Senin, 27 Juli 2009

MANAJEMEN DAN STRATEGI
PENINGKATAN MUTU SEKOLAH **
Oleh: Drs. MASWAN, MM*
A. Pengertian Manajemen
Dalam penanganan pendidikan, masih terdapat kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Ada yang menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan namun di lain pihak , ada yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah administrasi pendidikan. Dalam makalah ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama.
Dalam pembahasan ini, kita dapat melihat pengertian umum tentang manajemen yang dirumuskan para ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa : “Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama manajemen yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.
Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personal dan material yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”.
Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa :
1. Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan;
2. Manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan
3. Manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
B. Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
1. Planning (perencanaan), 2. Organizing (pengorganisasian); 3. Actuating (pelaksanaan) 4. Controlling (pengawasan).
Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :
1. Planning (perencanaan);2. Organizing (pengorganisasian); 3. Commanding (pengaturan) 4. coordinating (pengkoordinasian); dan5. Controlling (pengawasan).
Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup:1.Planning (perencanaan); 2. Organizing (pengorganisasian); 3. Staffing (penentuanstaf); 4.Directing(pengarahan);dan 5. Controlling (pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :
1.planning (perencanaan), 2. Organizing (pengorganisasian), 3. Staffing (penentuan staf), 4. Directing (pengarahan), (5)coordinating (pengkoordinasian)’ 6. Reporting (pelaporan);dan7. budgeting (penganggaran).

C. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Istilah manajemen sekolah seringkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi ( administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.
Dalam makalah ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal.
Sekolah adalah salah satu dari Tripusat pendidikan yang dituntut untuk mampu menjadikan output yang unggul, mengutip pendapat Gorton tentang sekolah ia mengemukakan, bahwa sekolah adalah suatu sistem organisasi, di mana terdapat sejumlah orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan instruksional.
Desain organisasi sekolah terdapat tim administrasi sekolah yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah (pendidikan).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) terlahir dengan beberapa nama yang berbeda, yaitu tata kelola berbasis sekolah (school-based governance), manajemen mandiri sekolah (school self-manegement), dan bahkan juga dikenal dengan school site management atau manajemen yang bertempat di sekolah.
Pengertian manajenen tersebut memberi penekanan yang sedikit berbeda, namun, nama-nama tersebut memiliki roh yang sama, yakni sekolah diharapkan dapat menjadi lebih otonom dalam pelaksanaan manajemen sekolahnya, khususnya dalam penggunakaan 3M-nya, yakni man, money, dan material.
Penyerahan otonomi dalam pengelolaan sekolah ini diberikan tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, maka Direktorat Pembinaan Dasar dan Menengah menamakan MBS sebagai Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
Tujuan utama adalah untuk mengembangkan prosedur kebijakan sekolah, memecahkan masalah-masalah umum, memanfaatkan semua potensi individu yang tergabung dalam tim tersebut. Sehingga sekolah selain dapat mencetak orang yang cerdas serta emosional tinggi, juga dapat mempersiapkan tenaga-tenaga pembangunan.
Oleh karena itu perlu diketahui pandangan filosofis tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam kehidupan kita. sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat, ia bukan merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat, hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat, sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan, kemajuan sekolah dan masyarakat saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan. Masyarakat adalah pemilik sekolah, sekolah ada karena masyarakat memerlukannya.
Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama. Pengelolaan sekolah haruslah dimenej dan dikemas sesuai dengan fungsi manajenen, sehingga perjalanannya dapat dikontrol oleh masyarakat. Oleh karena itu jika menginginkan pendidikan yang ditangani oleh kembaga persekolahan, menginginkan kemajuan haruslah berpegang pada prinsip atau fungsi menejemen, yaitu:
1. Merencanakan (planning),
2. Mengorganisasikan (organizing),
3. Mengarahkan (directing),
4. Mengkoordinasikan (coordinating),
5. Mengawasi (controlling), dan
6. Mengevaluasi (evaluation).
7. Melaporkan (reporting)
Menurut Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manjemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Manajemen berbasis sekolah memiliki banyak bayangan makna. Ia telah diimplementasikan dengan cara yang berbeda dan untuk tujuan berbeda dan pada laju yang berbeda di tempat yang berbeda. Bahkan konsep yang lebih mendasar dari “sekolah” dan “manajemen” adalah berbeda, seperti berbedanya budaya dan nilai yang melandasi upaya-upaya pembuat kebijakan dan praktisi. Akan tetapi, alasan yang sama di seluruh tempat di mana manajemen berbasis sekolah diimplementasikan adalah bahwa adanya peningkatan otoritas dan tanggung jawab di tingkat sekolah, tetapi masih dalam kerangka kerja yang ditetapkan di pusat untuk memastikan bahwa satu makna sistem terpelihara.
Satu implikasi penting adalah bahwa para pemimpin sekolah harus memiliki kapasitas membuat keputusan terhadap hal-hal signifikan terkait operasi sekolah dan mengakui dan mengambil unsur-unsur yang ditetapkan dalam kerangka kerja pusat yang berlaku di seluruh sekolah. Dalam konsep manajemen sekolah juga ikut perperan penting dalam memajukan sekolah, terutama dalam proses pembelajaran di kelas. Kunci utama selain kepala sekolah, guru dalam melaksanakan tugas pengajaran diharapkan mempunyai kemampuan dalam tugasnya. Istilah yang sering dipakai dalam penyebutan guru yang bermutu adalah guru professional.

D. Guru Profesional dalam Manajemen Berbasis Sekolah.

Guru yang profesional dan layak mendapat sertifikat pendidik, menurut konsep pendidikan modern yang diharapkan mampu mengantarkan generasi penerus bangsa yang berkuaitas, adalah guru yang mempunyai kualitas sebagai berikut:
1. Mempunyai kualifikasi akademis, berijazah S1 atau D4
2. Mempunyai pengalaman dalam pendidikan dan latihan sesuai bidang keilmuan.
3. Mempunyai pengalaman mengajar yang cukup lama.
4. Mempunyai kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.
5. Mempunyai kepribadian, sikap mental, akhlak, moral dan etos kerja yang baik.
6. Mempunyai prestasi akademis dalam bentuk kejuaraan, karya-karya keilmuan, mampu memberi bimbingan kepada teman sejawat dan juga kepada siswa.
7. Mempunyai kemampuan berkarya dan pengembangan profesi dalam bidang karya penulisan, baik karya tulis ilmiah dan penulisan buku-buku ajar, penulisan dalam bidang penelitian, mampu mengembangkan media atau alat pembelajaran dan juga mampu membuat karya teknologi pendidikan.
8. Mempunyai pengalaman dan aktif dalam keikutsetaan pada forum ilmiah, seperti diskusi. Seminar, lokakarya, simposium, workshop dn sejenisnya.
9. Mempunyai pengalamn dalam bidang organisasi kependidikan (jabatan dalam struktur Organisasi di sekolah), dan aktif dalam organisasi kemasyarakatan (sosial).
10. Mempunyai prestasi yang menonjol yang ditandai dengan penghargaan dari pemerintah maupun dari lembga atau instansi terkait.

Sepuluh kretiria persyaratan di atas mutlak harus dimiliki seorang guru, jika pendidikan Nasional ingin dapat mencpai tujuan yang diinginkan, yaitu membentuk manusia untuh. Karena, guru hingga sampai saat ini masih dianggap menjadi ujung tombak pembangunan manusia. Mengapa? Karena guru bekerja dalam bidang pendidikan. Selain guru tidak ada yang peduli terhadap nasib anak bangsa. Inilah taggung jawab berat bagi seorang guru, jika tidak diberi imbalan yang mahal, jangan bermimpi nasib bangsa indonesia ini dapat berubah menjadi baik.
Lantaran tantangan tugas dan kewajiban yang harus diemban begitu kompleksnya di lembaga pendidikan yaitu di sekolah terutama tugasnya dalam kelas kelas pada saat proses belajar mengajar , maka guru selain menguasai persyaratan di atas juga dituntut ketentuan sebagai berikut;
1. Mencintai pekerjaan sebagai profesi, dengan ditandai ethos kerja yang baik.
2. Mempunyai kecerdasan membaca perkembangan kehidupan di sekitar, dengan cara pandai membaca teks tertulis dan membaca keadaan lewat pengindraan dan pemikiran.
3. Mempunyai kepekaan terhadap masalah yang menimbulkan terhambatnya kemajuan pembelajaran dan pendidikan secara umum.
4. Mempunyai kepedulian terhadap minat dan kebutuhan peserta didik, yang menjadi objek pembinaan dan pengembangan potensi.
5. Mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik, orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat secara efektif.
6. Mempunyai kemampuan untuk mendesain proses pembejalaran di dalam tugas sehari-harinya. Dalam tugas ini guru dituntut ;
a. Menguasai materi sesuai yang ditetapkan dalam kurikulum
b. Mampu mencari dan menggali sumber pembelajaran (baik bahan pustaka mapun sumber yang ada di lingkungan sekitar).
c. Mampu menggunakan alat atau media yang sesuai dengan materi yang diajarkan
d. Mampu menerapkan metode, teknik dan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan alat yang digunakan.
e. Mampu menyusun administrasi pembelajaran yang jelas dan terarah.
f. Mampu memanej dan menggerakkan pengelolaan kelas secara kondusif dan dinamis.
g. Mampu melakukan dan menyusun instrumen evalusai yang baik.
Tuntutan yang paling berat untuk disiapkan sebagai seorang guru profesional adalah mereka harus mampu memterjemahkan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan berkait tugas di lapangan sebagai pendidik. Kebijakan pemerintah untuk membangun sistem pendidikan, sangat berkait erat dengan perubahan dan pengembangan kurikulum pendidikan. Kurikulum pendidikan menjadi suatu hal penting, karena pada hakekatnya, kurikulum adalah perangkat pedoman dalam menjalankan roda pendidikan. Dalam hal ini gurulah yang harus menjalankan perangkat kurikulum tersebut. Sebagai seorang guru profesional harus menguasai dalam penyusunan rumusan tujuan, menguasai materi atau isi pembelajaran, pemilihan strategi dan pedekatan, teknik, pemlihan penggunakan metode dan media pembelajaran, pencarian sumber belajar dan penguasaan teknik evaluasi pembelajaran.

E. Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator.
Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991:22) “Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Sedangkan menurut Usman (2003:97) “Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas.
Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses belajar mengajar berlangsung secara efektif.
Untuk mengarah pada pencapaian tersebut maka tugas guru tidak ringan. Sebagai seorang guru yang professional dalam pengelolaan tugas, baik secara administrative maupun aplikasi pembelajaran di kelas haruslah mempunyai rumusan yang jelas dan rinci tentang strategi dan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Setidaknya guru haruslah membangun system pembelajaran dengan tugas pokok: (1) Membuat perencanaan pembelajaran, (2) Membangun kerjasama dalam pembelajaran, (3) Pemberian motivasi belajar siswa, (4) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, (5) Meningkatkan disiplin peserta didik dan (6) Evaluasi proses belajar mengajar secara tepat.

Pertama , bagaimana strategi guru dalam menyusun rencana pembelajaran?
Strategi menyusun rencana pembelajaran adalah sebagai berikut : Kepala sekolah melalui kebijakan yang dituangkan dalam tugas guru, mewajibkan para guru untuk membuat program mengajar yang berupa: silabus, Analisa Materi Pelajaran, Program tahunan, Program Semester, dan Rencana Program Pembelajaran. Pembuatan program pembelajaran disusun secara bersama-sama melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang ada di lingkungan sekolah yang selanjutnya dimantabkan melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat Kabupaten. Selanjutnya perangkat mengajar diserahkan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk dikoreksi dan ditanda tangani oleh kepala sekolah. Pada saat mengajar, para guru selalu membawa perangkat pembelajaran dengan maksud agar proses belajar mengajar berjalan dengan terarah, dan tujuan yang dirumuskan dalam program bisa tercapai. Dan bila selesai mengajar perangkat mengajar disimpan di almari guru masing-masing yang telah disediakan oleh sekolah, dengan demikian bila diperlukan perangkat mengajar sudah ada di sekolah dan terjaga keamanannya.

Kedua, bagaimana strategi guru dalam membangun kerjasama dengan siswa dalam proses belajar mengajar?

Kegiatan guru yang profesional merupakan kegiatan atau tugas rutin yang dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan profesionalismenya. Setiap guru dalam satu sekolah mempunyai kecenderungan untuk tetap mempertahankan mutu sekolahnya, maka untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi akademis siswa, guru berupaya untuk melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran yang dikelolanya.
Dalam menjalin kerjasama dengan siswa, strategi yang diterapkan oleh guru adalah dengan cara sebagai berikut: (a) menjalin hubungan baik dengan siswa, (b) berusaha memahami latar belakang siswa, (c) penguasaan materi dan cara penyajiannya menarik, (d) penggunaan model mengajar yang bervariasi dan (e) memberi pembinaan khusus bagi siswa bermasalah.
Pengembangan sekolah memiliki arti tersendiri bagi sekolah ini, sehingga sekolah tidak hanya menjalin kerjasama dengan siswa saja, tetapi sekolah juga menjalin kerjasama dengan orang tua/wali, perguruan tinggi, instansi pemerintah dan alumni. Adapun bentuk kerjasamanya adalah sebagai berikut: pengadaan sarana dan fasilitas sekolah, rekrutmen calon siswa, penyaluran bakat dan minat siswa melalui kegiatan ektrakurikuler dan pengadaan pembina ekstra kurikuler. Kerjasama dalam hal ini, tidak hanya dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas saja, melainkan melalui kegiatan sekolah secara keseluruhan yang mengarah pada upaya peningkatan prestasi belajar siswa.

Ketiga, bagaimana Pemberian Motivasi belajar terhadap siswa
Mengingat input siswa baru yang masuk pada sekolah tertentu setiap tahunnya tentu ada penyaringan bagi mereka yang mempunyai nilai tinggi. Jika sekolah hanya mampu menerima input yang mempunyai nilai pas-pasan dan atau rendah, namun siswa tersebut sudah mempunyai modal dasar yaitu minat yang kuat untuk sekolah. Kondisi yang demikian ini, sejak awal pemberian motivasi harus selalu diberikan. Dengan pemberian motivasi belajar siswa yang bagus, maka pemberian motivasi terhadap siswa tersebut di arahkan kepada hal sebagai berikut: (a) khususnya siswa kelas tiga selalu diberi latihan-latihan soal, (b) pemberian tugas untuk praktek lapangan, (c) mengikut sertakan siswa dalam kegiatan ilmiah, (d) mengkomunikasikan hasil belajar siswa melalui papan pengumuman maupun melalui pertemuan dengan orang tua, (e) pemberian reinforcement, (f) penggunaan media dalam pembelajaran dan (g) pemberian layanan bimbingan. Dengan pemberian motivasi dalam bentuk pemberian tugas pada siswa, hasilnya efektif sekali karena dengan strategi tersebut mampu mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Keempat, bagaimana strategi dalam menciptaan Iklim Pembelajaran
Agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan efektif, maka pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, staf dan guru melakukan upaya berupa: (a) petugas tatib selalu mengantisipasi berkeliling di lingkungan sekolah untuk mengontrol tempat-tempat yang rawan, (b) waka kesiswaan mengadakan razia di dalam kelas dengan dibantu petugas tatib dan guru pembimbing, (c) dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa, (d) guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis, (e) guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran atau masalah lainnya, dan (f) guru berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari pelajaran yang mempunyai kesan sulit. Dengan strategi seperti diatas, maka iklim di lingkungan sekolah , memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga siswa merasa senang dan betah berada di sekolah selama jam efektif kegiatan belajar mengajar, bahkan hingga sore hari untuk mengikuti kegiatan tambahan.

Kelima, bagaimana Upaya dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa
Karakteristik di sebuah sekolah adalah berharap semua warganya , mulai dari pimpinan sekolah, guru, karyawan dan siswanya memiliki budaya disiplin yang tinggi. Semua pihak yang terlibat dalam lingkungan sekolah harus tetap mempertahankan serta melestarikan budaya disiplin yang sudah dibangun ini untuk ditingkatkan menjadi menjadi kultur disiplin yang mandiri. Adapun strategi untuk meningkatkan disiplin, sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku mulai dari pimpinan sekolah, guru dan karyawan, (c) mewajibkan siswa baru untuk mengikuti ekstrakurikuler yng dilaksanakan baik Pramuka, olah raga, seni,ketrampilan dsb.(d) pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan kelas, (e) memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan kelas, (f) setiap upacara hari senin atau sabtu bagi sekolah yang libur hari jumat, diumumkan frekuensi pelanggaran terendah. Dengan strategi tersebut di atas kultur disiplin siswa bisa terpelihara dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.

Keenam, bagaimana pelaksanaan Evaluasi Proses Belajar Mengajar
Evaluasi dalam pembelajaran di sekolahan biasanya dilakukan dua macam yaitu: (1) penilaian terhadap hasil belajar siswa, (2) penilaian terhadap proses pengajaran.
Penilaian terhadap hasil belajar siswa baik dari ulangan harian, ulangan semester, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional menunjukkan hasil yang memuaskan, berdasarkan data perolehan ulangan semester, perolehan Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional, diupayakan mem[eroleh prestasi ternaik di antara sekolah-sekolah yang lainnya.
Penilaian terhadap proses pengajaran, berdasarkan hasil wawancara, observasi peneliti dan supervisi kepala sekolah, bahwa kompetensi guru dalam pembelajaran di kelas sudah bagus sekali, bahkan guru senior selalu menularkan etos kerja yang bagus, baik dalam melaksanakan tugas mengajarnya, tugas mengadministrasi hasil mengajar, maupun tugas tambahan dari sekolah. Demikian juga para guru memiliki komitmen mempertahankan prestasi sekolah yang sudah dianggap bagus ini untuk lebih ditingkatkan lagi sehingga prestasi siswa menjadi optimal. Keberhasilan sebuah sekolah dalam mengukir prestasi yang baik maka didukung oleh: (a) input siswa yang tinggi, (b) etos kerja guru tinggi, (c) iklim sekolah yang kondusif, (d) adanya tanggung jawab moral dari guru senior untuk menularkan etos kerja yang tinggi terhadap guru baru, (e) peningkatan profesional guru melalui kegiatan Musyawaah Guru Mata Pelajaran, Diklat dan Workshop , (f) bimbingan belajar bagi semua siswa, (g) bimbingan prestasi bagi siswa peringkat 1-5 dari masing-masing kelas, (h) conversation bekerjasama dengan lembaga kursus bahasa Inggris dan sebagainya.

F. Aplikasi Menejerial pada Pengelolaan Sekolah

Untuk merealitaskan pada tugas pokok yang pertama, yaitu strategi guru dalam menyusun rencana pembelajaran. Sebelum tahun ajaran baru, maka harus diupayakan kepala sekolah mengadakan rapat kerja dengan kegiatan membuat rencana kegiatan pembelajaran selama setahun kedepan yaitu menyusun silabus, analisa mata pelajaran, program tahunan, program semester dan rencana program pembelajaran. Semua guru berusaha membuat perencanaan dengan baik, bahkan jika perlu diciptakan suasana berlomba untuk membuat program mengajar yang baik dan berupaya selesai duluan dan berhadiah.
Pada hakekatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu, maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebabnya seorang guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran. Sehubungan dengan hal itu David Johnson (1979:9), mengatakan guru diharapkan merencanakan dan menyampaikan pengajaran, karena semua itu memudahkan siswa belajar. Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk disampaikan, untuk menggiatkan dan mendorong belajar siswa yang merupakan proses merangkai situasi belajar (yang terdiri dari ruang kelas, siswa dan materi kurikulum) agar belajar menjadi lebih mudah.
Bahwa selain berguna sebagai alat kontrol, maka persiapan mengajar juga berguna sebagai sebagai pegangan guru sendiri (Hendiyat Soetopo & Wasty S, 1984:136). Demikian pula bahwa mengajar dengan perencanaan/Persiapan yang baik maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif yaitu peserta didik harus dijadikan pedoman setiap kali membuat persiapan mengajar (Tim Pembina Mata Kuliah Kurikulum. IKIP Surabaya (1988:48)
Dalam tugas pokok kedua strategi guru dalam menjalin kerjasama dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru pada awal kegiatan belajar mengajar berupaya menjalin hubungan baik dengan semua siswa dengan memanfaatkan sedikit waktu untuk mengenal nama-nama siswa, juga mengadakan pendekatan dengan siswa dari bangku ke bangku yang lain ketika siswa mengerjakan tugas sambil melihat hasil pekerjaan siswa, seperti apa? Mungkin pekerjaan siswa ada yang tidak sesuai dengan petunjuk, nah siswa yang semacam ini yang perlu diarahkan/dibimbing. Temuan peneliti diatas sesuai dengan pendekatan pengelolaan kelas yaitu pendekatan iklim sosio-emosional yang berlandaskan psikologi klinis dan konseling dengan mengasumsikan, bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa juga antara siswa dengan siswa. Untuk tugas guru yang pokok dalam pengelolaan kelas adalah membangun atau menciptakan hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosio emosional yang positif.
Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar, guru berusaha menyampaikan materi pelajaran dengan suara yang jelas, dengan menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah dipahami siswa sehingga mampu menarik perhatian siswa, juga setiap pokok bahasan selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya: manfaat pelajaran bahasa Indonesia agar bisa berbahasa Indonesia yang benar, manfaat kimia untuk industri dan sebagainya.
Model pembelajaran yang diterapkan guru adalah model pemberian tugas secara kelompok, model tutor sebaya. Setiap masuk kelas apakah kegiatan siswa mengerjakan tugas atau praktikum, siswa dikelompok-kelompokkan, setiap kelompok terdiri dari 6-8 siswa dan untuk anak-anak yang pandai disebar, yang nantinya bisa di manfaatkan sebagai tutor sebaya, disini guru berfungsi sebagai fasilitator dan hasilnya akan diinformasikan kepada sesama temannya dengan bantuan siswa yang pandai-pandai yang sebelumnya sudah dikelompokkan.
Untuk tugas pokok ketiga yaitu strategi guru dalam pemberian motivasi belajar siswa, bahwa motivasi belajar siswa harus ditumbuhkan melalui latihan-latihan soal, pembelajaran di luar kelas, melibatkan siswa dalam kegiatan ilmiah, mengkomunikasikan hasil ulangan, menggunakan media pembelajaran, memberikan reinforcement dan memberi perhatian terhadap perkembangan prestasi maupun prilaku siswa.
Diupayakan sedapat mungkin semua siswa berusaha untuk memperhatikan dan mengikuti semua kegiatan dengan baik, kemudian adanya rasa bersaing dalam mengerjakan tugas maupun mencapai nilai yang baik, oleh karena itu guru berupaya mengelola pembelajaran di dalam kelas dengan menarik, sehingga motivasi belajar siswa tetap terpelihara dengan baik yang pada akhirnya siswa mampu mencapai prestasi yang optimal.(Mc Cleland)
Setiap sekolah dituntut memiliki target, prioritas siswa kelas III harus mampu menghadapi UAS dan UAN sehingga dalam kegiatan pembelajaran terutama yang berkaitan materi ujian akhir tersebut, setiap guru selalu berusaha memberi latihan-latihan soal yang sudah dibendel dari tahun ke tahun. Soal-soal dianalisis, soal-soal yang mana yang sering keluar, itulah materi yang perlu mendapatkan penekanan pada proses pembelajarannya. Selain itu juga diupayakan mendapat bimbningan belajar yang efektif.
Selain itu, mengingat pembelajaran di ruangan kelas kadang kala menjenuhkan, maka untuk menumbuhkan rasa senang belajar di luar kelas dengan memberi tugas melakukan wawancara, membuat kalimat, teks pidato, mendata penjualan di Kopsis . Dengan pembelajaran di luar kelas yang tentunya suasananya beda dan lebih menyenangkan, sehingga akan lebih memacu untuk lebih leluasa dalam mengembangkan aktifitasnya, mengungkapkan pendapatnya yang pada akhirnya siswa merasa lebih fresh dan dampaknya perolehan prestasi optimal.
Sekolah juga selalu mengkomunikasikan hasil prestasi belajar siswa melalui papan khusus yang tempatnya di depan ruang tata tertib, papan pengumuman hasil belajar tersebut fungsinya untuk menempelkan perolehan hasil balajar siswa, baik ulangan harian, ulangan per Kompetensi Dasar, ulangan mid semester, semester maupun rangking kelas, rangking paralel serta siswa yang harus mengikuti remedial. Juga mengkomunikasikan pada orang tua melalui buku raport. Pendapat Herzberg, pekerjaan itu sendiri dapat merupakan motivator yang kuat, yang memberikan kontribusi terhadap teori belajar, karena secara tradisional pekerjaan dianggap kebutuhan yang tidak menarik maka dianggap perlu adanya motivasi ekstrinsik.
Guru memiliki peranan manajemen yang hakiki dalam hubungannya dengan produktivitas belajar. Ia memiliki tanggung jawab dalam menciptakan kondisi yang serentak memenuhi kebutuhan siswa dan kebutuhan tugas. Seorang pelajar jarang menyadari mengapa dia merasa leluasa dan dapat mengoptimalkan kemampuannya, tetapi ia memberi reaksi secara sadar terhadap “suasana yang diciptakan oleh gaya mengelola yang merupakan lambang sikap mendukung” (Gellerman, 1963). Adapun bentuk pemberian motivasi belajar kepada siswa yaitu guru-guru mengadopsi strategi “pengayaan tugas”. Pengayaan tugas mengandung arti bahwa guru mempunyai tanggung jawab yang jelas untuk merancang tugas-tugas belajar sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mendapat pengalaman dan suatu perasaan pencapaian pribadi, penghargaan, tanggung jawab, otonomi, kemajuan dan pertumbuhan.
Tugas pokok keempat yaitu strategi guru dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif di sekolah, bahwa semua warga khususnya yang ada di lingkungan sekolah di mana mereka berada, memiliki budaya disiplin dan tertib dalam melaksanakan tugas, sekolah berupaya menciptakan lingkungan belajar yang aman, menciptakan suasana pembelajaran demokratis, memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran, menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari mata pelajaran eksak dan senantiasa berusaha untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Salah satu dari program kegiatan team tatib, adalah menciptakan lingkungan belajar yang aman yaitu dengan cara petugas tatib berkeliling untuk mengontrol kamar kecil, lokasi belakang sekolah, ke kantin sekolah, tempat parkir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan suasana lingkungan belajar yang aman siswa bisa mengikuti pelajaran dengan baik yang pada akhirnya bisa mencapai prestasi belajar yang optimal, begitu juga guru bisa menyampaikan materi dengan baik tanpa adanya gangguan dari siswa sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar dan target pembelajaran bisa tercapai.
Untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan siswa antusias dalam mengikuti pelajaran, seorang guru mengadopsi dari Quantum teaching yaitu menerapkan quesioner quantum dari angket tersebut guru akan mendapat data tentang type belajar siswa, bagaiman type belajar visual, auditorial dan kinestetik. Kemudian data mengenai sifat dan gaya belajar siswa tersebut dipakai untuk meletakkan posisi siswa, bila siswa tergolong visual maka posisi duduknya ditempatkan ditengah, kalau kinestetik ditempatkan di dekat pintu, kalau auditorial di tempatkan di belakang, demikian juga metode mengajarnya juga dibuat bervariasi. Kenyataannya dengan tekhnik-tekhnik semacam itu pembelajaran bisa menyenangkan siswa. Selain strategi diatas dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis dimana semua siswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam memecahkan persoalan-persoalan kelas dengan keputusan tetap ada pada siswa dengan guru sebagai fasilitator, hal tersebut didukung oleh Hasibuan (1988:174).
Dalam kegiatan belajar mengajar guru senantiasa berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, kalau saat guru menerangkan materi yang esensial maka suasana menjadi serius, namun juga guru kadang kala melontarkan kalimat-kalimat yang membuat siswa tertawa tetapi masih dalam koridor materi tersebut. Melihat beban yang harus dihadapi siswa begitu komplek maka guru juga merasa empati terhadap kecemasan yang dialami siswa, dengan menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa merasa enjoy dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan harapannya bisa mencapai prestasi belajar yang optimal (Walberg & Greenberg, 1977)
Tugas pokok kelima yaitu strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu , di setiap sekolah mewajibkan semua siswa baru untuk mengisi format pernyataan tentang kesediaan siswa untuk mematuhi semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah dengan mengetahui orang tua, dan jika perlu orang tua diundang ke sekolah untuk disampaikan ketentuan dan tata tertib yang harus ditaati oleh peserta didik. Hal ini menjaga kemungkinan apabila di kemudian hari peserta didik melanggar maka dia harus bersedia untuk menerima sanksi bahkan kalau sering melakukan pelanggaran maka siswa dikembalikan ke orang tua.
Utuk menegakkan kedisiplinan seperti yang disebut di atas sesuai dengan pendapat Rohani (2004:22) guru mesti menyadari bahwa tanggung jawab dalam pengajaran khususnya untuk menghantarkan perkembangan dan perubahan lebih maju bagi diri peserta didik tidak boleh menafikan dan melupakan kenyataan bahwa suatu disiplin pada awalnya harus dipaksakan dari luar menuju kearah disiplin mandiri khususnya disiplin yang menyangkut aktifitas dalam kelas pengajaran
Untuk meningkatkan disiplin siswa, sekolah harus memiliki sistem pengendalian ketertiban yang sudah berjalan dengan baik, sistem ini dilaksanakan oleh petugas tatib bekerja sama dengan wakasek, guru piket, wali kelas, guru pembimbing dan dibantu oleh petugas satpam dan sebagai penanggung jawab dalam hal ini adalah Kepala sekolah. Petugas tatib bersama satpam setiap pagi berada di pintu gerbang depan dan pintu gerbang belakang, untuk memantau kelengkapan atribut seragam sekolah siswa, apabila menemui siswa yang seragamnya tidak sesuai dengan jadwal, atribut tidak lengkap, siswa terlambat, maka siswa yang melanggar setelah bel masuk dikumpulkan di sekretariat tatib, kemudian disuruh mengisi buku rekaman tentang jenis pelanggaran untuk ditindak lanjuti dengan memberikan sanksi. Secara umum anak-anak sudah memahami karena sebelumnya sudah disosialisasikan tentang tata tertib dan peraturan beserta sanksinya, yaitu mengumpulkan alat-alat kebersihan (misalnya: sapu, sulak, kain pel, keset dsb). Untuk meningkatkan pemantauan terhadap ketertiban siswa, pihak tatib selalu menginformasikan siswa yang melanggar kepada wali kelasnya masing-masing agar segera ditindak lanjuti dengan pembinaan wali kelas sehingga siswa tidak berani mengulangi lagi, namun bila sampai dua atau tiga kali siswa melanggar, maka tatib dan wali kelas mengirim ke guru pembimbing bahkan kalau perlu didatangkan orang tuanya, dengan harapan orang tua ikut membina di rumah.
Tugas pokok keenam yaitu strategi guru dalam mengevaluasi proses belajar mengajar, bahwa evaluasi proses belajar mengajar dilaksanakan pada awal pembelajaran, guru selalu melontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pertemuan sebelumnya. Kegiatan selanjutnya membahas materi inti yang sudah dipelajari siswa sebelumnya, sehingga saat guru membahas para siswa cepat memahaminya. Setelah itu guru memberikan beberapa persoalan dipapan tulis dengan memberi kesempatan siswa secara bergilir untuk mengerjakan kedepan dan 90% siswa mengerjakan soal tersebut dengan benar. Demikian pula bila melihat hasil nilai ulangan harian, rata-rata nilainya baik ( 85 – 100), dan hasil ulangan harian selalu dibagikan kepada siswa.
Kontrol adalah suatu pekerjaan yang dilakukan seorang guru untuk menentukan apakah fungsi organisasi serta pimpinanya telah dilaksanakan dengan berhasil mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Jika tujuan itu belum dicapai, maka seorang guru harus mengukur kembali serta mengatur situasi tetapi ia tidak boleh mengubah tujuannya. Jika seseorang guru mengadakan kontrol, maka ia melakukan: (1) mengevaluasi sistem belajar, (2) mengukur hasil belajar, dan (3) memimpin dengan berpedoman pada tujuan yang tertentu. Dengan jalan demikian, guru-manajer mencoba menentukan apakah kejadian-kejadian sesuai dengan apa yang direncanakan, dan jika terjadi kegagalan diubah menjadi suatu keberhasilan. Hal ini dilakukan dengan jalan memimpin dengan efektif. Hanya efektivitas dia yang dapat mengubah sumber menjadi hasil(Davies,1986:36) ***********


*Drs. Maswan, MM, adalah dosen INISNU Jepara (PD III Fak. Tarbiyah)

** Makalah ini disajikan pada Seminar untuk Guru se Kabupaten Jepara, yang diselenggarakan oleh Lembaga Bimbingan Belajara dan Pendidikan Mandiri (BERDIKARI) Jepara.
MANAJEMEN DAN STRATEGI
PENINGKATAN MUTU SEKOLAH **
Oleh: Drs. MASWAN, MM*
A. Pengertian Manajemen
Dalam penanganan pendidikan, masih terdapat kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Ada yang menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan namun di lain pihak , ada yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah administrasi pendidikan. Dalam makalah ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama.
Dalam pembahasan ini, kita dapat melihat pengertian umum tentang manajemen yang dirumuskan para ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa : “Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama manajemen yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.
Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personal dan material yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”.
Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa :
1. Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan;
2. Manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan
3. Manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
B. Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
1. Planning (perencanaan), 2. Organizing (pengorganisasian); 3. Actuating (pelaksanaan) 4. Controlling (pengawasan).
Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :
1. Planning (perencanaan);2. Organizing (pengorganisasian); 3. Commanding (pengaturan) 4. coordinating (pengkoordinasian); dan5. Controlling (pengawasan).
Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup:1.Planning (perencanaan); 2. Organizing (pengorganisasian); 3. Staffing (penentuanstaf); 4.Directing(pengarahan);dan 5. Controlling (pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :
1.planning (perencanaan), 2. Organizing (pengorganisasian), 3. Staffing (penentuan staf), 4. Directing (pengarahan), (5)coordinating (pengkoordinasian)’ 6. Reporting (pelaporan);dan7. budgeting (penganggaran).

C. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Istilah manajemen sekolah seringkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi ( administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.
Dalam makalah ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal.
Sekolah adalah salah satu dari Tripusat pendidikan yang dituntut untuk mampu menjadikan output yang unggul, mengutip pendapat Gorton tentang sekolah ia mengemukakan, bahwa sekolah adalah suatu sistem organisasi, di mana terdapat sejumlah orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan instruksional.
Desain organisasi sekolah terdapat tim administrasi sekolah yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah (pendidikan).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) terlahir dengan beberapa nama yang berbeda, yaitu tata kelola berbasis sekolah (school-based governance), manajemen mandiri sekolah (school self-manegement), dan bahkan juga dikenal dengan school site management atau manajemen yang bertempat di sekolah.
Pengertian manajenen tersebut memberi penekanan yang sedikit berbeda, namun, nama-nama tersebut memiliki roh yang sama, yakni sekolah diharapkan dapat menjadi lebih otonom dalam pelaksanaan manajemen sekolahnya, khususnya dalam penggunakaan 3M-nya, yakni man, money, dan material.
Penyerahan otonomi dalam pengelolaan sekolah ini diberikan tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, maka Direktorat Pembinaan Dasar dan Menengah menamakan MBS sebagai Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
Tujuan utama adalah untuk mengembangkan prosedur kebijakan sekolah, memecahkan masalah-masalah umum, memanfaatkan semua potensi individu yang tergabung dalam tim tersebut. Sehingga sekolah selain dapat mencetak orang yang cerdas serta emosional tinggi, juga dapat mempersiapkan tenaga-tenaga pembangunan.
Oleh karena itu perlu diketahui pandangan filosofis tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam kehidupan kita. sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat, ia bukan merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat, hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat, sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan, kemajuan sekolah dan masyarakat saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan. Masyarakat adalah pemilik sekolah, sekolah ada karena masyarakat memerlukannya.
Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama. Pengelolaan sekolah haruslah dimenej dan dikemas sesuai dengan fungsi manajenen, sehingga perjalanannya dapat dikontrol oleh masyarakat. Oleh karena itu jika menginginkan pendidikan yang ditangani oleh kembaga persekolahan, menginginkan kemajuan haruslah berpegang pada prinsip atau fungsi menejemen, yaitu:
1. Merencanakan (planning),
2. Mengorganisasikan (organizing),
3. Mengarahkan (directing),
4. Mengkoordinasikan (coordinating),
5. Mengawasi (controlling), dan
6. Mengevaluasi (evaluation).
7. Melaporkan (reporting)
Menurut Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manjemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Manajemen berbasis sekolah memiliki banyak bayangan makna. Ia telah diimplementasikan dengan cara yang berbeda dan untuk tujuan berbeda dan pada laju yang berbeda di tempat yang berbeda. Bahkan konsep yang lebih mendasar dari “sekolah” dan “manajemen” adalah berbeda, seperti berbedanya budaya dan nilai yang melandasi upaya-upaya pembuat kebijakan dan praktisi. Akan tetapi, alasan yang sama di seluruh tempat di mana manajemen berbasis sekolah diimplementasikan adalah bahwa adanya peningkatan otoritas dan tanggung jawab di tingkat sekolah, tetapi masih dalam kerangka kerja yang ditetapkan di pusat untuk memastikan bahwa satu makna sistem terpelihara.
Satu implikasi penting adalah bahwa para pemimpin sekolah harus memiliki kapasitas membuat keputusan terhadap hal-hal signifikan terkait operasi sekolah dan mengakui dan mengambil unsur-unsur yang ditetapkan dalam kerangka kerja pusat yang berlaku di seluruh sekolah. Dalam konsep manajemen sekolah juga ikut perperan penting dalam memajukan sekolah, terutama dalam proses pembelajaran di kelas. Kunci utama selain kepala sekolah, guru dalam melaksanakan tugas pengajaran diharapkan mempunyai kemampuan dalam tugasnya. Istilah yang sering dipakai dalam penyebutan guru yang bermutu adalah guru professional.

D. Guru Profesional dalam Manajemen Berbasis Sekolah.

Guru yang profesional dan layak mendapat sertifikat pendidik, menurut konsep pendidikan modern yang diharapkan mampu mengantarkan generasi penerus bangsa yang berkuaitas, adalah guru yang mempunyai kualitas sebagai berikut:
1. Mempunyai kualifikasi akademis, berijazah S1 atau D4
2. Mempunyai pengalaman dalam pendidikan dan latihan sesuai bidang keilmuan.
3. Mempunyai pengalaman mengajar yang cukup lama.
4. Mempunyai kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.
5. Mempunyai kepribadian, sikap mental, akhlak, moral dan etos kerja yang baik.
6. Mempunyai prestasi akademis dalam bentuk kejuaraan, karya-karya keilmuan, mampu memberi bimbingan kepada teman sejawat dan juga kepada siswa.
7. Mempunyai kemampuan berkarya dan pengembangan profesi dalam bidang karya penulisan, baik karya tulis ilmiah dan penulisan buku-buku ajar, penulisan dalam bidang penelitian, mampu mengembangkan media atau alat pembelajaran dan juga mampu membuat karya teknologi pendidikan.
8. Mempunyai pengalaman dan aktif dalam keikutsetaan pada forum ilmiah, seperti diskusi. Seminar, lokakarya, simposium, workshop dn sejenisnya.
9. Mempunyai pengalamn dalam bidang organisasi kependidikan (jabatan dalam struktur Organisasi di sekolah), dan aktif dalam organisasi kemasyarakatan (sosial).
10. Mempunyai prestasi yang menonjol yang ditandai dengan penghargaan dari pemerintah maupun dari lembga atau instansi terkait.

Sepuluh kretiria persyaratan di atas mutlak harus dimiliki seorang guru, jika pendidikan Nasional ingin dapat mencpai tujuan yang diinginkan, yaitu membentuk manusia untuh. Karena, guru hingga sampai saat ini masih dianggap menjadi ujung tombak pembangunan manusia. Mengapa? Karena guru bekerja dalam bidang pendidikan. Selain guru tidak ada yang peduli terhadap nasib anak bangsa. Inilah taggung jawab berat bagi seorang guru, jika tidak diberi imbalan yang mahal, jangan bermimpi nasib bangsa indonesia ini dapat berubah menjadi baik.
Lantaran tantangan tugas dan kewajiban yang harus diemban begitu kompleksnya di lembaga pendidikan yaitu di sekolah terutama tugasnya dalam kelas kelas pada saat proses belajar mengajar , maka guru selain menguasai persyaratan di atas juga dituntut ketentuan sebagai berikut;
1. Mencintai pekerjaan sebagai profesi, dengan ditandai ethos kerja yang baik.
2. Mempunyai kecerdasan membaca perkembangan kehidupan di sekitar, dengan cara pandai membaca teks tertulis dan membaca keadaan lewat pengindraan dan pemikiran.
3. Mempunyai kepekaan terhadap masalah yang menimbulkan terhambatnya kemajuan pembelajaran dan pendidikan secara umum.
4. Mempunyai kepedulian terhadap minat dan kebutuhan peserta didik, yang menjadi objek pembinaan dan pengembangan potensi.
5. Mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik, orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat secara efektif.
6. Mempunyai kemampuan untuk mendesain proses pembejalaran di dalam tugas sehari-harinya. Dalam tugas ini guru dituntut ;
a. Menguasai materi sesuai yang ditetapkan dalam kurikulum
b. Mampu mencari dan menggali sumber pembelajaran (baik bahan pustaka mapun sumber yang ada di lingkungan sekitar).
c. Mampu menggunakan alat atau media yang sesuai dengan materi yang diajarkan
d. Mampu menerapkan metode, teknik dan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan alat yang digunakan.
e. Mampu menyusun administrasi pembelajaran yang jelas dan terarah.
f. Mampu memanej dan menggerakkan pengelolaan kelas secara kondusif dan dinamis.
g. Mampu melakukan dan menyusun instrumen evalusai yang baik.
Tuntutan yang paling berat untuk disiapkan sebagai seorang guru profesional adalah mereka harus mampu memterjemahkan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan berkait tugas di lapangan sebagai pendidik. Kebijakan pemerintah untuk membangun sistem pendidikan, sangat berkait erat dengan perubahan dan pengembangan kurikulum pendidikan. Kurikulum pendidikan menjadi suatu hal penting, karena pada hakekatnya, kurikulum adalah perangkat pedoman dalam menjalankan roda pendidikan. Dalam hal ini gurulah yang harus menjalankan perangkat kurikulum tersebut. Sebagai seorang guru profesional harus menguasai dalam penyusunan rumusan tujuan, menguasai materi atau isi pembelajaran, pemilihan strategi dan pedekatan, teknik, pemlihan penggunakan metode dan media pembelajaran, pencarian sumber belajar dan penguasaan teknik evaluasi pembelajaran.

E. Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator.
Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991:22) “Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Sedangkan menurut Usman (2003:97) “Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas.
Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses belajar mengajar berlangsung secara efektif.
Untuk mengarah pada pencapaian tersebut maka tugas guru tidak ringan. Sebagai seorang guru yang professional dalam pengelolaan tugas, baik secara administrative maupun aplikasi pembelajaran di kelas haruslah mempunyai rumusan yang jelas dan rinci tentang strategi dan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Setidaknya guru haruslah membangun system pembelajaran dengan tugas pokok: (1) Membuat perencanaan pembelajaran, (2) Membangun kerjasama dalam pembelajaran, (3) Pemberian motivasi belajar siswa, (4) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, (5) Meningkatkan disiplin peserta didik dan (6) Evaluasi proses belajar mengajar secara tepat.

Pertama , bagaimana strategi guru dalam menyusun rencana pembelajaran?
Strategi menyusun rencana pembelajaran adalah sebagai berikut : Kepala sekolah melalui kebijakan yang dituangkan dalam tugas guru, mewajibkan para guru untuk membuat program mengajar yang berupa: silabus, Analisa Materi Pelajaran, Program tahunan, Program Semester, dan Rencana Program Pembelajaran. Pembuatan program pembelajaran disusun secara bersama-sama melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang ada di lingkungan sekolah yang selanjutnya dimantabkan melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat Kabupaten. Selanjutnya perangkat mengajar diserahkan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk dikoreksi dan ditanda tangani oleh kepala sekolah. Pada saat mengajar, para guru selalu membawa perangkat pembelajaran dengan maksud agar proses belajar mengajar berjalan dengan terarah, dan tujuan yang dirumuskan dalam program bisa tercapai. Dan bila selesai mengajar perangkat mengajar disimpan di almari guru masing-masing yang telah disediakan oleh sekolah, dengan demikian bila diperlukan perangkat mengajar sudah ada di sekolah dan terjaga keamanannya.

Kedua, bagaimana strategi guru dalam membangun kerjasama dengan siswa dalam proses belajar mengajar?

Kegiatan guru yang profesional merupakan kegiatan atau tugas rutin yang dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan profesionalismenya. Setiap guru dalam satu sekolah mempunyai kecenderungan untuk tetap mempertahankan mutu sekolahnya, maka untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi akademis siswa, guru berupaya untuk melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran yang dikelolanya.
Dalam menjalin kerjasama dengan siswa, strategi yang diterapkan oleh guru adalah dengan cara sebagai berikut: (a) menjalin hubungan baik dengan siswa, (b) berusaha memahami latar belakang siswa, (c) penguasaan materi dan cara penyajiannya menarik, (d) penggunaan model mengajar yang bervariasi dan (e) memberi pembinaan khusus bagi siswa bermasalah.
Pengembangan sekolah memiliki arti tersendiri bagi sekolah ini, sehingga sekolah tidak hanya menjalin kerjasama dengan siswa saja, tetapi sekolah juga menjalin kerjasama dengan orang tua/wali, perguruan tinggi, instansi pemerintah dan alumni. Adapun bentuk kerjasamanya adalah sebagai berikut: pengadaan sarana dan fasilitas sekolah, rekrutmen calon siswa, penyaluran bakat dan minat siswa melalui kegiatan ektrakurikuler dan pengadaan pembina ekstra kurikuler. Kerjasama dalam hal ini, tidak hanya dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas saja, melainkan melalui kegiatan sekolah secara keseluruhan yang mengarah pada upaya peningkatan prestasi belajar siswa.

Ketiga, bagaimana Pemberian Motivasi belajar terhadap siswa
Mengingat input siswa baru yang masuk pada sekolah tertentu setiap tahunnya tentu ada penyaringan bagi mereka yang mempunyai nilai tinggi. Jika sekolah hanya mampu menerima input yang mempunyai nilai pas-pasan dan atau rendah, namun siswa tersebut sudah mempunyai modal dasar yaitu minat yang kuat untuk sekolah. Kondisi yang demikian ini, sejak awal pemberian motivasi harus selalu diberikan. Dengan pemberian motivasi belajar siswa yang bagus, maka pemberian motivasi terhadap siswa tersebut di arahkan kepada hal sebagai berikut: (a) khususnya siswa kelas tiga selalu diberi latihan-latihan soal, (b) pemberian tugas untuk praktek lapangan, (c) mengikut sertakan siswa dalam kegiatan ilmiah, (d) mengkomunikasikan hasil belajar siswa melalui papan pengumuman maupun melalui pertemuan dengan orang tua, (e) pemberian reinforcement, (f) penggunaan media dalam pembelajaran dan (g) pemberian layanan bimbingan. Dengan pemberian motivasi dalam bentuk pemberian tugas pada siswa, hasilnya efektif sekali karena dengan strategi tersebut mampu mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Keempat, bagaimana strategi dalam menciptaan Iklim Pembelajaran
Agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan efektif, maka pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, staf dan guru melakukan upaya berupa: (a) petugas tatib selalu mengantisipasi berkeliling di lingkungan sekolah untuk mengontrol tempat-tempat yang rawan, (b) waka kesiswaan mengadakan razia di dalam kelas dengan dibantu petugas tatib dan guru pembimbing, (c) dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa, (d) guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis, (e) guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran atau masalah lainnya, dan (f) guru berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari pelajaran yang mempunyai kesan sulit. Dengan strategi seperti diatas, maka iklim di lingkungan sekolah , memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga siswa merasa senang dan betah berada di sekolah selama jam efektif kegiatan belajar mengajar, bahkan hingga sore hari untuk mengikuti kegiatan tambahan.

Kelima, bagaimana Upaya dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa
Karakteristik di sebuah sekolah adalah berharap semua warganya , mulai dari pimpinan sekolah, guru, karyawan dan siswanya memiliki budaya disiplin yang tinggi. Semua pihak yang terlibat dalam lingkungan sekolah harus tetap mempertahankan serta melestarikan budaya disiplin yang sudah dibangun ini untuk ditingkatkan menjadi menjadi kultur disiplin yang mandiri. Adapun strategi untuk meningkatkan disiplin, sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku mulai dari pimpinan sekolah, guru dan karyawan, (c) mewajibkan siswa baru untuk mengikuti ekstrakurikuler yng dilaksanakan baik Pramuka, olah raga, seni,ketrampilan dsb.(d) pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan kelas, (e) memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan kelas, (f) setiap upacara hari senin atau sabtu bagi sekolah yang libur hari jumat, diumumkan frekuensi pelanggaran terendah. Dengan strategi tersebut di atas kultur disiplin siswa bisa terpelihara dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.

Keenam, bagaimana pelaksanaan Evaluasi Proses Belajar Mengajar
Evaluasi dalam pembelajaran di sekolahan biasanya dilakukan dua macam yaitu: (1) penilaian terhadap hasil belajar siswa, (2) penilaian terhadap proses pengajaran.
Penilaian terhadap hasil belajar siswa baik dari ulangan harian, ulangan semester, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional menunjukkan hasil yang memuaskan, berdasarkan data perolehan ulangan semester, perolehan Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional, diupayakan mem[eroleh prestasi ternaik di antara sekolah-sekolah yang lainnya.
Penilaian terhadap proses pengajaran, berdasarkan hasil wawancara, observasi peneliti dan supervisi kepala sekolah, bahwa kompetensi guru dalam pembelajaran di kelas sudah bagus sekali, bahkan guru senior selalu menularkan etos kerja yang bagus, baik dalam melaksanakan tugas mengajarnya, tugas mengadministrasi hasil mengajar, maupun tugas tambahan dari sekolah. Demikian juga para guru memiliki komitmen mempertahankan prestasi sekolah yang sudah dianggap bagus ini untuk lebih ditingkatkan lagi sehingga prestasi siswa menjadi optimal. Keberhasilan sebuah sekolah dalam mengukir prestasi yang baik maka didukung oleh: (a) input siswa yang tinggi, (b) etos kerja guru tinggi, (c) iklim sekolah yang kondusif, (d) adanya tanggung jawab moral dari guru senior untuk menularkan etos kerja yang tinggi terhadap guru baru, (e) peningkatan profesional guru melalui kegiatan Musyawaah Guru Mata Pelajaran, Diklat dan Workshop , (f) bimbingan belajar bagi semua siswa, (g) bimbingan prestasi bagi siswa peringkat 1-5 dari masing-masing kelas, (h) conversation bekerjasama dengan lembaga kursus bahasa Inggris dan sebagainya.

F. Aplikasi Menejerial pada Pengelolaan Sekolah

Untuk merealitaskan pada tugas pokok yang pertama, yaitu strategi guru dalam menyusun rencana pembelajaran. Sebelum tahun ajaran baru, maka harus diupayakan kepala sekolah mengadakan rapat kerja dengan kegiatan membuat rencana kegiatan pembelajaran selama setahun kedepan yaitu menyusun silabus, analisa mata pelajaran, program tahunan, program semester dan rencana program pembelajaran. Semua guru berusaha membuat perencanaan dengan baik, bahkan jika perlu diciptakan suasana berlomba untuk membuat program mengajar yang baik dan berupaya selesai duluan dan berhadiah.
Pada hakekatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu, maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebabnya seorang guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran. Sehubungan dengan hal itu David Johnson (1979:9), mengatakan guru diharapkan merencanakan dan menyampaikan pengajaran, karena semua itu memudahkan siswa belajar. Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk disampaikan, untuk menggiatkan dan mendorong belajar siswa yang merupakan proses merangkai situasi belajar (yang terdiri dari ruang kelas, siswa dan materi kurikulum) agar belajar menjadi lebih mudah.
Bahwa selain berguna sebagai alat kontrol, maka persiapan mengajar juga berguna sebagai sebagai pegangan guru sendiri (Hendiyat Soetopo & Wasty S, 1984:136). Demikian pula bahwa mengajar dengan perencanaan/Persiapan yang baik maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif yaitu peserta didik harus dijadikan pedoman setiap kali membuat persiapan mengajar (Tim Pembina Mata Kuliah Kurikulum. IKIP Surabaya (1988:48)
Dalam tugas pokok kedua strategi guru dalam menjalin kerjasama dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru pada awal kegiatan belajar mengajar berupaya menjalin hubungan baik dengan semua siswa dengan memanfaatkan sedikit waktu untuk mengenal nama-nama siswa, juga mengadakan pendekatan dengan siswa dari bangku ke bangku yang lain ketika siswa mengerjakan tugas sambil melihat hasil pekerjaan siswa, seperti apa? Mungkin pekerjaan siswa ada yang tidak sesuai dengan petunjuk, nah siswa yang semacam ini yang perlu diarahkan/dibimbing. Temuan peneliti diatas sesuai dengan pendekatan pengelolaan kelas yaitu pendekatan iklim sosio-emosional yang berlandaskan psikologi klinis dan konseling dengan mengasumsikan, bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa juga antara siswa dengan siswa. Untuk tugas guru yang pokok dalam pengelolaan kelas adalah membangun atau menciptakan hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosio emosional yang positif.
Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar, guru berusaha menyampaikan materi pelajaran dengan suara yang jelas, dengan menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah dipahami siswa sehingga mampu menarik perhatian siswa, juga setiap pokok bahasan selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya: manfaat pelajaran bahasa Indonesia agar bisa berbahasa Indonesia yang benar, manfaat kimia untuk industri dan sebagainya.
Model pembelajaran yang diterapkan guru adalah model pemberian tugas secara kelompok, model tutor sebaya. Setiap masuk kelas apakah kegiatan siswa mengerjakan tugas atau praktikum, siswa dikelompok-kelompokkan, setiap kelompok terdiri dari 6-8 siswa dan untuk anak-anak yang pandai disebar, yang nantinya bisa di manfaatkan sebagai tutor sebaya, disini guru berfungsi sebagai fasilitator dan hasilnya akan diinformasikan kepada sesama temannya dengan bantuan siswa yang pandai-pandai yang sebelumnya sudah dikelompokkan.
Untuk tugas pokok ketiga yaitu strategi guru dalam pemberian motivasi belajar siswa, bahwa motivasi belajar siswa harus ditumbuhkan melalui latihan-latihan soal, pembelajaran di luar kelas, melibatkan siswa dalam kegiatan ilmiah, mengkomunikasikan hasil ulangan, menggunakan media pembelajaran, memberikan reinforcement dan memberi perhatian terhadap perkembangan prestasi maupun prilaku siswa.
Diupayakan sedapat mungkin semua siswa berusaha untuk memperhatikan dan mengikuti semua kegiatan dengan baik, kemudian adanya rasa bersaing dalam mengerjakan tugas maupun mencapai nilai yang baik, oleh karena itu guru berupaya mengelola pembelajaran di dalam kelas dengan menarik, sehingga motivasi belajar siswa tetap terpelihara dengan baik yang pada akhirnya siswa mampu mencapai prestasi yang optimal.(Mc Cleland)
Setiap sekolah dituntut memiliki target, prioritas siswa kelas III harus mampu menghadapi UAS dan UAN sehingga dalam kegiatan pembelajaran terutama yang berkaitan materi ujian akhir tersebut, setiap guru selalu berusaha memberi latihan-latihan soal yang sudah dibendel dari tahun ke tahun. Soal-soal dianalisis, soal-soal yang mana yang sering keluar, itulah materi yang perlu mendapatkan penekanan pada proses pembelajarannya. Selain itu juga diupayakan mendapat bimbningan belajar yang efektif.
Selain itu, mengingat pembelajaran di ruangan kelas kadang kala menjenuhkan, maka untuk menumbuhkan rasa senang belajar di luar kelas dengan memberi tugas melakukan wawancara, membuat kalimat, teks pidato, mendata penjualan di Kopsis . Dengan pembelajaran di luar kelas yang tentunya suasananya beda dan lebih menyenangkan, sehingga akan lebih memacu untuk lebih leluasa dalam mengembangkan aktifitasnya, mengungkapkan pendapatnya yang pada akhirnya siswa merasa lebih fresh dan dampaknya perolehan prestasi optimal.
Sekolah juga selalu mengkomunikasikan hasil prestasi belajar siswa melalui papan khusus yang tempatnya di depan ruang tata tertib, papan pengumuman hasil belajar tersebut fungsinya untuk menempelkan perolehan hasil balajar siswa, baik ulangan harian, ulangan per Kompetensi Dasar, ulangan mid semester, semester maupun rangking kelas, rangking paralel serta siswa yang harus mengikuti remedial. Juga mengkomunikasikan pada orang tua melalui buku raport. Pendapat Herzberg, pekerjaan itu sendiri dapat merupakan motivator yang kuat, yang memberikan kontribusi terhadap teori belajar, karena secara tradisional pekerjaan dianggap kebutuhan yang tidak menarik maka dianggap perlu adanya motivasi ekstrinsik.
Guru memiliki peranan manajemen yang hakiki dalam hubungannya dengan produktivitas belajar. Ia memiliki tanggung jawab dalam menciptakan kondisi yang serentak memenuhi kebutuhan siswa dan kebutuhan tugas. Seorang pelajar jarang menyadari mengapa dia merasa leluasa dan dapat mengoptimalkan kemampuannya, tetapi ia memberi reaksi secara sadar terhadap “suasana yang diciptakan oleh gaya mengelola yang merupakan lambang sikap mendukung” (Gellerman, 1963). Adapun bentuk pemberian motivasi belajar kepada siswa yaitu guru-guru mengadopsi strategi “pengayaan tugas”. Pengayaan tugas mengandung arti bahwa guru mempunyai tanggung jawab yang jelas untuk merancang tugas-tugas belajar sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mendapat pengalaman dan suatu perasaan pencapaian pribadi, penghargaan, tanggung jawab, otonomi, kemajuan dan pertumbuhan.
Tugas pokok keempat yaitu strategi guru dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif di sekolah, bahwa semua warga khususnya yang ada di lingkungan sekolah di mana mereka berada, memiliki budaya disiplin dan tertib dalam melaksanakan tugas, sekolah berupaya menciptakan lingkungan belajar yang aman, menciptakan suasana pembelajaran demokratis, memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran, menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari mata pelajaran eksak dan senantiasa berusaha untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Salah satu dari program kegiatan team tatib, adalah menciptakan lingkungan belajar yang aman yaitu dengan cara petugas tatib berkeliling untuk mengontrol kamar kecil, lokasi belakang sekolah, ke kantin sekolah, tempat parkir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan suasana lingkungan belajar yang aman siswa bisa mengikuti pelajaran dengan baik yang pada akhirnya bisa mencapai prestasi belajar yang optimal, begitu juga guru bisa menyampaikan materi dengan baik tanpa adanya gangguan dari siswa sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar dan target pembelajaran bisa tercapai.
Untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan siswa antusias dalam mengikuti pelajaran, seorang guru mengadopsi dari Quantum teaching yaitu menerapkan quesioner quantum dari angket tersebut guru akan mendapat data tentang type belajar siswa, bagaiman type belajar visual, auditorial dan kinestetik. Kemudian data mengenai sifat dan gaya belajar siswa tersebut dipakai untuk meletakkan posisi siswa, bila siswa tergolong visual maka posisi duduknya ditempatkan ditengah, kalau kinestetik ditempatkan di dekat pintu, kalau auditorial di tempatkan di belakang, demikian juga metode mengajarnya juga dibuat bervariasi. Kenyataannya dengan tekhnik-tekhnik semacam itu pembelajaran bisa menyenangkan siswa. Selain strategi diatas dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis dimana semua siswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam memecahkan persoalan-persoalan kelas dengan keputusan tetap ada pada siswa dengan guru sebagai fasilitator, hal tersebut didukung oleh Hasibuan (1988:174).
Dalam kegiatan belajar mengajar guru senantiasa berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, kalau saat guru menerangkan materi yang esensial maka suasana menjadi serius, namun juga guru kadang kala melontarkan kalimat-kalimat yang membuat siswa tertawa tetapi masih dalam koridor materi tersebut. Melihat beban yang harus dihadapi siswa begitu komplek maka guru juga merasa empati terhadap kecemasan yang dialami siswa, dengan menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa merasa enjoy dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan harapannya bisa mencapai prestasi belajar yang optimal (Walberg & Greenberg, 1977)
Tugas pokok kelima yaitu strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu , di setiap sekolah mewajibkan semua siswa baru untuk mengisi format pernyataan tentang kesediaan siswa untuk mematuhi semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah dengan mengetahui orang tua, dan jika perlu orang tua diundang ke sekolah untuk disampaikan ketentuan dan tata tertib yang harus ditaati oleh peserta didik. Hal ini menjaga kemungkinan apabila di kemudian hari peserta didik melanggar maka dia harus bersedia untuk menerima sanksi bahkan kalau sering melakukan pelanggaran maka siswa dikembalikan ke orang tua.
Utuk menegakkan kedisiplinan seperti yang disebut di atas sesuai dengan pendapat Rohani (2004:22) guru mesti menyadari bahwa tanggung jawab dalam pengajaran khususnya untuk menghantarkan perkembangan dan perubahan lebih maju bagi diri peserta didik tidak boleh menafikan dan melupakan kenyataan bahwa suatu disiplin pada awalnya harus dipaksakan dari luar menuju kearah disiplin mandiri khususnya disiplin yang menyangkut aktifitas dalam kelas pengajaran
Untuk meningkatkan disiplin siswa, sekolah harus memiliki sistem pengendalian ketertiban yang sudah berjalan dengan baik, sistem ini dilaksanakan oleh petugas tatib bekerja sama dengan wakasek, guru piket, wali kelas, guru pembimbing dan dibantu oleh petugas satpam dan sebagai penanggung jawab dalam hal ini adalah Kepala sekolah. Petugas tatib bersama satpam setiap pagi berada di pintu gerbang depan dan pintu gerbang belakang, untuk memantau kelengkapan atribut seragam sekolah siswa, apabila menemui siswa yang seragamnya tidak sesuai dengan jadwal, atribut tidak lengkap, siswa terlambat, maka siswa yang melanggar setelah bel masuk dikumpulkan di sekretariat tatib, kemudian disuruh mengisi buku rekaman tentang jenis pelanggaran untuk ditindak lanjuti dengan memberikan sanksi. Secara umum anak-anak sudah memahami karena sebelumnya sudah disosialisasikan tentang tata tertib dan peraturan beserta sanksinya, yaitu mengumpulkan alat-alat kebersihan (misalnya: sapu, sulak, kain pel, keset dsb). Untuk meningkatkan pemantauan terhadap ketertiban siswa, pihak tatib selalu menginformasikan siswa yang melanggar kepada wali kelasnya masing-masing agar segera ditindak lanjuti dengan pembinaan wali kelas sehingga siswa tidak berani mengulangi lagi, namun bila sampai dua atau tiga kali siswa melanggar, maka tatib dan wali kelas mengirim ke guru pembimbing bahkan kalau perlu didatangkan orang tuanya, dengan harapan orang tua ikut membina di rumah.
Tugas pokok keenam yaitu strategi guru dalam mengevaluasi proses belajar mengajar, bahwa evaluasi proses belajar mengajar dilaksanakan pada awal pembelajaran, guru selalu melontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pertemuan sebelumnya. Kegiatan selanjutnya membahas materi inti yang sudah dipelajari siswa sebelumnya, sehingga saat guru membahas para siswa cepat memahaminya. Setelah itu guru memberikan beberapa persoalan dipapan tulis dengan memberi kesempatan siswa secara bergilir untuk mengerjakan kedepan dan 90% siswa mengerjakan soal tersebut dengan benar. Demikian pula bila melihat hasil nilai ulangan harian, rata-rata nilainya baik ( 85 – 100), dan hasil ulangan harian selalu dibagikan kepada siswa.
Kontrol adalah suatu pekerjaan yang dilakukan seorang guru untuk menentukan apakah fungsi organisasi serta pimpinanya telah dilaksanakan dengan berhasil mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Jika tujuan itu belum dicapai, maka seorang guru harus mengukur kembali serta mengatur situasi tetapi ia tidak boleh mengubah tujuannya. Jika seseorang guru mengadakan kontrol, maka ia melakukan: (1) mengevaluasi sistem belajar, (2) mengukur hasil belajar, dan (3) memimpin dengan berpedoman pada tujuan yang tertentu. Dengan jalan demikian, guru-manajer mencoba menentukan apakah kejadian-kejadian sesuai dengan apa yang direncanakan, dan jika terjadi kegagalan diubah menjadi suatu keberhasilan. Hal ini dilakukan dengan jalan memimpin dengan efektif. Hanya efektivitas dia yang dapat mengubah sumber menjadi hasil(Davies,1986:36) ***********


*Drs. Maswan, MM, adalah dosen INISNU Jepara (PD III Fak. Tarbiyah)

** Makalah ini disajikan pada Seminar untuk Guru se Kabupaten Jepara, yang diselenggarakan oleh Lembaga Bimbingan Belajara dan Pendidikan Mandiri (BERDIKARI) Jepara.

Rabu, 15 April 2009

PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Oleh: Maswan

A. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasala dari kata pustaka yang berarti kitab atau buku. Dalam kamus Bahasa Indonesia ”perpustakaan” diartikan kumpulam buku-buku. Dari bahasa asing dikenal dengan istilah-istilah dalam Bahasa Inggris lebrary, Bahasa Latin liber atau libri, Bahasa Belanda bibliotheek, Bahsa Jerman bibliothek, Bahasa Perancis bibliotheque, Bahasa Spanyol biblioteca, dan Bahasa Yunani biblia, yang semuanya diartikan buku termasuk di dalamnya semua bahan yang berbentuk grafis, majalah dan buletin.
Dalam pengertian yang umum, perpustakaan adalah kumpulan buku-buku atau bahan-bahan referensi yang dikelola atau ditangani secara teratur dalam sebuah lembaga atau organisasi yang digunakan sebagai acuan atau pedoman untuk kepentingan lembaga tersebut.
Kajian lebih mendalam tentang perpustakaan, sebenarnya tidaklah hanya dipahami sebagai kumpulan buku-buku dalam arti yang sempit. Bahan pustaka yang terkumpul dalam konotasi makna yang luas adalah sebuah referensi keilmuan yang tertulis, cetak atau grafis dan sesuatu yang terekam dalam sebuah alat baik dalam bentuk kaset, slide, film atau segala informasi yang terprogram dalam komputer. Dengan demikian perpustakaan merupakan suatu wadah kelembagaan (institusi) yang mencari, menerima, menyimpan, mengelola, mendistribusikan dan atau meminjamkan segala sesuatu yang berkaitan dengan referensi keilmuan yang tertulis atau sesuatu kajian informasi yang dikolekasi dan tersimpan dalam sebuah dokumen agar dapat dibaca dan diketahui sebagai bahan rujukan bagi orang yang membutuhkan.
Pengertian perpustakaan, dari beberpa para ahli dapat difinisikan sebagai berikut:
1. Menurut Webster’s Third Edition International Dictionary, bahwa perpustakaan adalah kumpulan buku, manuskrip dan bahan pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau bacaan, kenyamanan atau kesenangan.
2. Menurut Harold’s the Libreraian’s Glossary and Reference Book, bahwa perpustakaan adalah koleksi buku diperluas dengan koleksi non buku yang keseluruhannya disebut koleksi dokumen.
3. Menurut Sulistyo-Basuki, (Pengantar Ilmu Perpustakaan), dikatakan bahwa perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung atau gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca bukan untuk dijual.
Setelah memahami pengertian perpustakaan di atas, dapat ditarik dalam rumusan pernyataan sebagai proses pembelajaran bahwa;
1. Perpustakaan adalah kumpulan buku-buku yang memuat tentang berbagai bidang ilmu dan informasi untuk bahan rujukan atau bahan referensi bagi seseorang yang membutuhkan.
2. Buku-buku dan bahan-bahan dokumentasi tersebut dapat diberi nama perpustakaan, jika adanya wadah atau lembaga yang mengelola.
3. Wadah atau lembaga yang mengelola buku-nuku atau bahan-bahan referensi dapat memberi nama ”perpustakaan” apabila mampu mengatur dalam mekanisme yang jelas dan melakukannya dengan menggunakan administrasi yang baik.
4. Administrasi perpustakaan yang baik adalah jika pengelola mampu menyediakan semua bahan (buku-buku da bahan lain) dan memberi pelayanan kerpada publik yang membutuhkan
5. Perpustakaan yang diatur dalam pengelolaan yang profesional itulah yang benar-benar disebut perpustakaan.
6. Jika perpustakaan hanya ada dalam bentuk kumpulan buku-buku yang dipajang di rak-rak almari, tetapi tidak diatur dalam mekanisme pengelolaan yang jelas, maka ini disebut perpustakaan yang bermasalah.
7. Keberadaan perpustakaan yang hanya merupakan kumpulan buku-buku tersebut, hampir dilakukan oleh seluruh perpustakaan di lembaga pendidikan persekolahan di Indonesia.
8. Padahal, ada yang memberi istilah bahwa perpustakaan adalah jantungnya pendidikan.
9. Jika jantung pendidikan yang disebut perpustakaan tidak berfungsi, terus bagaimana pendidikan di Indonesia dapat hidup?
10. Ya, inilah persoalan perpustakaan sekolah yang perlu mendapat penanganan bersama oleh seluruh komponen peremncana dan praktisi pendidikan.

B. Lemahnya Kemampuan Membaca
Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar dalam penggalian berbagai bidang ilmu, keberadaanya haruslah mendapatkan penanganan serius. Terutama dalam dunia pendidikan, perpustakaan yang konon sebagai jantung pendidikan harus berfungsi terus menerus. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan di lembaga pendidikan persekolahan dituntut untuk memberdayakan potensi tenaga yang secara khusus menangani perpustakaan sekolah secara profesional. Dengan berfungsinya perpustakaan sekolah sebagi pusat belajar, dan menjadi wadah pemacu diri untuk gemar membaca, maka akan muncul budaya atau kebiasaan membaca menjadi sebuah kebutuhan.
Lebih-lebih bagi perguruan tinggi, perpustakaan menjadi sebuah jantung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdirinya sebuah perguruan tinggi, haruslah dibarengi dengan terwujudnya perpustakaan. Perguruan tinggi sebagi gudang ilmu, dan penghuninya adalah sangat membutuhkan rujukan referensi umtuk dijadikan bahan studi leterel, tempat penelitian dan sebgai tempat penggalian teori-teori keilmuan.
Hingga saat ini, secara umum memang belum tampak jelas adanya kegemaran membaca bagi peserta didik. Budaya membaca dan menulis belum menjadi milik kita. Sementara ini baru terlihat budaya menyimak dan berbicara. Menyimak merupakan ketrampilan berbahasa yang menjadi tanda bahwa, seseorang atau bangsa yang pasif. Konotasi makna pasif ini, bagi seseorang atau bangsa hanyalah sebagai penerima (reseptif). Sementara budaya berbicara kita, hanya sebatas berbicara sebagai penuturan lisan komunikasi pasar dan jagong minum kopi tanpa landasan konsep berpikir rasional dan dengan landasan keilmuan. Sebenarnya ketrampilan berbicara ini, termasuk kategori ketrampilan berbahasa aktif. Dan ketrampilan ini akan bermakna, jika seseorang yang melakukan komunikasi lisan ini, dilandasasi dengan keilmuan retorika dan pengungkapan ide-ide atau gagasan yang berdasar pada logika berpikir rasional. Sayang, budaya bicara seperti ini belum kita miliki.
Sementara, budaya membaca dan menulis mempunyai derajat nilai sangat tinggi, jika konsep membaca dan menulis ada rumusan yang jelas. Pesan-pesan pembelajaran yang diperoleh dari membaca sebenarnya cukup memberi banyak rangsangan ide dan gagasan. Namun kita pun, masih sangat lemah dalam membangun karsa untuk membaca. Kalau toh kita mempunyai kemauan untuk membaca hanya sebatas membaca kata dan rangkaian kalimat, belum sampai pada membaca ide atau gagasan dalam sebuah wacana. Membaca kata dan kalimat adalah reseptif. Artinya kita hanya sekedar melihat tulisan orang lain, tanpa berpikir bagaimana gagasan itu dimunculkan. Beda jika kita mampu membaca ide dan gagasan yang dituangkan lewat kata dan kalimat. Mulai proses membaca sudah dilandasi ikut berpikir dan perenungan. Hasil penemuan ide dan gagasan orang lain yang dibacanya, akan menjadi konsep baru berpikir kita. Dan jika kita lebih cerdas, maka kita akan mengungkapkan kembali ide atau gagasan tersebut lewat bahasa tulis. Ketrampilan menulis ide dan gagasan dalam bentuk konsep teori keilmuan, adalah ciri-ciri bngsa yang beradab dan berbudaya tinggi.
Memahami pola berpikir di atas, tampaknya budaya membaca dan sekligus budaya menulis, menjadi kebutuhan suatu bangsa, jika menginginkan kemajuan pesat dalam kehidupan kita. Informasi dan jaringan komunikasi yang begitu pesatnya, sangat dibutuhkan ketrampilan membaca secara cerdas. Untuk itu segala macam informasi baik yang tertulis dan terekam dikumpulkan dan dikelola dalam wadah yang bernama perpustakaan. Perpustakaan inilah yang menjadi penerang jalan kemajuan suatu bangsa.
Alfin Tofler, memberikan pernyataan bahwa, ”Hanya orang yang menguasai informasi yang menjadi penentu hidup hiruk pikuk dunia global dan sebagai pemenang dalam persaingan ketat dewasa ini”. Membaca pernyataan tersebut, tampaknya kita perlu menyadari sepenuhnya bahwa minat dan kemampuan membaca bagi suatu bangsa tidak boleh diabaikan jika menginginkan kemajuan. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan budaya membaca, khususnya di perpustakaan;
Pertama, budaya membaca dapat dijadikan indikator majunya sebuah bangsa. Bangsa yang berkembang—kalau tidak dikatakan miskin—relatif memiliki persoalan klasik sekitar kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Menurut laporan UNDP (United Nation Development Programe) kualitas SDM Indonesia berada pada urutan ke-105 di dunia. Angka HDI (Human Development Index) Indonesia hanya mencapai 0,586. Angka ini diperoleh dari akumulasi data melek huruf, angka harapan hidup, serta tingkat GNP selama dua puluh lima tahun pertama.
Kedua, usaha pencerdasan kehidupan bangsa secara yuridis formal, belum melahirkan gerakan-gerakan budaya baca sebagai sebuah aksi, baru dari instruksi ke instruksi atau tahap pencanangan.
Ketiga, program melek baca masyarakat harus disertai dengan perangkat yang mendukung. Kita ketahui betapa miskinnya bangsa indonesia akan buku bacaan. Penerbitan Indonesia akan buku baru sekitar 3.000 – 4.000 judul. Kalu kita bandingkan megaa-negara lain (1990) Amerika menerbitkan buku pertahun sebanyak 77.000 jidul, Jerman Barat 59.000 judul, Inggris 43.000 judul, Jepang 42.000 judul dan Perncis 37.000 judul. Sangat logis kalau perhitungan tahun 1990, pendidikan Indonesoa tertinggal 15-20 tahun dari negara lain. Konsekuensinya, harga buku Indonesia relatif lebih mahal dan hanya dapat dijangkau oleh kelas ekonomi menengah ke atas.
Keempat, dari data yang didapat dari Unesco di antara buta huruf dewasa, sebanyak 65% adalah wanita. Hal ini senada dengan perolehan kesempatan belajar. Di pedesaan kawin muda (early marriage) bagi wanita adalah lumrah. Terdapat prinsip asal bisa baca dan menulis bagi perempuan adalah cukup. Ini berbanding dengan kondisi masyrakat jepang. Ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas pula.
Kelima, sekolah atau lembaga pendidikan hingga saat ini belum bisa memberikan cara yang efektif agar para siswa ataupun masyarakat melek baca. Sebuah pengakuan Mortimer Adler, pemikir terkenal, mengakui bahwa dia tidak bisa membca setelah dia dinyatakan lulus Qori (baca) perguruan tinggi. Artinya membaca memerlukan kemampuan khusus yang harus dipelajari.
Keenam, dari data-data di atas, perlu kiranya diupayakan peningkatan ketrampilan membaca secara khusus dan sungguh-sungguh sampai saat ini. Kita masih secara asing kalau mendengar istilah ”kursus membaca efektif”. Padahal di Amerika, kursus membca banyak diminati oleh akademisi. Dengan banyaknya sumber bacaan, seseorang dituntut untuk mampu membaca secara tepat dan akurat. Muncul pertanyaan sudahkah sistem pendidikan memberikan jawaban terhdap problem yang dijabarkan diatas agar tercipta masyarakat melek baca utama di perpustakaan sehingga berkontribusi bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi?, Gordon Dryden & Jannette Vos (1999:199)

C. Dasar Pemikiran adanya Perpustakaan
Dasar pemikiran bahwa pengembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang, penemuan teori-teori baru yang ditulis olerh para ilmuwan dalam bentuk buku, serta informasi-informasi lain yang didokumentasi lewat tulisan buku dan rekaman, maka perlu dihimpun dalam wadah perpustakaan. Dengan terhimpunnya buku dan dokumen tersebut, untuk memudahkan seseorang mencari bahan referensi dalam mempelajari ilmu dan terori yang ditulis para ilmuwan terdahulu, akan mudah. Sebagai pusat sumber belajar yang dianggap strategis, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, maka perpustakaan dibangun dan diwujudkan dalam dunia pendidikan. Landasan pemikiran mengapa perpustakaan harus ada dalam perpektif dunia pendidikan, karena:
1. Pendidikan sebagai pusat pembentukan manusia yang beradab dan berpengatahuan membutuhkan sumber belajar.
2. Pendidikan dalam pelaksanaan program kegiatannya selalu berhubungan dengan berbagai bidang pengembangan ilmu, yang dalam hal ini bahan pustaka sangat dibutuhkan.
3. Dalam pengembangan ilmu landasan pemikiran dilakukan dengan berdasar pada teori yang ditulis dalam buku-buku yang dihimpun dalam perpustakaan.
4. Pendidikan yang dihrapkan dapat memperoleh hasil atau mutu yang baik, persaratan mutlak harus ada sumber-sumber pembelajaran yang cukup banyak jumlahnya.
5. Untuk dapat terpenuhinya sumber belajar yang mudah, maka perpustakaan menjadi alternatif yang cukup representatif.
6. Agar perpustakaan sebagai fungsi sumber belajar yang efektif, maka pengadaan dan pengelolaanya pada masing-masing lembaga pendidikan harus ditangani secara profesonal.
7. Penangananan perpustakaan secara profesional akan dapat berjalan dalam lembaga pendidikan persekolahan manakala semua komponen yang terlibat ikut memikirkan bagaimana agar fungsi perpustakaan tersebut terlaksana.
8. Dengan dibangunnya perpustakaan sebgai jantung pendidikan dan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dalam proses belajar, maka perpustakaam harus mampu menumbuhkan minat baca dan dapat menimbulkan rasa senang berkreasi bagi guru dan siswa, karena memperoleh berbagai pengetahuan lewat membacanya.
9. Jika budaya membaca bagi peserta didik sudah terlihat jelas semangatnya, maka akan ada pertanda kemajuan pendidikan.
10. Karena sumber pengetahuan dan kecerdasan seseorang tidak ada jalan lain kecuali dengan cara membaca dan membaca terus.

D. Jenis-kenis Perpustakaan
Secara umum ada pengelompokan jenis-jenis perpusrakaan antara lain;
1. Perpustakaan Umum
Perpustakaan ini adalah perpustakaan yang diperuntukkan untuk masyarakat umum yang berkeinginan mengembangkan pengetahuan, dengan cara membaca bahan referensi buku-buku dan bahan bacaan lain yang dapat didokumentsikan dalam perpustakaan tersebut. Bahan pustakan atau koleksi yang dihimpun meliputi berbagai buku dan dokumentasi dari berbagai bidang kehidupan.
2. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan ini adalah perpustakaan yang didbentuk oleh lembaga-lermbaga khusus yang digunakan untuk menunjang proses kegiatan yang ditangai setiap harinya. Bahan pustaka atau bahan koleksinya hanya terbatas pada bidang ilmu yang dilakukan, misalnya perpustakaan kedokteran, pertanian, sosial-budaya, ekonomi dan lain-lain.
3. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang dibentuk dan didirikan oleh lembaga pendidikan persekolahan mulai dari dari pra sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun ada diantara para ahli perpustakaan yang membedakan antara perpustakaan sekolah dengan perpustakaan perguruan tinggi.
a. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan ini biasanya digunakan untuk label oleh sekolah, mulai dari jenjang pendidikn dasar (SD/MI), lembaga pendidikan menengah pertama (SMP/MTs) dan lembaga pendidikan menengah atas (SMA/MA/SMK). Bahan pustaka atau bahan koleksi, biasanya lebih banyak pada buku-buku penunjang mata pelajaran dan materi bacaan yang relevan dengan tingkat perkembangan anak-anak sekolah sesuai dengan jenjangnya.
b. Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelolah oleh sebuah lembaga perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu, maka perpustakaan yang didirikan mempunyai cakukan yang lebih luas dibandingkan dengan perpustakaan sekolah yang ada dibawahnya. Perpustakaan pergurunan tinggi yang di bawah naungan Universitas, bahan pustaka atau bahan koleksinya mencakup semua disiplin ilmu yang yang dikembangkan di perguruan tinggi tersebut cakupannya lebih luas dan banyak dibandingkan dengan perguruan tinggi yang berbentuk institut, sekolah tinggi, akademi, dan sejenisnya. Masing-masing lembga tersebut menyediakan bahan pustaka atau koleksi buku yang sesuai dengan program studi yang dikembangkan dalam lembaga perguruan tinggi tersebut.
Dalam kerangka sistem pendidikan, perpustakaan yang mempunyai beberapa jenis nama tersebut di atas adalah sebgai bagian dari sumber belajar menjadi sangat penting untuk dipecahkan masalahnya. Sebagai pusat sumber belajar, kehadirannya sangat dibutuhkan, oleh perencana pendidikan, praktisi pendidikan dan semua pengguna hasil-hasil pendidikan. Dengan pentingnya peran dan fungsi perpustakaan dalam dunia pendidikan, paling tidak kehadiran perpustakaan perlu mendapat penanganan yang layak, mantap, teratur dan diupayakan agar dapat mencerminkan harapan penggunanya. Sebab perpustakaan pada hakekatnya merupakan ”jantung pendidikan”. Sebagai sebuah jantung dalam kehidupan, maka hidup matinya pendidikan dapat diukur fungsi tidaknya perpustakaan yang dikelolanya.

E. Tujuan Perpustakaan
Sebagai jantung dalam pendidikan, perpustakaan hakekatnya juga sebgai gambaran identitas sebuah tempat dan sarana untuk memacu semua aktifitas proses pembelajaran yang ada di sekolah, masyarakat dan juga pada keluarga. Perpustakaan sebagai pusat belajar mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain:
1. Menyediakan segala sesuatu yang berhubugan dengan kepentingan masyarakat dengan pelayanan antara lain: pemberian informasi baik mengenai prosedur penyimpanan dan pelayanan bahan pustaka.
2. Menjawab pertanyaan yang ada hubunga nya dengan pelayanan referensi.
3. Memelihara dan melestarikan waroisan budaya bangsa, antara lain berupa buku-buku langka dan naskah-naskah kuno atau lama.
4. Mengadakan antisipasi terhadap kebutuhan yang diorientasikan pada masa depan bangsa dengan jalan penambahan buku, persediaan buku-buku baru yang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.(Maswan; 1985)


F. Peranan Perpustakaan
Selain tujuan di atas, perpustakaan juga berperan dalam dunia pendidikan, baik pendidikan informal, formal dan nonformal. Di antara peranan perpustakaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ikut menentukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berjalan, hal ini dapat dilihat dan diukur dari bahan pustaka yang ada.
2. Ikut membantu para pengembang ilmu dalam dunia pendidikan, lewat para pemikir dan peneliti yang menggunakan acuan teori-teori keilmuan yang ditulis di buku.
3. Ikut menbantu daya ingatan bagi para pengembang ilmu, karena buku sebagai dokumen tertulis dapat dibaca dan atau dikaji secara berulang-ulang.
4. Ikut membantu meringankan beban bagi orang-orang yang tidak mampu memiliki buku yang diperlukan, karena mahalnya sebuah buku, maka buku-buku referensi di perpustakaan sebagai alternatif yang efektif untuk dipinjam.
5. Ikut membantu mencri sumber referensi yang langka, karena buku-buku tersebut sudah tidak diterbikan lagi, atau buku-buku tersebut tidak dijual bebas, atau kerena terlampau mahal harganya, padahal buku tesebut sangat diperlukan untuk referensi dalam penelitian.
6. Ikut membantu memudahkan pendidik (guru/dosen) dalam mencari sumber bahan ajar dan juga memudahkan menyelesaikan tugas penulisan karya ilmiah, karena referensi mudah didapat dari perpustakaan.

G. Fungsi pepustakaan
Sedangkan dalam pelaksanaannya, perpustakaan sebagai tempat pengembangan ilmu dan penyebaran informasi sangat berarti bagi kehidupan orang-orang yang terpelajar. Untuk itu perpustakaan yang ditangani dengan landasan teori managemen yang baik mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1. Sebagai tempat untuk mengumpulkan dan pengelolaan bahan pustaka, baik buku, dan dokumen-dokumen penting baik dalam bentuk grafis, cetak, film dan kaset.
2. Sebagai pusat pengembangan informasi dan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku dan koleksi bahan pustaka lain bagi yang membaca.
3. Sebagai sumber informasi dan data-data dalam kajian ilmu, penelitian dan sumber belajar bagi para siswa dan mahasiswa.
4. Sebagai pusat belajar dan pengembangan minat baca bagi semua orang yang menginginkan kemajuan.
5. Sebagai tempat untuk melestarikan kebudayaan yang ditulis dalam bentuk buku dan dokumentasi sejarah.
6. Sebagai pusat penerangan yang diperoleh dari bahn tertulis yang dimuat di surat kabar, majalah, jurnal atau tabloit tentang perkembangan kejadian-kejadian yang ada di masyarakat.
7. Sebagai tempat hiburan bagi pembaca yang mempunyai kegemaran membaca cerita-cerita yang dikemas dalam buku fiksi seperti cerpen, novel, roman dan sejenisnya.
Secara unum fungsi perpustakaan dikelompokkan menjadi:
1. Fungsi Pengembangan Pendidikan
Perpustakaan sebagai fungsi edukatif digunakan sebagai pusat sumber pendidikan bagi anak sekolah. Di dalam di dunia pendidikan, perpustakaan sebagai sarana sumber belajar untuk referensi mata pelajaran yang dirumuskan dalam struktur program pelajaran. Sumber belajar yang berupa bahan pustaka berjenis buku atau dukumentasi lain dalam rangka untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan banyaknya bahan pustakan berupa buku, akan menumbuhkan minat baca para peserta didik.
Banyaknya buku yang dikelola dalam perpustakaan akan memudahkan mencari dan menggali berbagai pengetahuan sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan di sekolah. Fungsi perpustakaan dalam dunia pendidikan ibarat sebagai jantung. Jika perpustakaan diibaratkan sebagai jantung pendidikan tidak berfungsi, maka pendidikan akan mengalami kegagalan dalam hidupnya. Artinya keberadaan pendidikan tanpa ditunjang perpustakaan sama halnya pendidikan tidak akan mampu mewujudkan hasil yang maksimal.
2. Fungsi Penyebaran Informasi.
Adanya perpustakaan baik di dalam lembaga pendidikan maupun perpustakaan umum yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat, berfungsi sebgai pusat informasi segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Prinsip dasar didirikannya perpustkaan adalah untuk penyebaran informasi, baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, buletin, jurnal atau sumber-sumber informasi lain seperti berbentuk CD, kaset dan atau telekomunikasi berbentuk internet, TV dan lain-lain. Semua sarana bahan pustaka dan alat-alat tersebut sebagai sarana informasi dan keterangan yang dapat dimanfaatkan oleh murid sebagai tambahan informasi di luar proses belajar mengajar di luar kelas.
3. Fungsi Pusat Penelitian.
Perpustakaan merupakan tempat terkumpulnya bahan pustaka yang dapat dijadikan acuan untuk penggalian teori-teori keilmuan. Data-data yang dapat dikaji dalam pengembangan teori-teori baru dapat diperoleh dalam perpustakaan. Oleh sebab itu, stiap siswa atau mahasiswa, guru (dosen) atau siapa saja yang melakukan penulisan karya ilmiah dalam bentuk penelitian selalu menggunakan referensi sebagai dasar atau landasan teori. Untuk memperoleh data-data tersebut dilakukan dalam perpustakaan.
4. Fungsi Tempat Rekreasi
Yang dimaksudkan perpustkaan sebagai tempat rekreasi adalah bagi para pengguna perpustakaan, setelah membaca bahan referensi merasa terhibur, karena mereka dapat menemukan berbagai macam informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan pengetahuannya. Seseorang yang merasa terhibur setelah membaca buku-buku baik buku fiksi maupun non fiksi, ini merupakan sarana rekreasi bagi para pecinta ilmu dan orang senang kemajuan dalam bidang pengetahuan. Seseorang yang mempunyai minat baca tinggi, buku dan bahan-bahan bacaan adalah sarana hiburan yang sangat efektif dan menyenangkan.

H. Ciri-ciri Perpustakaan yang Baik
Perpustakaan sebagai sumber belajar yang diharapkan dapat menumbuhkan minat baca bagi pengguna, maka hendaklah dikelola secara baik. Ciri-ciri perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang mempunyai persyaratan sebagi berikut:
1. Mempunyai koleksi bahan pustakan yang cukup untuk memenuhi kebuthan pembaca, bik dalam bentuk buku-buku dengan berbagi klasifikasi disiplin ilmu, bahan media cetak dan media audio-visual.
2. Mempunyai tenaga pustakawan yang profesional dan jumlahnya memenuhi kebutuhan pelayanan pembaca.
3. Mempunyai sarana gedung yang memuat beberapa ruang, ruang baca yang dilengkapi dengan meja dan kursi baca yang representatif, ruang rak atau almari untuk menempatkan bahan pustaka berbentuk buku, majalah, surat kabar dan dokumen lain yang tersususn secar sitematis, ruang pelayanan peminjaman dan lain-lain. Kelengkapan sarana dan prasarna yang memadahi memuat beberapa jenis, antara lain:
a. Rak buku,
b. Rak majalah.
c. Rak surat kabar.
d. Rak atlas
e. Tempat penititan tas.
f. Almari katalog.
g. Almari arsip.
h. Loket peminjaman dan pengembalian.
4. Mempunyai aturan dan mekanisme pengelolaan yang baik. Artinya segala aturan ditulis dalam sebuah pedoman perpustakaan, baik tata cara peminjaman dan pengembalian buku, sanksi pelanggaran dalam peminjaman dan penggunaaan bahan pustaka lainnya.
5. Mempunyai ketentuan ruang waktu yang cukup lama. Perpustakaan yang sudah maju dibuka sampai malam dalam melayani pembacanya.
6. Mempunyai fasilitas yang digunakan untuk membaca yang tenang dan menumbuhkan rasa senang bagi setiap pengunjung.
7. Mempunyai komitmen untuk memberi kemudahan dalam setiap kebutuhan dan ada kemudahan dalam setiap pelayanan.

I. Permasalahan yang Dihadapi Perpustakaan.
Secara umum perpustakaan di Indonesia keberadaannya belum dapat mencerminkan peradaban bangsa yang tinggi. Diakui atau tidak hampir setiap perpustakaan yang didirikan oleh sebuah lembaga baik pemerintah yang berbentuk perpustakaan umum, perpustakaan khusus yang didirikan oleh instansi dan atau perpustakaan yang dikelola oleh lembaga pendidikan, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta mengalami permasalahan yang sama. Peran dan fungsi perpustakaan belum dapat dirasakan oleh pengguna atau pembacanya. Hal ini dapat kita amati dari beberapa faktor penyebabnya, antara lain:
1. Bahan pustaka atau bahan koleksinya sangat terbatas.
Idealnya buku-buku atau bahan koleksi di perpustakaan adalah buku yang mampu mencukupi semua kebutuhan pembacanya. Jika bahan pustaka yang dibutuhkan tidak tersedia di perpustakaan, maka akan mengganggu dan menghambat proses minat baca dan sekaligus menghambat pengembangan ilmu pengetahuan. Terbatasnya buku-buku yang dibutuhkan, karena di antara kita tidak banyak yang menjadi penulis buku. Atau karena lembaga tersebut tidak mampu membeli buku karena sangat mahalnya harga buku.
2. Rendahnya minat membaca bagi para guru, siswa dan juga masyarakat secara umum.
Rendahnya minat baca, mengakibatkan perpustakaan tidak menjadi suatu tempat yang menarik untuk dikunjungi. Faktor lemahnya minat baca dapat terjadi karena buku-buku yang dikoleksi di perpustakaan tersebut tidak menarik untuk dibaca, atau karena buku-buku yang tersedia tidak mencukupi atau bahkan tidak tersedia.
3. Tenaga pengelola perpustakaan tidak prodesional
Sering terjadi untuk mendapatkan sebuah buku di perpustakan seseorang mengalami kesulitan, namun dari petugas pelayanan perpustakaan tersebut tidak berusaha membantu. Bahkan terkadang memarahi jika pengunjung yang membutuhkan buku-buku tersebut bertanya dan atau mencari dengan membongkar buku-buku yang tertata rapi di rak-rak buku yang berubah posisinya.
4. Tidak adanya tempat untuk membaca yang tenang dan nyaman.
Perpustakaan yang dikunjungi oleh banyak orang, perlu ada pengaturan tempat untuk membaca secra khusus, sehingga tidak terganggu oleh orang lain yang lalu lalang orang yang baru mencari buku-buku di rak.
5. Terbatasnya waktu untuk membaca buku di ruang perpustakaan.
Masalah waktu, ini memang perlu perhatian dan pengnturan serius bagi perpustakaan sekolah di tingkat SD, SLTP dan SLTA. Biasanya waktu yang tersedia hanya pada saat istirahat dan jika ada jam-jam kosong bagi guru-guru yang tidak hadir mengajar di kelas. Jelas penggunaan waktu seperti ini tidak akan mungkin akan dapat membaca dengan baik. Idealnya, perpustakaan dibuka dari pagi sampai malam, dengan menambah jumlah tenaga.
6. Kurang mendapat penanganan serius dari pengelola perpustakaan
Pada umumnya, keberadaan perpustakaan hanya sebagai papan nama, adanya perpustakaan seolah-olah tidak ada, karena kebanyakan tidak pernah mendapat pemikiran serius, baik penanganan mengenanai sarana prasarana, bahan koleksinya maupun pelayanannya.
Inilah permasalahan perpustakaan yang di alami oleh dunia pendidikan kita. Mampukah kita mewujudkan perpustakaan yang ideal, demi terselenggarakannya pendidikan nasional dan terwujudnya percerdasan bangsa lewat dunia pendidikan? Selama tidak ada upaya pemikiran ke arah pembinaan dan pengembangan perpustakaan, maka kita yakin dunia pendidikan sangat sulit untuk dipacu pada arah keberhasilannya.
Solusi yang perlu dipikirkan, adalah departemen Pendidikan Nasional, lewat perguruan tinggi yang mengelola Lembaga Pendidikn Tenaga Kependidikan (LPTK), secara khusus membuka program studi Menejemen Perpustakaan. Kualifikasi lulusan program ini ditempatkan di setiap sekolah yang langsung menangani perpustakaan secara profesional.
Dan dalam mengantisipasi langkanya tulisan bebrbentuk buku referensi, setiap perguruan tinggi mempunyai kewajikan untuk membentuk tim penulisan buku yang dilembagagakan, yang beranggotakan para pakar dan ahli yang mempunyai ketrampilan menulis. ***************

Maswan, Dosen, Penbantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara

IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara