juga terjadi pertengkaran dan percecokan. Kalau kita menghendaki tercapainya kehidupan yang bahagia, dapat diatasi melalui pemikiran yang kreatif.
Pemilihan waktu yang tepat adalah kunci bagi kelangsungan perkawinan. Ada kasus dalam keluarga, seorang isteri mengatakan, ”Berkali-kali, selama beberapa tahun suami saya dan saya menghadapi bencana yang hampir mengundang perceraian. Salah seorang diantara kami atau kami berdua selalu menggunakan waktu untuk berpikir yang dapat menghasilkan hubungan yang lebih baik dan lebih kuat yang dapat mendiginkan kemarahan kami. Saya percaya bahwa dalam perkawinan apa pun, waktu tetap memegang peranan pokok”
Penggunaan waktu sebagai alat merupakan salah satu dari sejumlah ide yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan perkawinan. Imajinasi tidak hanya berperan sebagai kunci memecahkan masalah diatas, tetapi juga dapat menjadi kunci bagi keberhasilan perkawinan.
Pekerjaan Rumah Memerlukan Imajinasi
Pekerjaan pengaturan rumah tangga bagi kebanyakan kaum isteri banyak memerlukan imajinasi jauh lebih banyak dibanding dengan pekerjaan suami. ”Bagaimana saya dapat menyelesaikan tugas ini? Bagaimana saya dapat menyuruh anak saya tidur tepat pada waktunya?” pertanyaan seperti itu banyak yang dimanfaatkan oleh kaum isteri untuk merangsang akal kreatifitas dari hari kehari, mulai pagi sampai malam hari.
Berbelanja tentu memerlukan pemikiran yang gesit, dan semakin kecil belanja semakin banyak imajinasi yang diperlukan untuk merancang hidangan. Misalnya, seorang suami mungkin menganggap membeli daging sebagai hal yang rutin dan mudah, tetapi bila ia dapat makan gulai daging selezat daging yang lunak dengan harga yang jauh lebih murah, maka suami akan mengucapkan syukur, karena isterinya telah memanfaatkan imajinasinya untuk menghemat uang belanja.
Banyak penulis, aktor dan penulis mempraktekan seni yang berhubungan dengan kegiatan dapur tersebut. Mereka mengakui bahwa memasak merupakan salah wadah latihan kreatifitas yang praktis. Hampir setiap hidangan memerlukan penemuan beberapa cara baru untuk membuat hidangan itu lebih menggiurkan. Dan, dalam memasak tidak ada batasan resep yang dapat kita temukan. Dalam upaya menemukan bahan dan cara memasaknya yang baru dapat menantang imajinasi kaum ibu.
Menyetrika juga memerlukan imajinasi. Pekerjaan ini lebih memberikan kesempatan pada kaum wanita untuk melatih imajinasi. Mereka dapat berpikir kreatif dengan sangat baik, waktu menyetrika. Pekerjaan apapun yang memerlukan perhatian khusus pada suatu titik, dengan membiarkan pikiran kreatif bebas, bekerja akan merupakan bantuan yang praktis bagi konsentrasi mental. Dengan kata lain, itu ibarat mata yang memandang pada satu sumber cahaya, seperti yang biasa dilakukan oleh hipnotis.
Barang hias untuk memperindah rumah memerlukan banyak imajinasi. Seorang wanita bukanya menutupi pot bunganya yang kotor melainkan menggosoknya agar tampak indah. Bahkan, pad segi lain mengganti warna tirai, seprei kasur tidak pernah bosan. Seorang ibu rumah tangga yang kreatif akan selalu memperhatikan hal-hal yang kecil termasuk mengganti tirai dan seprei kasur setiap saat sehingga dapat menambah daya tarik setiap orang.
Kita dapat menggunakan iamjinasi dalam merencanakan ukuran, karakter, warna dan pemasangan gambar. Dalam hal keindahan rumah ini, peranan ide dapat menggeser kedudukan uang. Keserasian memasang gambar, menuntut imajinasi yang tinggi. Dan ini akan membuat ruangan atau dinding yang dipasangi gambar tersebut dapat menarik. Ini biasanya dilakukan oleh seorang ibu.
Kreatifitas Membantu Memecahkan Masalah
Sebagai orang tua diharapkan dapat membangkitkan diri untuk melakukan sesuatu dengan mengubah tempat. Orang tua dapat duduk bersama dengan anak-anak, dan dengan hati-hati membahas persoalan. Anak-anak mengajukan pada orang tuanya masalah hukuman yang harus diberikan. Pada pertemuan itu, hukuman yang dipilih anak adalah seperti yang dikatakan oleh orang taunya, ”Nak, saya pikir kamu terlalu keras pad dirimu sendiri. Kamu sekarang tidak boleh bermain bola seminggu penuh, tetapi hanya empat kali saja, dan ini merupakan hukuman yang cukup”.
Pada sisi lain, sebagai orang tua tidak boleh bersikeras kepada anak-anaknya. Hanya gara-gara terlambat makan siang, seorang ibu marah-marah dan berkata macam-macam. Bahkan tidak boleh melakukan tindakan yang kurang mendidik, misalnya dengan memaksakan anaknya untuk makan sampai habis, sehingga anaknya muntah-muntah.
Apabila orang tua secara imajinatif mendisiplinkan anak-anaknya, maka mereka berarti membantu anak dengan bahaya yang lebih kecil dalam membina hubungan baik daripada dengan cara membentak-bentak dan memaksakan anaknya. Dengan mencoba strategi ini, para orang tua tidak hanya dapat menjaga rumah tangganya lebih bahagia saja, tetapi juga menjaga imajinasi mereka lebih berkembang dengan baik.
Imajinasi Perlu untuk Memahami Diri Sendiri
Baik bagi orang yang sudah menikah atau belum, pemakaian imajinasi yang aktif dapat memungkinkan setiap orang mendapatkan lebih banyak hal dari hidup ini, bahkan dapat membuat kepribadian lebih menarik. Prof. H.A Overstreet, mengatakan, ”Orang yang kreatif jauh lebih menarik dari pada orang yang tidak kreatif. Mereka, seolah-olah menjadi kelas manusia tersendiri, yang berada pada suatu tingkat evolusi yang lebih tinggi. Mereka dapat melihat apa yang kira-kira akan terjadi, dan kekuatan ini merupakan salah satu ciri utama yang membedakan mereka dengan jenis manusia lain”.
Mengenai memahami diri sendiri, kesenangan sebagian besar bergantung pada kreatif tidaknya kita, sebaliknya sebagian besar keresahan bersumber dari tidak dipakainya bakat kita. Bakat secara ajeg membutuhkan penyaluran. Lebih dari itu, bakat juga secara ajeg membutuhkan perkembangan. Bila kita membendungnya, maka ia akan menyiksa kita sendiri. Dengan demikian penyebab dari ketidakpuasan kita seringkali dapat dilacak kembali dari kegagalan melatih bakat kreatif kita. Benyamin Franklin pernah menyatakan, ”Berhenti berpikir secara kreatif, sama halnya berhenti untuk hidup”.
Untuk mempertinggi sumber kebahagiaan, kita dapat memanfaatkan pengetahuan yang kita miliki dalam pikiran kita agar terlatih dengan baik untuk memikirkan diri sendiri dari segala tantangan dan kesulitan. Meskipun kita tidak dapat menngangkat diri kita melampaui batas yang kita miliki, tetapi paling tidak dapat membantu diri mengatasi tantangan kehidupan dengan kekuatan imajiasi kita.
Semangat yang kuat dapat menjadi melemah. Hal ini sumber penyebabnya adalah bermacam faktor, termasuk tekanan batin. Dan ini dapat dimengerti, bahwa tekanan batin dapat membuat segalanya sumbang, langkah-langkah pasti menghadapi kenyataan hidup semakin tidak menentu.
Namun kadang juga, perasaan sedih yang menimpa kita jarang sekali disebabkan oleh sesuatu yang menghancurkan. Keadaan seperti itu dapat dicegah atau dikurangi dengan memakai imajinasi kreatif yang benar.
Jangan hanya bermuram durja, kita dapat menulis kasus yang menimpa kita. Keuntungannya, kasus itu tidak akan telihat mengerikan di dalam tulisan. Bahkan kadang menggelikan, sehingga membuat kita tertawa sendiri. Cara ini dapat mengurangi beban mental yaitu dapat membuka pintu berpikir kreatif terhadap diri sendiri.
Kita juga dapat melakukan beberapa latihan fisik, dan yang terbaik dari semua itu adalah latihan kreatifitas.
Orang tua juga perlu mendidik anaknya untuk menjadi kreatif pada diriya sendiri. Misalnya ada anak yang resah dan merengek-rengek minta sesuatu. Orang tua meski dapat membuat pertanyaan pada diriya sendiri, ”Apa yang dapat dan harus saya lakukan?”. hal ini dapat membuat kita untuk menjawab, dan juga akan timbul keinginan orang tua untuk memerintahkan anaknya, dan berkata, ”kemarilah anakku, katakanlah apa yang kamu ingini. Coba tulis apa yang kamu senangi. Saya ingin kamu dapat menemukan banyak kesenangan. Dan, kamu akan mengetahui, dengan menulis daftar tersebutlah kamu akan memperoleh banyak kesenangan”. Dengan demikian, kalau orang tua sudah mengetahui kesenangan anaknya, akan dapat menentukan langkah dan dapat berpikir kreatif untuk memenuhi keinginan anaknya tersebut.
Ungkapan ide, dan penggunaan ide merupakan sumber kesenangan dan keharmonisan keluarga. Dalam kehidupan keluarga, kalau diantara anggota banyak mengeluarkan ide baru, akan membuat suasana keluarga harmonis dan mantap. Lantaran masalah-masalah yang timbul dengan mudah terpecahkan bersama. Ini dapat terjadi kalau keluarga sering melakukan pertemuan atau berkumpul dalam pemerolehan ide.
Juga, ketika tahu kalau kita selama dalam suasana yang tidak dihindari. Kita akan dapat membantu jika menggunakan dan mengemudikan imajinasi untuk menghadapi. Misalnya seorang suami yang terserang penyakit berkata pada isterinya, ”Bila keadaannya harus begini, saya baru akan sembuh minggu yang akan datang, dan selama beberapa hari ini saya akan muram durja”. Seminggu kemudian kita, dapat kembali bekerja walaupun masih dalam keadaan kepayahan. Bahkan kitapun akan lebih sedih lagi kalau kita tidak menggunakan imajinasi untuk mempersiapkan diri dalam menantang kemerosotan mental tersebut.
Kita dapat menghilangkan kecemasan dari pikiran kita dengan memasukkan sesuatu yang kreatif ke dalamnya, dan imajinasi sebagai penunjangnya.

Sebagai akhir pembahasan, kita dapat menelaah uraian dibawah ini:
Imajinasi dapat membuat manusia menjadi lebih tinggi dari binatang, kata Shakespeare.
Imajinasi menguasai dapat menguasai dunia. Kata Disraeli.
Imajinasi lebih penting dari pada pengetahuan, kata Einstein.
Kita dapat mengabaikan pernyataan tersebut, akan tetapi kita pasti setuju dengan Dr. Guilfors, bahwa imajinasi telah lama dilupakan dengan menyedihkan.
Pada umumnya kita lupa, bahwa hampir setiap orang memiliki imajinasi kreatif, paling tidak punya potensi. Kita gagal menemukan dalam berbagai cara untuk mengembangkan bakat kita. Bahkan kita telah gagal menemukan cara untuk membantu mengimbangi kekuatan yang cenderung menghentikan pertumbuhan bakat tersebut.
Hanya akhir-akhir ini saja orang menyadari bahwa imajinasi dapat menjadi kunci bagi pemecahan hampir semua persoalan. Dan akhir-akhir ini pula penelitian ilmiah telah mempercayakan pada pendidik, bahwa kreatifitas dapat diajarkan di sekolah.
Sekaranglah ada fakta yang jelas, hampir setiap orang dapat menjadi lebih kreatif, jika kita mau berusaha. Kenyataan itu pula juga telah menjadi harapan dunia. Dengan menjadi lebih kreatif, kita dapat menuju ke kehidupan yang lebih terang, dengan taraf hidup yang lebih baik dan kebih rukun. Dengan lebih kreatif, kita dapat memberi barang dan pelayanan jasa yang lebih baik pada orang lain, sebagai akibat dari standar kehidupan yang semakin tinggi. Dengan menjadi kreatif, kita bahkan dapat menemukan cara untuk mewujudkan perdamian abadi bagi seluruh dunia.

**************OOO************

Maswan, dosen, Pembatu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara




IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara