Selasa, 31 Maret 2009

KONSEP DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Oleh: Maswan

A. Pengertian Teknologi Pendidikan
Teknologi. Menururt beberapa pendapat, bahwa teknologi dipahami hanyalah menyangkut soal permesinan, dan dalam kasus teknologi pendidikan, berarti permesinan yang digunkan dalam pendidikan. Penganut pandangan ini mendifinisikan teknologi instruksional sebgai “media yang lahir akibat revolusi komunikasi” dan melihat pada “komponen-komponen (mesin) yang membentuk teknologi instruksional” (Definisi Teknologi Pendidikan, Seri pustaka Teknologi Pendidikan: 1986).
Pandangan teknologi seperti ini tidaklah lengkap. Mesin-mesin yang disebut di atas hanyalah sekedar simbol teknologi instruksional. Teknologi merupakn konsep yang jauh lebih luas. Teknologi bukanlah sekedar mesin dan orang. Teknologi merupakan perpaduan yang kompleks dari organisasi manusia dan mesin, ide, prosedur dan pengelolaan.
Teknologi pendidikan memperluas bidang-bidang pengembangan teoritik, riset dan implementasinya dalam bidang pendidikan Jika diterapkan dalam dunia pendidikan, teknologi merupakan proses yang kompleks lagi terpadu untuk menganalisis masalah mencari jalan pemecahannya, mengimplementasikan, mengelola dan mengontrol serta mengevaluasi pemecahan terhadap masalah-masalah pemdidikan.
Dalam teknologi pendidikan pemecahan masalah itu tampak dalam bentuk semua sumber belajar yang didesain atau dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar. Sumber-sumber ini meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik. Dan latar (setting). Sumber belajar untuk teknologi pendidikan yaitu semua sumber yang meliputi data, orang dan barang yang mungkin digunakan oleh si (orang) yang belajar, baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk kelompok, biasanya dalam situasi informal untuk memberikan kemudahan belajar.
Ada dua jenis sumber belajar;
1. Sumber yang didesain yaitu sumber-sumber yang secara khusus dikembangkan sebgai komponen sistem intrukssional yang diharapkan dapat membantu kemudahan kegitan belajar yang bersifat formal dan mempunyai tujuan tertentu.
2. Sumber yang dimanfaatkan yaitu sumber-sumber yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diperoleh dan digunakan untuk keperluan belajar.
Penerapan Teknologi di lermbaga pendidikan merupakan jawaban persoalan yang sekarang ini dialami oleh dunia pendidikan kita. Sebagai salah satu bagian dari sistem yang ada, teknologi pendidikan sebenarnya adalah sautu cara atau teknis bagaimana agar anak didik secara maksimal mampu menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru-gurunya atau anak dengan cara belajar dari proses alam sekitarnya. Penjaminan mutu pendidikan tidak mungkin terwujud, jika pendidikan persekolahan hanya dikebiri dengan ceramah-ceramah yang sangat verbal sifatnya. Walaupun teknologi bukan satu-satunya obat penyembuh penyakit pendidikan, paling tidak sebagai penekan penyakit pendidikan yang saat ini masih dirasakan keberadaannya. Mutu pendidikan sejak dulu masih menjadi persoalan serius. Lulusan sekolah dari berbagai jenjang, sampai saat ini masih belum siap pakai, mereka yang sudah mengantongi gelar kesarjanaan sekalipun masih siap latih, setelah terjun di lapangan.
Dalam bidang pendidikan, tampaknya pelatihan-pelatihan yang saat ini semarak dilakukan oleh berbagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), memberi tanda bahwa lulusan atau output dari sebuah lembaga pendidikan diamggap masih belum mampu diterjunkan di lapangan pekerjaannya. Kegiatan pelatihan profesi guru, memang sarana untuk menjembatani, agar mutu pendidikan yang dibangunnya dapat memenuhi sasarannya.
Mengapa pendidikan mengalami hambatan dalam mencapai tujuan yang diinginkan? Karena, salah satu penyebabnya adalah guru tidak mempunyai kemampuan untuk mendesain intrusksional dan mendesain teknologi (ilmu cara) mendidik dan mengajar siswanya dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada.
Seharusnya guru dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga professional, diharapkan mampu menerapkan proses , meningkatkan produk dan memperhatikan sistem. Diawali dengan proses yang runtut dalam setiap langkahnya, maka akan dapat menghasilkan produk yang lumayan baik. Hasil dari satu proses ke proses lainnya akan menghasilkan produk-produk baru lainnya dalam kerangka wadah satu yang saling terkait, yang sering disebut satu sistem.

B. Landasan dan Pendekatan Belajar dalam Teknologi Pendidikan
Menurut Yusufhadi, Objek formal teknologi pendidikn adalah “belajar” pada manusia, baik sebagai pribadi maupun yang tergabung dalam organisasi. Belajar itu tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan ataupun pelatihan. Belajar itu ada di mana saja dan oleh siapa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan.
Selanjutnya, menurutnya, “ada gejala yang perlu mendapat perhatian atau yang merupakan landasan ontology dari objek tersebut adalah:
1. Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus maupun yang dapat diperoleh secara mandiri.
2. Adanya berbagai sumber, baik yang telah tersedia maupun yang dapat direkayasa, tetapi belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
3. Perlu adanya suatu proses atau usaha khusus yang terarah dan terencana untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat belajar setiap orang dan organisasi.
4. Perlu adanya keahlian dan pengelolan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien dan selaras.
Usaha khusus yang terarah dan terencana bukan sekedar menambah apa yang kurang, menambal apa yang berlubang, dan menjahit apa yang sobek. Menurut Banathy, bukan hanya “doing more of the same”, ataupun “doing it better of the same”, melainkan “doing it differently” untuk menjamin hasil yang diharapkan (Banathy 1991). Pendekatan yang berbeda itu adalah pendekatan yang memenuhi empat persyaratan, yaitu:
1. Pendekatan isomeristik, yaitu yang meggabungkan hal-hal yang sesuai dari berbgai kajian/bidang keilmuan (psikologi, komunikasi, ekonomi, manajemen, rekayasa teknik dsb), ke dalam suatu kebulatan tersendiri.
2. Pendekatan sistematik, yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam usaha memecahkan persoalan.
3. Pendekatan sinergistik, yaitu yang menjamin adanya nilai tambah dari keseluruhan kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan sendiri-sendiri.
4. Pendekatan sistemik, yaitu pengkajian secara menyeluruh (komprehenshif)

C. Teknologi pendidikan sebuah Konsep
Beberapa konsep teknologi pendidikan, dari beberapa pendapat, di antaranya adalah; sebagaimana dikutip Yusufhadi:
1. Konsepsi teknologi pendidikan dapat kita pahami melalui pendekatan teknologi atau pendidikan. Melalui pendekatan teknologi diartikan sebagai teknologi yang diterapkan dalam bidang pendidikan.
2. Pengertian teknologi sendiri sangat luas dan beragam, Ellul (1967: xxv), mendifinisikan teknologi sebagai keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegitan manusia. Dengan demikian teknologi pendidikan harus pula memiliki ciri efisiensi itu.
3. Difinisi yang dibuat Galbraith (1967) tentang teknologi masih sangat populer hingga kini,yaitu aplikasi sistematik sains atau pengetahuan lain dalam tugas praktikal. Bila difinisi ini diterapkan dalam dunia pendidikan, maka teknologi pendidikan merupakan aplikasi sistematik sains dan pengetahuan lain dalam tugas kependidikan.
Definisi ini terlalu luas, karena dengan demikian semua tugas kependidikan dapat dianggap sebgai bidang teknologi pendidikan.
4. Association for Educational Communication and Technology/AECT, 1986), Tekonologi pendidikan merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
Konsep pendidikan sendiri mempuyai arti yang luas, ia merupakan keseluruhan proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan berbagai bentuk prilaku lain yang mempunyai nilai positif terhadap lingkungan tempat hidupnya. Apabila proses itu sengaja dikelola agar dapat terbentuk prilaku tertentu dalam kondisi tertentu, maka proses itu disebut pembelajaran/instruksional.
5. Commission on Instructional Technology, 1970. Teknologi Instruksional (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), merupakan cara yang sistematis dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan khusus yng didasarkan pada penelitian terhadap belajar dan berkomunikasi pada manusia, serta dengan menggunakan kombinasi sumber belajar insani dan non-insani agar menghasilkan pembelajaran yang efektif.
6. Hasil Lokakarya Nasional Teknologi pendidikan, Yogyakarta, 1980, Teknologi pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan usaha untuk memudahkan proses belajar dengan ciri-ciri khas:
a. Memberikan perhatian khusus dan pelayanan pada kebutuhan yang unik dari masing-masing sasaran didik.
b. Menggunakan aneka ragam dan sebanyak mungkin sumber belajar, dan
c. Menerapkan pendekatan sistem.
Dari berbagai pendapat tentang pengertian teknologi pendidikan dan teknologi instruksional, maka Yusufhadi Miarso (2004; 78), memberikan suatu rumusan dalam aplikasi teknologi pendidikan dan implikasinya. Konsep atau pengertian teknologi pendidikan tersebut, jika kita analisis akan memperoleh pedoman umum aplikasi sebgai berikut:
1. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi, manajemen, rekayasa dan lain-lain secara bersistem.
2. Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di antaranya.
3. Digunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar.
4. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekadar penjumlahan. Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah.
Pada awal perkembangan konsep teknologi pendidikn, media (isi pesan yang dikemas dalam bahan) merupakan ciri yang menonjol meskipun hanya merupakan fungsi tambahan. Perkembangan awal ini dikenal sebagai paradigma pertama teknologi pendidikan. Paradigma kedua, bahwa teknologi pendidikan bertolak dari pendekatan sistem dan teori komunikasi dalam kegiatan pendidikan. Paradigma ketiga, tekmologi pendidikan bertolak dari pendekatan manajemen proses instruksional, di mana unsur-unsurnya mempunyai fungsi berbeda-beda, dijalin secara integral. Paradigma keempat, teknologi pendidikan bertolak dari pendekatan ilmu prilaku yaitu memfokuskan perhatian kepada diri si belajar agar mereka itu dapat dimungkinkan untuk belajar secara efektif. Kemungkinan ini tercipta melalui suatu proses kompleks dan terpadu, serta dirancang dan dilaksanakan secara cermat.
Molenda (1988) mengajukan paradigma baru atau paradigma kelima, teknologi pendidikan bertolak dari pendekatan estetika, efisiensi dan lingkugan. Dengan pendekatan ini disyaratkan agar proses maupun produk teknologi pendidikan bersifat anggun (elegant), efisien dalam arti waktu, tenaga dan dana serta akrab dan serasi dengan kebutuhan dan lingkungan.
Berdasarkan perkembangan paradigma (kerangka berpikir) tersebut dapat dirumuskan gagasan dasar atau falsafah teknologi pendidikan yaitu agar setiap pribadi dapat berkembang secara maksimal dengan jalan memanfaatkan segala macam sumber belajar yang ada maupun yang perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga tercapai efisiensi serta keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungannnya. (Menyemai Benih, TEKNOLOGI PENDIDIKN; 80)
Dari beberapa pandangan teantang konsep teknologi penddidikan dengan komponen-komponen yang menyertainya, maka dapat dirangkum dalam konsep teknologi pendidikan secara umumm, bahwa:
Teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah terjelma dalam bentuk sumber belajar yang dirancang, dipilih dan atau digunakan untuk keperluan belajar dan yang terdiri dari pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan. Proses analisis masalah merupakan fungsi pengembangan pendidikan dalam bentuk riset atau teori, desain, produksi, evaluasi, seleksi, logistik, pemanfaatan dan peenyebarluasan. Proses pengarahan dan koordinasi nerupakan fungsi pengelolaan pendidikan yang meliputi pengelolaan organisasi dan personal.

D. Pemahaman Konsep Teknologi Pendidikan
Dalam konsep yang jelas dalam rumusan kalimat yang tidak terlalu panjang, dan ada spesifikasinya, maka pemahaman teknologi pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Teknologi pendidikan merupakan ilmu cara yang terbentuk dalam proses panjang untuk membangun sistem pendidikan, agar mampu mewujudkan terbentuknya manusia yang berkualitas.
2. Teknologi pendidikan dalam sistem aplikasinya dilakukan secara terpadu, dan melibatkan banyak komponen di antaranya adalah unsur manusianya, prosedur, ide atau gagasan, bahan dan peralatan serta organisasi pengelolaannya.
3. Teknologi pendidikan merupakan sebuah produk pemikiran untuk mencari jalan pengembangan, pendayagunaan semua sumber daya yang ada, dalam rangka untuk memecahkan problem pendidikan, baik problem yang menyangkut kuantitas dan kualitas pendidikan yang muncul.
4. Teknologi pendidikan memakai pendekatan sistematis dalam rangka, menganalisa dan memecahkan masalah proses belajar.
5. Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang yang berkepentingan dengan pengembangan secara sistematis berbagai macam sumber belajar, termasuk di dalamnya pengelolaan dan penggunaan sumber belajar.
6. Tekonologi pendidikan merupakan suatu bidang profesi yang terbentuk dengan adanya usaha terorganisasikan dalam mengembangkan teori, melaksanakan penelitian dan aplikasi praktis perluasan serta peningkatan sumber belajar.
7. Teknologi pendidikan beroperasi dalam seluruh bidang secara integratif yaitu secaraa rasional berkembang dan berintegrasi dengan berbagai bidang pendidikan.
Ely (1979) dalam Yusufhadi, (2004:6), pada umumnya teknologi pendidikan dianggap mempunyai potensi untuk:
1. Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan:
a Mempercepat tahap belajar (rate of leaning)
b. Membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik.
c. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan belajar anak
2. Memberikan kemungkinan pendidikan yang lebih individual, dengan jalan:
a. Mengurangi control guru yang kaku dan tradisional.
b. Memberikan kesempatan anak berkembag sesuai dengan kemampuan.
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, dengan jalan;
a. Perencanaan program pengajaran yang lebih sistematis.
b. Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku.
4. Lebih memantapkan pengajaran, dengan jalan;
a. Meningkatkan kapabilitas manusia dengan berbagai media komunikasi
b. Penyajian informasi dan data secara lebih kongkrit.
5. Menungkinkan belajar secara seketika (immediacy of learning) karena dapat;
a. Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah.
b. Memberikan pengetahuan langsung.
6. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas, terutama adanya media massa, dengan jalan:
a. Pemanfaatan bersama (secara lebih luas) tenaga atau kejadian yang langka.
b. Penyajian informasi menembus batas geografis.

E. Kebutuhan Teknologi dalam Pendidikan
Menurut Dr. Daoed Joesoef, waktu menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, saat memberikan pengarahan dalam Lokakarya Nasional Teknologi Pendidikan di Yogyakartam pada tanggal 8 Januari 1980, menyatakn antara lain:
Teknologi pendidikan perlu dipikirkan dan dibahas terus menerus, kerena adanya kebutuhan riil yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya yaitu:
1. Tekad mengadakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2. Keharusan meningkatkan mutu pendidikan, berupa antara lain; penyempurnaan kurikulum, penyediaan berbagai sarana pendidikan, dan peningkatan kemampuan tenaga pengajar lewat berbagai bentuk pendidikan serta latihan.
3. Penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai dengan tantangan zaman dan kebutuhan.
4. Penigkatan partisipasi masyarakat dengan pengembangan dan pemanfaatan berbagai wadah dan sumber-sumber pendidikan.
5. Penyempurnaan pelaksanan interaksi penyelenggaraan pendidikan.

Konsep dasar pemikiran adanya kehadiran teknologi pemdidikan yang merupakan kebutuhan, mengacu pada kemajuan dan perkembangan pembelajaran dapat diidentifikasikan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Sistem belajar terbuka bagi setiap anggota masyarakat mempunyai peluang besar, karena media pembelajaran sudah menyebar luas sedemikian rupa di ligkungan sekitar. Bahkan ada kesan behwa pendidikan formal sangat kering informasi pembaharuan. Kurikulum yang dikemas dalam pendidikan formal memakai acuan konvensional, dan materi pembelajaran cenderung memakai teori-teori klasik konvesional. Pemerintah, dalam hal ini menteri Pendidikan Nasional, harus menghargai jerih payah terhadap lembaga-lembaga swasta di luar sekolah formal, semisal lembaga pelatihan, bimbingan kelompok belajar dan sejenisnya yang ternyata juga ikut mewarnai dan mempunyai kontribusi besar dalam mengentaskan kebodohan bangsa.
2. Inovasi dan perkembangan masyarakat melalui jaringan informasi global, adalah aset yang cukup besar jika pendidikan formal dapat ikut mengejar dan memnfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi kehidupan yang semakin pesat ini. Tuntutan zaman, semua komponen yang tergabung dalam penataan sistem pendidikan nasional, baik menteri, dirjen, sampai ke bawah yang bernama guru, harus mulai cerdas membca kemajuan yang ada diluar sekolah.
Kontribusi pembelajaran dan efektivitas keberhasilan dari media teknologi komunikasi dan informasi lewat TV dan internet hampir 75% lebih, dibanding dengan pendidikan formal yang tidak dilengkapi dengan berbagai multimedia.
3. Dengan dikembangkan teknologi pendidikan di lembaga pendidikan formal, menuntut dan ini menjadi keharusan guru-guru dan dosen harus cerdas dan yang mempunyai daya kreatifitas tinggi untuk menerapkan teknologi dengan cara memanfaatkan media dan alat-alat bantu pembelajaran modern. Jika perlu, perekrutan guru diambilkan dari disiplin ilmu murni, dan selanjutnya untuk metodolagi pengajarannya diadakan pendidikan pelatihan atau dengan mengikuti program akta IV.
Konsep dasar pemikiran ini tidak berarti merendahkan mutu Lembaga Pendididikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang di kelola oleh perguruan tinggi. Di lapangan lulusan LPTK, banyak yang tidak menguasai materi pembelajaran, mereka lebih banyak menguasai metodolgi, tapi kering materi keilmuannya.
4. Teknologi pendidikan yang dikemas dalam teknologi instruksiomal dari masing-masing materi pembelajaran adalah satu urutan teori yang sistematis dari jenjang pendidikan yang paling bawah ke jenjang atas.
Contoh kongkrit yang patut kita cermati bersama adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Khusus dua matapelajaran ini, di sekolah yang tingkatannya rendah seperti di Sekolah Dasar (SD), haruslah diajar oleh guru yang mempunyai disiplin ilmu murni dan menguasai teknologi intruksional, kalau tidak, maka pendidikan di Indonesia selamanya tidak akan menciptakan peserta didik yang berkualitas.
Logikanya, bahasa adalah sebuah ketrampilan berbahasa, terurama ketrampilan membaca adalah modal awal peserta didik. Untuk guru bahasa kelas I SD, haruslah menguasai bganiamana cara mengajar membca pemahaman yang efektif agar peserta didiknya mampu mengenal simbul bahasa dan sekaligus memahami makna dalam terminologi kata tersebut. Serta dapat melafalkan dalam rangkaian kalimat secara faseh dan jelas serta lancar.
Selain itu, guru bahasa Indonesia harus memberikan penekanan pada konsep membca pemahaman dalam setiap kata, setiap kalimat, paragraf dan wacana. Setiap selesai membaca tulisan, harus dicermati tentang kemampuan penangkapan pesan-pesan yang dibaca. Kondisi ini dibiasakan sejak kecil. Setiap kali membaca haruslah dapat mengungkapkan ide sentral bacaan, jika belum dapat, anak disuruh mengulangi terus sampai dapat menemukan ide yang ditemukannya.
Jangan sampai ada anak yang tidak paham dengan apa yang diajarkan sebelumnya, lalu dipindahkan lagi ke materi lain, terus begitu berjalan dari jenjang ke jenjang. Dengan kondisi ini, ketidakpahaman yang tertumpuk-tumpuk terjadi kontaminasi (tumpang tindih-jw), hingga anak lulus SD tidak dapat membaca pemahaman. Setiap selesai membaca buku, setelah bukunya ditutup, tidak mengerti apa yang dibacanya. Dan kenyataan ini berlanjut sampai tingkat SLTP, SLTA bahkan sampai ke perguruan tinggi. Ini namanya kesalahan berantai yang dimulai dari dasarnya.
Sama halnya dengan mata pelajaran matematika. Kesalahan guru dalam memberi landasan konsep teori pertama kali belajar angka dan simbol (tanda-tanda), yang disebut hitungan matematis, tidak jelas dan membingungkan. Kebingungan awal tidak diatasi, harus dipindahkan ke teori hitung lainnya, yang seharusnya masih ada kaitannya (benang merah) yang menghubungkan teori terdahulu, maka anak akan memperoleh kebingungan dan ketidakpahaman bertumpuk. Dan ini berlanjut secara berjenjang, hingga anak lulus sekolah.
Melihat persoalan anak tidak mampu membaca dan menghitung adalah, bersumber dari proses pembelajaran yang salah. Proses pembelajaran yang salah karena guru tidak menguasai materi dan tidak mampu menerapkan teknologi pendidikan (teknologi instruksional). Jika guru tidak mengerti materi sebagai sebuah keilmuan yang diajarkan, maka hasil pendidikan yang kita lihat, adalah seperti yang kita rasakan ini. Tepat saja, anak lulus sekolah tidak pernah paham secara persis apa saja materi pelajaran yang pernah dipelajarinya.
*****************
Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara

IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara