Rabu, 28 Januari 2009

ETOS KERJA TINGGI, ITU JIWA WIRASWASTAWAN

Oleh: Maswan

Menurut Suparman dalam buku, Membina Jiwa Wiraswasta, menyebutkan bahwa gambaran manusia ideal adalah manusia wiraswasta yang dalam keadaan bagaimanapun daruratnya, akan mempu berdiri di atas kemampuan sendiri, untuk menolong dirinya sendiri, keluar dari kesulitan yang dihadapinya, termasuk menghadapi kemiskinan tanpa bantuan pemerintah. Dan dalam keadaan biasa manusia wiraswasta akan mampu menjadikan dirinya maju dan kaya serta berhasil secara lahir dan batin.
Untuk dapat melangkah ke tujuan hidup yang layak, maka etos kerja harus dikobarkan terus dalam setiap saat. Seorang pekerja keras akan mampu menghasilkan kemnfaatan pada dirinya, dan mampu mencukupi kebutuhan dirinya sendiri. Jika etos kerja ini, dilakukan oleh seorang lulusan sekolah menengah yang beringinan untuk kulih, maka akan menghasilkan uang yang dikumpulkan untuk mendaftar di perguruan tinggi. Untuk mencukupkan keuangan, cari jurusan atau program studi yang paling murah di salah satu perguruan tinggi yang diminati. Yang penting kuliah, mencari tambahan ilmu dan merubah status kehidupan.
Dengan ilmu, dapat mengangkat derajat kehidupan manusia. Apapun disiplin ilmu yang kita peroleh akan mempengaruhi pola berpikir kita. Jiwa wiraswasta yang sudah dibangun sejak mahasiswa, setelah menjadi sarjana tidak pernah akan tergiur untuk menjadi pegawai negeri sebagai tujuan hidupnya. Bagi seorang yang berjiwa wiraswasta enggan menjadi pegawai negeri, karena menganggap pegawai negeri terlampau banyak aturan birokrasi. Kondisi ini sangat menghambat kreatitas berpikirnya. Bangunan struktuk jiwa kewirswastaan adalah orang yang merdeka dalam pencetusan ide dan gagasan, pekerja keras yang selalu berpikir inovatif untuk dirinya, dan juga untuk orang lain. Aplikasi keilmuan yang dimilikinya, selalu berupaya menciptakan lapangan kerja, tidak mencari pekerjaan.
Memulai untuk menjadi wiraswastawan, biasanya memang dari desakan kebutuhan ekonomi. Makanya saat ini waktu yang tepat, bagi lulusan SLTA dari keluarga yang berekomi lemah memulai dari start (langkah awal) untuk memercikkan ide kreatif dalam mencari peluang kerja di kota dan perguruan tinggi mana yang akan dibidik untuk dijadikan tempat belajar. Bekerja dan kuliah, menjadi kemasan langkah berpikir dan berbuat. Jangan hanya bekerja untuk menjadi kuli panggul atau kuli angkat junjung terus, yang hanya berbekal ijazah SD, SLTP atau SLTA. Awalnya, jadilah kuli bangunan dan angkat junjung, tetapi berstatus mahasiswa, tidak masalah. Tetapi saat bekerja menjadi kuli, harus juga berpikir bagaimana cara agar dapat bekerja seperti orang yang membayar pekerjaan kita ini. Ini bedanya pekerja kasar yang tidak mempunyai ilmu dengan yang mempunyai ilmu. Orang yang cerdas berilmu akan terus selalu berpikir sistem, tidak pernah berhenti mencari pola baru dalam kehidupannya.
Dengan langkah pasti ide penulisan ini, mengajak para pembaca untuk mengentaskan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan dengan cara memulai hidup lewat semangat kerja tinggi dan dibarengi dengan sekolah yang tinggi pula. Jika terpaksa setelah lulus, menjadi sarjana dan bekerja di perusahaan dan pemerintah, maka posisi pekerjaan tidak pada lapisan bawah yang hanya diperintah, tetapi berusaha untuk menjadi orang yang mengatur dan memimpin dengan landasan berbagi rasa. Kesempatan ini dapat diwujudkan, apabila memang sejak awal etos kerja yang baik dan profesional dapat dibangun sejak kecil atau sejak remaja waktu masih di sekolah bahkan samapi tua..

Semangat Bekerja Harus Dikobarkan
Sekali lagi, masalah kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan adalah masalah yang kita miliki saat ini. Jangan tersinggung jika tulisan ini, merendahkan martabat Anda sebagai seorang yang miskin yang bodoh dan terbelakang. Prinsip dasar pola hidup orang miskin, tidaklah merupakan status quo yang terus dipertahankan sampai mati. Keinginan menjadi orang kaya, adalah suatu hal yang dicita-citakan oleh semua orang miskin di belahan dunia ini. Kecuali orang-orang yang hidup dalam dunia tasawuf, kekayaan tidak menjadi tujuan Kita sebagai orang awam, yang miskin ini, jika berkeinginan mengentaskan kemiskinan haruslah bekerja keras, untuk mengentaskan kebodohan haruslah sekolah menuntut ilmu, untuk mengentaskan keterbelakangan harus bekerja dan sekolah. Kedua aktifitas ini dijalani secara simultan, dan tidak dapat ditawar-tawa lagi.
Dalam buku yang berjudul, Jalan Setapak Menuju Masyarakat Kerja, disebutkan; Mencari kerja dalam bentuk pekerjaan apa saja, yang penting menghasilkan dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kelebihan tersebut digunakan untuk biaya sekolah (bagi mahasiswa). Dan bagi yang belum kuliah, bekerja untuk persiapan mendaftar kuliah. Inilah sikap hidup positif, manajemen kehidupan untuk merancang masa depan yang lebih cerah (Maswan,1983). Dalam situasi ekonomi bangsa yang tidak menentu , justru kita tidak boleh berhenti berpikir untuk mencari ide dalam mengatasi kemiskinan kita sendiri. Melamun atau menggantang asap serta bertopang dagu, bukanlah jalan alternatif. Menyalahkan kebijakan pemerintah dengan cara berdemo berakhir dengan kekerasan dan pengrusakan kemapanan bangunan, tidaklah watak bangsa yang berjiwa besar.
Predikat kemiskinan kita, tidak perlu disesali dan diratapi saja. Kemiskinan yang kita sandang ini, memang pemberian Allah, tetapi Allah masih memberi lahan hidup kepada manusia dengan kasih sayangNya. Allah sering memerintahkan dan menanyakan kepada manusia lewat ajaran dan petunjuknya dalam Al Quran, ”Apakah kamu tidak pernah berpikir?” Akal pikiran yang melekat pada kepala kita dan ditopang oleh organ tubuh yang sehat dan sempurna ini, adalah pemberian Allah. Potensi ini sebenarnya lebih dari cukup untuk bergerak memanfaatkan dan menggerakkan apa yang ada di muka bumi ini.
Proses pembelajaran bagi kita yang termasuk orang miskin, mengapa di luar sisi kehidupan kita ini ada orang yang sukses dan berhasil mencari penghidupan yang melimpah? Orang yang berjiwa besar dan bersikap positif menghadapi kehidupan ini, tidak akan sirik dan cemburu. Realitas yang dialami orang lain yang sukses tersebut, justru menjadi pelajaran. kita mencari tahu sebab musabab mereka berhasil. Proses pembelajaran dari orang yang berhasil tersebut akan menjadi kiblat untuk ikut menapak jalan yang sukses menurut kemampuan kita sendiri. Mari kita mencoba melangkah pasti, dengan menyebut Bismillah yang tetap berharap kepada Sang Khalik, agar dimudahkan segala urusan kita. Amin ******

Maswan, dosen, Pembatu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara dan juga sebagai Pengurus ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia) Kabupaten Jepara Jawa Tengah.









IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ http://www.inisnujepara.ac.id/
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara
BASIS MASSA PARTAI GERINDRA ADALAH
ORANG MISKIN PEDESAAN

Oleh: Maswan

Setiap partai mempunyai basis masa yang menjadi sasaran garapan dan dijadikan pendukung perolehan suara dalam pemilihan umum (PEMILU). Pemain politik, selalu mengklaim bahwa komunitas massa tertentu menjadi miliknya dan tidak boleh partai lain memasuki komunitas massa tersebut. Hal ini sah-sah saja, karena massa yang digalangnya mempunyai kesamaan paradigma, visi dan misi. Namun dalam realitasnya klaim tersebut, terkadang berseberangan karena kenyataan yang dihadapi pemilih sebagai komunitas masa tersebut, merasakan kekecewaan atas perlakuan dari pelaku politik tersebut yang tidak sesuai dengan janji-janji yang pernah disampaikan. Dengan keadaan seperti itu, maka predeksi perolehan suara meleset seperti apa yang diperhitungkan sebelumnya.
Partai GERINDRA yang baru akan tampil di panggung percaturan politik nasional Indonesia, tidak boleh bernafsu dan mengklaim bahwa komunitas massa petani, nelayan dan masyarakat pinggiran kota yang berstatus gelandangan dan orang-orang miskin lainnya menjadi milik kita. Rasanya mmang terlalu dini, jika kita merasa optimis, akan mampu bersaing dengan partai-partai raksasa seperti Golkar, PDI, PPP dan PKB dan sejenisnya. Mereka sudah malang melintang dan sudah merasakan pahit getirnya perjuangan kepartaian. Sebagai partai baru yang berharap menjadi partai besar, sejajar dengan partai-partai besar tersebut di atas, maka konsekuensi logisnya kita harus belajar dari sepak terjangnya para pimpinan-pimpinan partai yang pernah memenangkan Pemilu. Setidak-tidaknya kita belajar mencuri dari kesalahan-kesalahan mereka untuk tidak dilakukan dalam menjalankan roda kepemimpinan partai GERINDRA. Belajar dari strategi keberhasilan dan mengevaluasi dari kegagalan mereka untuk kita kemas menjadi suatu terori, dan pola-pola baru yang belum pernah dilakukan oleh partai lain. Hal ini memerlukan kecerdasan dari pimpinan dan kader-kader partai GERINDRA.
Bidikan masa yang akan kita dekati adalah basis massa partai lain yang tidak terurus. Massa yang masih tercecer tidak terurus inilah sebenarnya yang perlu kita garap, begitu juga para pemilih pemula. Massa yang kecewa dari partai lain, inilah yang perlu mendapat uluran tangan dan perlu pendekatan persuasif. Strategi perekrutan massa seperti itu sangat sulit untuk didekati, karena biasanya mereka-mereka itu orang kecewa dengan partai yang pernah diikutinya, tetap akan berkesimpulan bahwa setiap kehadiran partai tetap sama jeleknya. Sementara pemilih pemula belum tahu arah ke mana dan siapa yang akan diikutinya. Untuk mendekati komunitas masa seperti ini dibutuhkan kecerdasan dalam berkomunikasi. Dan dalam pendekatan kepada mereka, jangan pernah ada kata bosan dan membenci mereka lantaran tidak mengikuti partai kita. Kata kunci dalam merekrut dan membina pengikut adalah tegur sapa dan senyum persahabatan.
Secara manusiawi, kehidupan petani di desa-desa masih banyak yang membutuhkan uluran tangan bentuk santunan dan bimbingan. Program pemberdayaan petani selama ini hanya ditangani asal-asalan yang tidak mencakup keseluruhan masyarakat. Jika partai GERINDRA ini bertekad memberdayakan masyarakat petani, nelayan dan buruh, maka jalan yang ditempuh adalah dengan cara:
1. Membentuk kader-kader partai yang sekaligus sebagai penyuluh pertanian dan penggerak usaha produktif di tingkat RT-RT di seluruh Indonesia.
2. Kader-kader partai dan penyuluh pertanian di tingkat RT yang dipilih tersebut, dididik dan dilatih secara profesional untuk dibekali berbagai hal, baik teknik pengelolaan pertanian, ketrampilan usaha produktif dan sikap kepemimpinan yang mumpuni.
3. Kader partai dan penyuluh berkewajiban membentuk kelompok tani dan kelompok usaha di masing-masing RT untuk dibina pada bidang pertanian dan bidang kewirausahaan dengan membuka usaha produktif, yang pemasaran produknya juga ditangani dan disalurkan.
4. Pimpinan dan kader partai yang berada di atasnya, yaitu pada tingkat desa sebagai penanggung jawab program, bekerja sama dengan semua perangkat desa dan lembaga terkait seperti BPD, PKK dan karang taruna untuk membina kewirausahaan, membangun sistem pertanian dan perekonomian masyarakat desa.
5. Pimpinan dan kader partai di tingkat kecamatan sebagai fasilitator program pemberdayaan ekonomi massa, membentuk wadah usaha perdagangan untuk menampung dan menjualkan atau mendistribusikan produksi hasil dari kelompok di RT tersebut. Dengan cara ini bagi kelompok tani yang berwirausaha di tingkat RT tidak bingung dan kehilangan arah bagaimana menjual produk tani dan hasil usaha industri kecilnya. Program pemberdayaan usaha perdagangan yang dilakukan masyarakat pedesaan harus selalu mendapat pembiaan dan fasilitas, termasuk mendapat pinjaman modal stimulan.
6. Pimpinan dan kader partai yang berada di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat sebagai pengembang dan pembina program permberdayaan masyarakat desa mengusahakan fasilitas dan dana pinjaman pada usaha perdagangan di tingkat kecamatan serta dana stimulan kepada kelompok usaha tani dan kelompok usaha produktif. Program ini dapat dibentuk lembaga perekomian yang menangani koperasi atau Badan Perkreditan Rakyat (BPR) yang dikelola secara profesional.
Dalam satu program pemberdayaan massa di desa memang harus riil dan dapat menyentuh ke kehidupan yang dialami langsung oleh masyarakat di desa. Dengan demikian, kader partai dengan sendirinya juga menggiring massa untuk memilih dan mendukung partai GERINDRA sebagai tangan kanan HKTI. Program pemberdayaan masyarakat ini memang harus profesional dan berlangsung terus menerus, jika partai GERINDRA ingin besar dan eksis di Indonesia. Jika program partai GERINDRA hanya janji semata, maka kita tidak dapat berharap banyak untuk memperoleh dukungan. Kalau itu yang terjadi maka, ini sama saja dengan partai-partai lain yang sudah sering mengobral janji tetapi realitasnya tidak pernah ada. Pengikut partai sekarang sudah jenuh dengan janji dan tidak akan mempan untuk digerakkan, kalau hanya sekedar bicara menjanjikan sesuatu.

Maswan, Dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara




BASIS MASSA PARTAI GERINDRA ADALAH
ORANG MISKIN PEDESAAN

Oleh: Maswan

Setiap partai mempunyai basis masa yang menjadi sasaran garapan dan dijadikan pendukung perolehan suara dalam pemilihan umum (PEMILU). Pemain politik, selalu mengklaim bahwa komunitas massa tertentu menjadi miliknya dan tidak boleh partai lain memasuki komunitas massa tersebut. Hal ini sah-sah saja, karena massa yang digalangnya mempunyai kesamaan paradigma, visi dan misi. Namun dalam realitasnya klaim tersebut, terkadang berseberangan karena kenyataan yang dihadapi pemilih sebagai komunitas masa tersebut, merasakan kekecewaan atas perlakuan dari pelaku politik tersebut yang tidak sesuai dengan janji-janji yang pernah disampaikan. Dengan keadaan seperti itu, maka predeksi perolehan suara meleset seperti apa yang diperhitungkan sebelumnya.
Partai GERINDRA yang baru akan tampil di panggung percaturan politik nasional Indonesia, tidak boleh bernafsu dan mengklaim bahwa komunitas massa petani, nelayan dan masyarakat pinggiran kota yang berstatus gelandangan dan orang-orang miskin lainnya menjadi milik kita. Rasanya mmang terlalu dini, jika kita merasa optimis, akan mampu bersaing dengan partai-partai raksasa seperti Golkar, PDI, PPP dan PKB dan sejenisnya. Mereka sudah malang melintang dan sudah merasakan pahit getirnya perjuangan kepartaian. Sebagai partai baru yang berharap menjadi partai besar, sejajar dengan partai-partai besar tersebut di atas, maka konsekuensi logisnya kita harus belajar dari sepak terjangnya para pimpinan-pimpinan partai yang pernah memenangkan Pemilu. Setidak-tidaknya kita belajar mencuri dari kesalahan-kesalahan mereka untuk tidak dilakukan dalam menjalankan roda kepemimpinan partai GERINDRA. Belajar dari strategi keberhasilan dan mengevaluasi dari kegagalan mereka untuk kita kemas menjadi suatu terori, dan pola-pola baru yang belum pernah dilakukan oleh partai lain. Hal ini memerlukan kecerdasan dari pimpinan dan kader-kader partai GERINDRA.
Bidikan masa yang akan kita dekati adalah basis massa partai lain yang tidak terurus. Massa yang masih tercecer tidak terurus inilah sebenarnya yang perlu kita garap, begitu juga para pemilih pemula. Massa yang kecewa dari partai lain, inilah yang perlu mendapat uluran tangan dan perlu pendekatan persuasif. Strategi perekrutan massa seperti itu sangat sulit untuk didekati, karena biasanya mereka-mereka itu orang kecewa dengan partai yang pernah diikutinya, tetap akan berkesimpulan bahwa setiap kehadiran partai tetap sama jeleknya. Sementara pemilih pemula belum tahu arah ke mana dan siapa yang akan diikutinya. Untuk mendekati komunitas masa seperti ini dibutuhkan kecerdasan dalam berkomunikasi. Dan dalam pendekatan kepada mereka, jangan pernah ada kata bosan dan membenci mereka lantaran tidak mengikuti partai kita. Kata kunci dalam merekrut dan membina pengikut adalah tegur sapa dan senyum persahabatan.
Secara manusiawi, kehidupan petani di desa-desa masih banyak yang membutuhkan uluran tangan bentuk santunan dan bimbingan. Program pemberdayaan petani selama ini hanya ditangani asal-asalan yang tidak mencakup keseluruhan masyarakat. Jika partai GERINDRA ini bertekad memberdayakan masyarakat petani, nelayan dan buruh, maka jalan yang ditempuh adalah dengan cara:
1. Membentuk kader-kader partai yang sekaligus sebagai penyuluh pertanian dan penggerak usaha produktif di tingkat RT-RT di seluruh Indonesia.
2. Kader-kader partai dan penyuluh pertanian di tingkat RT yang dipilih tersebut, dididik dan dilatih secara profesional untuk dibekali berbagai hal, baik teknik pengelolaan pertanian, ketrampilan usaha produktif dan sikap kepemimpinan yang mumpuni.
3. Kader partai dan penyuluh berkewajiban membentuk kelompok tani dan kelompok usaha di masing-masing RT untuk dibina pada bidang pertanian dan bidang kewirausahaan dengan membuka usaha produktif, yang pemasaran produknya juga ditangani dan disalurkan.
4. Pimpinan dan kader partai yang berada di atasnya, yaitu pada tingkat desa sebagai penanggung jawab program, bekerja sama dengan semua perangkat desa dan lembaga terkait seperti BPD, PKK dan karang taruna untuk membina kewirausahaan, membangun sistem pertanian dan perekonomian masyarakat desa.
5. Pimpinan dan kader partai di tingkat kecamatan sebagai fasilitator program pemberdayaan ekonomi massa, membentuk wadah usaha perdagangan untuk menampung dan menjualkan atau mendistribusikan produksi hasil dari kelompok di RT tersebut. Dengan cara ini bagi kelompok tani yang berwirausaha di tingkat RT tidak bingung dan kehilangan arah bagaimana menjual produk tani dan hasil usaha industri kecilnya. Program pemberdayaan usaha perdagangan yang dilakukan masyarakat pedesaan harus selalu mendapat pembiaan dan fasilitas, termasuk mendapat pinjaman modal stimulan.
6. Pimpinan dan kader partai yang berada di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat sebagai pengembang dan pembina program permberdayaan masyarakat desa mengusahakan fasilitas dan dana pinjaman pada usaha perdagangan di tingkat kecamatan serta dana stimulan kepada kelompok usaha tani dan kelompok usaha produktif. Program ini dapat dibentuk lembaga perekomian yang menangani koperasi atau Badan Perkreditan Rakyat (BPR) yang dikelola secara profesional.
Dalam satu program pemberdayaan massa di desa memang harus riil dan dapat menyentuh ke kehidupan yang dialami langsung oleh masyarakat di desa. Dengan demikian, kader partai dengan sendirinya juga menggiring massa untuk memilih dan mendukung partai GERINDRA sebagai tangan kanan HKTI. Program pemberdayaan masyarakat ini memang harus profesional dan berlangsung terus menerus, jika partai GERINDRA ingin besar dan eksis di Indonesia. Jika program partai GERINDRA hanya janji semata, maka kita tidak dapat berharap banyak untuk memperoleh dukungan. Kalau itu yang terjadi maka, ini sama saja dengan partai-partai lain yang sudah sering mengobral janji tetapi realitasnya tidak pernah ada. Pengikut partai sekarang sudah jenuh dengan janji dan tidak akan mempan untuk digerakkan, kalau hanya sekedar bicara menjanjikan sesuatu.

Maswan, Dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara
JIKA BERBICARA BISA,
MENGAPA TIDAK DITULIS?

Oleh: Maswan

Dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua orang yang normal mampu mengungkapkan jalan pikirannya lewat bahasa lisan. Ini terbukti dalam percakapan sehari-hari, penuturan bahasa lewat bicara seolah tanpa batas, meluncur kalimat-kalimat yang seolah tanpa henti. Percakapan antar individu dalam setiap pertemuan selalu mucul kata dan kalimat keluar dari mulut, baik berupa informasi berita, pertanyaan, dan pengungkapan pemikiran dan perasaan. Begitu banyaknya ide-ide yang dapat tersampaikan pada lawan bicara kita pada setiap pertemuan.

Mengapa, Ide Tidak Ditulis?
Guru, mubaligh, politisi, penyuluh dan orang orang yang bergelut dalam bidang human relation, aktivitasnya selalu berhubungan dengan kata-kata dan kalimat yang dilisankan. Sekian juta informasi dan atau bentuk ide-ide cemerlang dapat terungkap lewat pembicaraan. Kenyataan ini, dapat kita tanyakan, mengapa pembicaan lewat lisan begitu mudahnya, tetapi jarang dituangkan dalam sebuah tulisan yang menarik?
Mari kita mencoba untuk merenung sejenak, mengapa kalau berbicara bisa, tetapi menulis mengalami kesulitan? Padahal kedua ketrampilan berbahasa ini, keduanya sama-sama menuangkan ide dan gagasan, pemikiran dan perasaan. Apakah ada perbedan yang sangat kontradiksi dan terlampau jauh pembeda kesulitan dari kedua berbahasa tersebut? Kalau memang menulis lebih sulit dari berbicara, mari mencoba mencari jalan pemecahan, agar kedua ketrampilan ini dapat dikemas secara simultan. Kalau hal ini dapat dilakukan, akan mempunyai nilai lebih, yaitu setiap kali kita mengkomunikasikan pikiran lewat lisan dan tidak dapat ditangkap lewat indra pendengran dengan jelas, maka jika pembiraan tersebut mampu ditulis, akan dapat dibuka dan dibaca kembali. Gagasan-gagasan dan ide-ide yang tertulis akan bertahan lama dan jangkaun penyebarannya akan lebih luas.
Menulis bagi guru, sangat penting artinya. Setiap kali guru mengkomunikasikan materi pelajaran, selalu menggunakan bahasa lisan yang sering disebut ceramah. Ceramah berarti berbicara menyampaikan pesan-pesan moral, etika, ilmu pengetahuan dan berbagai nilia-nilai kehidupan lainnya. Begitu bnyaknya kata dan kalimat meluncur dengan derasnya dari mulut sang guru, untuk disampaikan kepada
sang murid. Dan setiap selesai terjadinya proses komunikasi ini, banyak pesan-pesan tersebut hilang, tidak membekas pada pendengaran dan pikiran anak. Maka dengan hambatan seperti ini, jika pesan-pesan tersebut juga ditulis, maka pada saat yang lain dan berbeda, dapat dilihat dan dibuka kembali.

Pemaksaan Diri Menulis, Tidaklah Berdosa
Melihat kenyataan dalam proses pembelajaran di sekolah, ceramah menjadi metode utama dan membutuhkan beaya yang murah, maka demi pengembangan dunia pendidikan modern, menulis bagi guru sudah merupakan keharusan. Betapa pun sulitnya menulis, kita mencoba untuk memulai berlatih. Disadari atau tidak, memang menulis itu sulit. Tetapi bukan berarti tidak dapat dilakukan dan dipelajari dan dilatih. Memaksa kehendak untuk menulis, tidaklah terlalu dosa, karena tidak akan mempengaruhi kesehatan mental kita. Bahkan mungkin tidak akan membuat kita stres, lantaran terlalu banyak mencari ide-ide cemerlang.
Ketrampilan menulis sama halnya ketrampilan berbahasa lisan. Karena kita sudah terlatih berbicara sejak mulai kecil, maka akhirnya pun bisa berbicara lancar. Berbicara di depan umum, misalnya bagi seorang guru berbicara di depan anak-anak di kelasnya, itu awalnya tidak begitu lancar. Tetapi karena menjadi pekerjaan dan kebutuhan setiap hari, ternyata berbicara pun lancar adanya.
Ketrampilan menulis pun sebenarnya kalau kita mau melatih diri akan dapat menulis dengan baik. Tarigan dalam Logan [et al] (1972:297) menulis, seperti juga halnya ketiga ketrampilan berbahasa lainnya (mendengarkan, berbicara dan membaca-red), merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, ketrampilam-ketrampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan degan jelas dan ditata secara menarik.selanjutnya menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang seksama, perbedaharaan yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk dan gaya. Akhirnya dia menuntut kita untuk menulis, mengoreksi cetakan percobaan, menulis kembli dan menyempurnakannya, untuk mengembangkan kita dari seorang bakal penulis menjadi pengarang yang memuaskan
Secara singkat dapatlah dikemukkan bahwa;
a) Tulisan dibuat untuk dibaca.
b) tulisan didsarkan pada pengalaman.
c) Tulisan ditingkatkan melalui latihan terpimpin.
d) Dalam tulisan makna menggantikan bentuk.
e) Kegiatan-kegitan lisan hendaknya mendahului kegitan menulis.

Kata Kunci Menulis, adalah latihan
Membaca dan memahami uraian di atas, sebenarnya memang sulit untuk dilakukan, tetapi masih dapat diatasi asal kata kunci ”latihan dan latihan” yang terus menerus dilakukan. Untuk menjadi seseorang yang trampil berbicara asal mulanya latihan, maka begitu juga untuk menjadi seorang penulis juga membutuhkan latihan. Jika perlu selain latihan sendiri, juga sangat perlu mengikuti program latihan dan pendidikan yang terstruktur. Dan hal ini sangat diperlukan, membentuk suatu perkumpulan atau himpunan pemimat penulis. Pertemuan orang-orang yang mempunyai minat sama, akan cenderung mempunyai nilai positif dan semangat untuk maju dan berkembang akan lebih mudah.
Wadah suatu himupunan penulis, akan mempunyai makna lebih, karena dalam setiap kegiatan yang dilakukan mengacu bagaimana menjadi penulis yang baik. Dan dalam wadah ini akan terjadi proses bejalar menulis, yang mempunyai tujuan sama dan program-program sama, dan biasanya terencana dengan baik. Harapan akhir jika ada wadah penghimpun calon-calon penulis, adalah untuk:
1. Saling belajar dan latihan bersama, bgaimana cara untuk mengekspresikan ide atau pikiran lewat karya tulis.
2. Meningkatkan notivasi, dorongan, keinginan dan kemauan untuk mengungkapkan segala perasaan dan pikiran secara bebas dalam wadah ini.
3. Melatih diri untuk berekspresi bebas dalam bentuk tulisan
4. Menumbuhkan dan mengembangkan minat tulis, bahwa menulis akan dapat dilakukan jika landasan keyakinan ”tulisan ada, karena ada sang penulis”
Keyakinan bahwa kalau berbicara dapat dilakukan, mengapa menulis tidak bisa, adalah sebuah kalimat penyemangat, untuk dapat dijadikan pijakan memulai menulis. Lebih-lebih dalam dunia pendidikan seorang guru, sebenarnya sarat dengan materi pembelajaran yang perlu ditulis. Jika tidak sampai pada penulisan buku yang cukup bagus, setiap bagian materi pembelajaran tertulis sistematis, terus dikembangkan dalam bentuk diktat adalah sebuah karya yang berharga. Diktat menjadi dokumen penting untuk dikembangkan sebagai bahan tulisan buku ajar yang terssusun sistematis. Dan jika layak diterbitkan sebagi buku ajar, maka jadilah buku pelajaran yang akan mampu didistribusikan kepada masyarakat luas. Selaian sebagai
pengembang ilmu, juga untuk mengatrol kredit poin bagi guru negeri atau guru-guru yang akan maju ke sertifkasi guru. Dan ujung-ujungnya akan menemukan kesejahteraan, karena karya dihargai dengan uang.
Dalam tugas sehari-sehari, seorang guru pasti berbicara di depan siswa-siswanya. Metode ceramah yang digunakan dalam proses pembelajaran, tentulah berbicara menjadi suatu keharusan. Terkadang setiap hari guru-guru selalu berbicara untuk menerangkankan materi pelajaran tanpa henti, mulai jam tujuh sampai jam satu siang. Jika pembicaraan guru, dapat direkam dan ditulis dalam lembaran kertas, maka akan berjumlah lembaran kertas berlembr-lembar bentuk pesan-pesan yang berharga dan dapat disimpan dan dibaca kembali jika dibutuhkan.
****************
Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara



IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara
JIKA BERBICARA BISA,
MENGAPA TIDAK DITULIS?

Oleh: Maswan

Dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua orang yang normal mampu mengungkapkan jalan pikirannya lewat bahasa lisan. Ini terbukti dalam percakapan sehari-hari, penuturan bahasa lewat bicara seolah tanpa batas, meluncur kalimat-kalimat yang seolah tanpa henti. Percakapan antar individu dalam setiap pertemuan selalu mucul kata dan kalimat keluar dari mulut, baik berupa informasi berita, pertanyaan, dan pengungkapan pemikiran dan perasaan. Begitu banyaknya ide-ide yang dapat tersampaikan pada lawan bicara kita pada setiap pertemuan.

Mengapa, Ide Tidak Ditulis?
Guru, mubaligh, politisi, penyuluh dan orang orang yang bergelut dalam bidang human relation, aktivitasnya selalu berhubungan dengan kata-kata dan kalimat yang dilisankan. Sekian juta informasi dan atau bentuk ide-ide cemerlang dapat terungkap lewat pembicaraan. Kenyataan ini, dapat kita tanyakan, mengapa pembicaan lewat lisan begitu mudahnya, tetapi jarang dituangkan dalam sebuah tulisan yang menarik?
Mari kita mencoba untuk merenung sejenak, mengapa kalau berbicara bisa, tetapi menulis mengalami kesulitan? Padahal kedua ketrampilan berbahasa ini, keduanya sama-sama menuangkan ide dan gagasan, pemikiran dan perasaan. Apakah ada perbedan yang sangat kontradiksi dan terlampau jauh pembeda kesulitan dari kedua berbahasa tersebut? Kalau memang menulis lebih sulit dari berbicara, mari mencoba mencari jalan pemecahan, agar kedua ketrampilan ini dapat dikemas secara simultan. Kalau hal ini dapat dilakukan, akan mempunyai nilai lebih, yaitu setiap kali kita mengkomunikasikan pikiran lewat lisan dan tidak dapat ditangkap lewat indra pendengran dengan jelas, maka jika pembiraan tersebut mampu ditulis, akan dapat dibuka dan dibaca kembali. Gagasan-gagasan dan ide-ide yang tertulis akan bertahan lama dan jangkaun penyebarannya akan lebih luas.
Menulis bagi guru, sangat penting artinya. Setiap kali guru mengkomunikasikan materi pelajaran, selalu menggunakan bahasa lisan yang sering disebut ceramah. Ceramah berarti berbicara menyampaikan pesan-pesan moral, etika, ilmu pengetahuan dan berbagai nilia-nilai kehidupan lainnya. Begitu bnyaknya kata dan kalimat meluncur dengan derasnya dari mulut sang guru, untuk disampaikan kepada
sang murid. Dan setiap selesai terjadinya proses komunikasi ini, banyak pesan-pesan tersebut hilang, tidak membekas pada pendengaran dan pikiran anak. Maka dengan hambatan seperti ini, jika pesan-pesan tersebut juga ditulis, maka pada saat yang lain dan berbeda, dapat dilihat dan dibuka kembali.

Pemaksaan Diri Menulis, Tidaklah Berdosa
Melihat kenyataan dalam proses pembelajaran di sekolah, ceramah menjadi metode utama dan membutuhkan beaya yang murah, maka demi pengembangan dunia pendidikan modern, menulis bagi guru sudah merupakan keharusan. Betapa pun sulitnya menulis, kita mencoba untuk memulai berlatih. Disadari atau tidak, memang menulis itu sulit. Tetapi bukan berarti tidak dapat dilakukan dan dipelajari dan dilatih. Memaksa kehendak untuk menulis, tidaklah terlalu dosa, karena tidak akan mempengaruhi kesehatan mental kita. Bahkan mungkin tidak akan membuat kita stres, lantaran terlalu banyak mencari ide-ide cemerlang.
Ketrampilan menulis sama halnya ketrampilan berbahasa lisan. Karena kita sudah terlatih berbicara sejak mulai kecil, maka akhirnya pun bisa berbicara lancar. Berbicara di depan umum, misalnya bagi seorang guru berbicara di depan anak-anak di kelasnya, itu awalnya tidak begitu lancar. Tetapi karena menjadi pekerjaan dan kebutuhan setiap hari, ternyata berbicara pun lancar adanya.
Ketrampilan menulis pun sebenarnya kalau kita mau melatih diri akan dapat menulis dengan baik. Tarigan dalam Logan [et al] (1972:297) menulis, seperti juga halnya ketiga ketrampilan berbahasa lainnya (mendengarkan, berbicara dan membaca-red), merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, ketrampilam-ketrampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan degan jelas dan ditata secara menarik.selanjutnya menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang seksama, perbedaharaan yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk dan gaya. Akhirnya dia menuntut kita untuk menulis, mengoreksi cetakan percobaan, menulis kembli dan menyempurnakannya, untuk mengembangkan kita dari seorang bakal penulis menjadi pengarang yang memuaskan
Secara singkat dapatlah dikemukkan bahwa;
a) Tulisan dibuat untuk dibaca.
b) tulisan didsarkan pada pengalaman.
c) Tulisan ditingkatkan melalui latihan terpimpin.
d) Dalam tulisan makna menggantikan bentuk.
e) Kegiatan-kegitan lisan hendaknya mendahului kegitan menulis.

Kata Kunci Menulis, adalah latihan
Membaca dan memahami uraian di atas, sebenarnya memang sulit untuk dilakukan, tetapi masih dapat diatasi asal kata kunci ”latihan dan latihan” yang terus menerus dilakukan. Untuk menjadi seseorang yang trampil berbicara asal mulanya latihan, maka begitu juga untuk menjadi seorang penulis juga membutuhkan latihan. Jika perlu selain latihan sendiri, juga sangat perlu mengikuti program latihan dan pendidikan yang terstruktur. Dan hal ini sangat diperlukan, membentuk suatu perkumpulan atau himpunan pemimat penulis. Pertemuan orang-orang yang mempunyai minat sama, akan cenderung mempunyai nilai positif dan semangat untuk maju dan berkembang akan lebih mudah.
Wadah suatu himupunan penulis, akan mempunyai makna lebih, karena dalam setiap kegiatan yang dilakukan mengacu bagaimana menjadi penulis yang baik. Dan dalam wadah ini akan terjadi proses bejalar menulis, yang mempunyai tujuan sama dan program-program sama, dan biasanya terencana dengan baik. Harapan akhir jika ada wadah penghimpun calon-calon penulis, adalah untuk:
1. Saling belajar dan latihan bersama, bgaimana cara untuk mengekspresikan ide atau pikiran lewat karya tulis.
2. Meningkatkan notivasi, dorongan, keinginan dan kemauan untuk mengungkapkan segala perasaan dan pikiran secara bebas dalam wadah ini.
3. Melatih diri untuk berekspresi bebas dalam bentuk tulisan
4. Menumbuhkan dan mengembangkan minat tulis, bahwa menulis akan dapat dilakukan jika landasan keyakinan ”tulisan ada, karena ada sang penulis”
Keyakinan bahwa kalau berbicara dapat dilakukan, mengapa menulis tidak bisa, adalah sebuah kalimat penyemangat, untuk dapat dijadikan pijakan memulai menulis. Lebih-lebih dalam dunia pendidikan seorang guru, sebenarnya sarat dengan materi pembelajaran yang perlu ditulis. Jika tidak sampai pada penulisan buku yang cukup bagus, setiap bagian materi pembelajaran tertulis sistematis, terus dikembangkan dalam bentuk diktat adalah sebuah karya yang berharga. Diktat menjadi dokumen penting untuk dikembangkan sebagai bahan tulisan buku ajar yang terssusun sistematis. Dan jika layak diterbitkan sebagi buku ajar, maka jadilah buku pelajaran yang akan mampu didistribusikan kepada masyarakat luas. Selaian sebagai
pengembang ilmu, juga untuk mengatrol kredit poin bagi guru negeri atau guru-guru yang akan maju ke sertifkasi guru. Dan ujung-ujungnya akan menemukan kesejahteraan, karena karya dihargai dengan uang.
Dalam tugas sehari-sehari, seorang guru pasti berbicara di depan siswa-siswanya. Metode ceramah yang digunakan dalam proses pembelajaran, tentulah berbicara menjadi suatu keharusan. Terkadang setiap hari guru-guru selalu berbicara untuk menerangkankan materi pelajaran tanpa henti, mulai jam tujuh sampai jam satu siang. Jika pembicaraan guru, dapat direkam dan ditulis dalam lembaran kertas, maka akan berjumlah lembaran kertas berlembr-lembar bentuk pesan-pesan yang berharga dan dapat disimpan dan dibaca kembali jika dibutuhkan.
****************
Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara



IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


JANGAN TAKUT SALAH
DALAM MENULIS DAN MALU DISALAHKAN

Oleh: Maswan

Pada sisi kehidupan kita, selalu berharap yang terbaik, rasa senang, bahagia, gairah, tenang, damai, sejahtera, dihargai dan sejenisnya. Kebutuhan psikologis seperti ini, akan selalu dicari dan dipenuhi. Manakala pada diri kita sudah melakukan aktifitas dan menghasilkan karya yang sudah diperjuangkan maksimal, ternyata belum memberi kepuasan pada orang lain, dan orang lain tersebut menilai jelek dan tidak bermutu, maka jangan merasa cemas, kecil hati, malu dan takut disalahkan. Karena rasa takut, malu dan sejenisnya itu apabila kita pelihara dalam hati, maka akan menyakitkan. Biarlah mereka memberi penilaian. Penilaian pada sebuah karya merupakan keharusan. Kita menyadari bahwa karya yang sudah jadi ini harus diperbaiki dan diolah lagi sehingga menjdi karya yang bagus. Ini adalah nilai positif pada diri kita sendiri, akibat dari penilian orang lain.

Belajar dari Ketidakmampuan, adalah Berharga sekali
Belajar dari ketidakmampuan kita adalah berharga sekali dalam pengembangan diri, walaupun terkadang menyakitkan. Berpikir positif tentang penilian orang lain adalah suatu hal yang berat utuk dilakukan. Tetapi ini harus kita tempuh, demi keberhasilan kita dalam berkarya. Tanpa mempunyai kesadaran peauh akan kelemahan dan ketidakmampuan kita, maka kita tidak akan pernah menjadi orang yang sukses. Banyak contoh orang yang namanya terkenal di dunia dalam berbagai bidang, itu awal sesuksesannya tidaklah seperti membalik tangan dengan mudahnya. Perjuangan hebat sering dilakukan oleh orang terkenal. Mereka pasti pernah mengalami masa-masa krisis dalam meniti profesi dan kariernya. Tidak perlu disebut satu persatu siapa-siapa orang-orang terkenal di dunia ini, yang pernah mengalami kegagalan demi kegagalan, akhirnya sukses. Karena mereka yang sekarang sukses mempunyai nama besar adalah hampir merasakan kegagalan, dan bahkan pernah mendapat kecaman dan penghinaan.
Kekaryaan kita, mari kita awali dari berbuat menurut kemampuan yang ada. Memaksimalkan semua perangkat potensi diri adalah modal awal yang perlu terus dijadikan pegangan. Menyadari betul bahwa di dalam diri setiap manusia mempunyai power (kekuatan) untuk dibangun. Kesalahan-kesalahan dalam menulis, sebenarnya dapat langsung kita cermati. Tulisan dari sang penulis pemula, kesalahan yang paling umum adalah penuturan yang tidak logis, karena sering tidak didukung oleh fakta-fakta yang akurat. Dan secara umum juga pemakaian perbendaharaan bahasa yang berkutat dari itu ke itu saja. Penyusunan kalimat dalam setiap tulisan diharapkan ada koherensi (kesesuaian) antara kalimat satu dengan kalimat lain, paragraf stu dengan paragraf lain. Kesalahan-kesalahan seperti ini sebenarnya, kesalahan teknis yang mudah dibetulkan dan diperbaiki.

Memulai Berkarya dengan Langkah Pasti
Justru yang sangat sulit bagi seorang penulis, adalah mencari ide atau tema yang aktual dan memberi sebaran yang luas demi kepentingan banyak orang. Selain itu mengolah ide tersebut agar menjadi bacaan yang menarik, dan menggunakan logika berpikir sistematis. Untuk membantu sekilas tentang arah dan pijakan penulis untuk memulai berkarya, yaitu dengan jalan:
1. Tulislah masalah (tema)yang sudah kita ketahui betu dan buatlah judulnya.
2. Carilah Ide atau gagasan yang sesuai dengan tem dan judul sudah ditentukan
3. Kumpulkan bahan-bahan yang akan digunakn utuk menunjang tulisan tersebut.
4. Mulailah menulis dengan cara mendaftar pada sehelai kertas tentang detail-detail bahan tulisan yang sudah didapat.
5. Menyusun detail-detail ide dan gagasan tersebut secara sistematis, dengan mengurutkan satu peristiwa disambung dengan peristiwa lainnya sebagai penjelas, begitu seterusnya.
6. Menbuat out line atau garis besar dalam setiap paragraf atau pada setiap sub judul yang akan dibahas dalam tulisan.
7. Menuliskan kalimat-kalimat sesuai dengan out line, secara bebas jangan terpancang apakah kalimat yang ditulis betul atau tidak. Dalam hal ini menulis tanpa menghiraukan apakah betul atau salah.
8. Tutup tulisan yang memberi kesan memberi kesimpulan dan pengharapan kepada pembaca untuk ikut mengoreksi tulisan kita.
9, Setelah kalimat sudah terbuat dalam satu paragraf atau satu kesatuan gagasan penuh (bentuk wacana), kita lakukan koreksi susunan kalimat untuk diperbaiki, direvisi (dibuang dan ditambah jika diperlukan)
Petunjuk di atas hanyalah teori menulis, tanpa teori di atas kita dapat menulis bagus apabila kita mau memulai dengan menulis sembarang. Justru terkadang kalau kita sudah menulis dibatasi dengan ketentuan, aliran ide dan kalimat akan berhenti,
karena menanyakan, ”kalimat yang saya buat ini sudah sesuai dengan draf atau belum?”

Menghilangkan Rasa Takut, merupakan Modal Berharga
Apabila out line atau draf dibuat, sementara ide-ide mengalir deras dituangkan tersebut tidak sesuai maka biasanya, menulis akan terhenti beberapa menit dan bahkan terkadang tidak mampu melanjutkan kembali. Aliran ide yang sudah berjalan, hendaknya terus diikuti, jika melenceng dari out line, maka out line tersebut yang harus disesuaikan tema atau judul yang sudah tetatpkan.
Selain kemampuan menulis di atas secara teknis, juga ada keterkaitan dengan sikap mental yang perlu dipersiapkan sang penulis;
1. Mempunyai sikap berpikir positif bahwa tulisan yang dibuat akan dibaca orang dan akan bermanfaat untuk kehidupan orang lain pada masa-masa yang akan datang.
2. Setiap saat harus dapat selalu mengkonsentrasikan diri, bahwa kita ini penulis dan selalu harus mencari ide-ide baru untuk tulisan yang sudah dibuat.
3. Mempunyai kemampuan untuk mengalisa setiap kejadian yang ada di sekitar kita, untuk dijadikan bahan tulisan.
4. Mampu memahami sentral pikiran, artinya ide yang ditulis dengan tema yang sudah ditentukan, diharapkan kita mampu mengendalikan pikiran dalam satu fokus
5. Mempunyai sikap mental positif dan berusaha menghilangkan gangguan kejiwaaan yang berupa rasa cemas, takut dan khawatir kalau tulisan yang dibuat itu jelek dan tidak bermutu.
6, Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan diri dengan sikap santai dalam berpikir dan berusaha bersikap humor dalam isi tulisan, sehingga tidak terkesan kaku walaupun terkadng ada unsur kontroversi.
7. Kemampuan utuk berpikir cerdas dan mengembangkan imajinasi dengan mencari kata-kata dan kalimat yang menggigit.
Gambarn di atas hanyalah rambu-rambu, seorang penulis kalau sudah memulai menulis, biasanya tidak terpancang dari sekian teori yang dipelajarai. Karena kenyataannya setiap penulis mempunyai karakteristik dalam menuangkan ide-ide
dan gagasannya secara bebas merdeka. Tulisan yang dibuat akan berbentuk apa dan seperti apa isinya, masing-masing penulis akan menemukan jati dirinya sendiri. Maka pesan yang sering disampaikan kepada penulis pemula, silakan menulis sembarang yang paling penting Anda punya karya, jangan sampai tidak menghasilkan tulisan sama sekali dalam bentuk apapun. Jangan takut salah menulis, dan jangan takut disalahkan, jika tulisan kita kurang baik. Ini modal besar dalam memulai menjadi penulis.




Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara






IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara
JANGAN TAKUT SALAH
DALAM MENULIS DAN MALU DISALAHKAN

Oleh: Maswan

Pada sisi kehidupan kita, selalu berharap yang terbaik, rasa senang, bahagia, gairah, tenang, damai, sejahtera, dihargai dan sejenisnya. Kebutuhan psikologis seperti ini, akan selalu dicari dan dipenuhi. Manakala pada diri kita sudah melakukan aktifitas dan menghasilkan karya yang sudah diperjuangkan maksimal, ternyata belum memberi kepuasan pada orang lain, dan orang lain tersebut menilai jelek dan tidak bermutu, maka jangan merasa cemas, kecil hati, malu dan takut disalahkan. Karena rasa takut, malu dan sejenisnya itu apabila kita pelihara dalam hati, maka akan menyakitkan. Biarlah mereka memberi penilaian. Penilaian pada sebuah karya merupakan keharusan. Kita menyadari bahwa karya yang sudah jadi ini harus diperbaiki dan diolah lagi sehingga menjdi karya yang bagus. Ini adalah nilai positif pada diri kita sendiri, akibat dari penilian orang lain.

Belajar dari Ketidakmampuan, adalah Berharga sekali
Belajar dari ketidakmampuan kita adalah berharga sekali dalam pengembangan diri, walaupun terkadang menyakitkan. Berpikir positif tentang penilian orang lain adalah suatu hal yang berat utuk dilakukan. Tetapi ini harus kita tempuh, demi keberhasilan kita dalam berkarya. Tanpa mempunyai kesadaran peauh akan kelemahan dan ketidakmampuan kita, maka kita tidak akan pernah menjadi orang yang sukses. Banyak contoh orang yang namanya terkenal di dunia dalam berbagai bidang, itu awal sesuksesannya tidaklah seperti membalik tangan dengan mudahnya. Perjuangan hebat sering dilakukan oleh orang terkenal. Mereka pasti pernah mengalami masa-masa krisis dalam meniti profesi dan kariernya. Tidak perlu disebut satu persatu siapa-siapa orang-orang terkenal di dunia ini, yang pernah mengalami kegagalan demi kegagalan, akhirnya sukses. Karena mereka yang sekarang sukses mempunyai nama besar adalah hampir merasakan kegagalan, dan bahkan pernah mendapat kecaman dan penghinaan.
Kekaryaan kita, mari kita awali dari berbuat menurut kemampuan yang ada. Memaksimalkan semua perangkat potensi diri adalah modal awal yang perlu terus dijadikan pegangan. Menyadari betul bahwa di dalam diri setiap manusia mempunyai power (kekuatan) untuk dibangun. Kesalahan-kesalahan dalam menulis, sebenarnya dapat langsung kita cermati. Tulisan dari sang penulis pemula, kesalahan yang paling umum adalah penuturan yang tidak logis, karena sering tidak didukung oleh fakta-fakta yang akurat. Dan secara umum juga pemakaian perbendaharaan bahasa yang berkutat dari itu ke itu saja. Penyusunan kalimat dalam setiap tulisan diharapkan ada koherensi (kesesuaian) antara kalimat satu dengan kalimat lain, paragraf stu dengan paragraf lain. Kesalahan-kesalahan seperti ini sebenarnya, kesalahan teknis yang mudah dibetulkan dan diperbaiki.

Memulai Berkarya dengan Langkah Pasti
Justru yang sangat sulit bagi seorang penulis, adalah mencari ide atau tema yang aktual dan memberi sebaran yang luas demi kepentingan banyak orang. Selain itu mengolah ide tersebut agar menjadi bacaan yang menarik, dan menggunakan logika berpikir sistematis. Untuk membantu sekilas tentang arah dan pijakan penulis untuk memulai berkarya, yaitu dengan jalan:
1. Tulislah masalah (tema)yang sudah kita ketahui betu dan buatlah judulnya.
2. Carilah Ide atau gagasan yang sesuai dengan tem dan judul sudah ditentukan
3. Kumpulkan bahan-bahan yang akan digunakn utuk menunjang tulisan tersebut.
4. Mulailah menulis dengan cara mendaftar pada sehelai kertas tentang detail-detail bahan tulisan yang sudah didapat.
5. Menyusun detail-detail ide dan gagasan tersebut secara sistematis, dengan mengurutkan satu peristiwa disambung dengan peristiwa lainnya sebagai penjelas, begitu seterusnya.
6. Menbuat out line atau garis besar dalam setiap paragraf atau pada setiap sub judul yang akan dibahas dalam tulisan.
7. Menuliskan kalimat-kalimat sesuai dengan out line, secara bebas jangan terpancang apakah kalimat yang ditulis betul atau tidak. Dalam hal ini menulis tanpa menghiraukan apakah betul atau salah.
8. Tutup tulisan yang memberi kesan memberi kesimpulan dan pengharapan kepada pembaca untuk ikut mengoreksi tulisan kita.
9, Setelah kalimat sudah terbuat dalam satu paragraf atau satu kesatuan gagasan penuh (bentuk wacana), kita lakukan koreksi susunan kalimat untuk diperbaiki, direvisi (dibuang dan ditambah jika diperlukan)
Petunjuk di atas hanyalah teori menulis, tanpa teori di atas kita dapat menulis bagus apabila kita mau memulai dengan menulis sembarang. Justru terkadang kalau kita sudah menulis dibatasi dengan ketentuan, aliran ide dan kalimat akan berhenti,
karena menanyakan, ”kalimat yang saya buat ini sudah sesuai dengan draf atau belum?”

Menghilangkan Rasa Takut, merupakan Modal Berharga
Apabila out line atau draf dibuat, sementara ide-ide mengalir deras dituangkan tersebut tidak sesuai maka biasanya, menulis akan terhenti beberapa menit dan bahkan terkadang tidak mampu melanjutkan kembali. Aliran ide yang sudah berjalan, hendaknya terus diikuti, jika melenceng dari out line, maka out line tersebut yang harus disesuaikan tema atau judul yang sudah tetatpkan.
Selain kemampuan menulis di atas secara teknis, juga ada keterkaitan dengan sikap mental yang perlu dipersiapkan sang penulis;
1. Mempunyai sikap berpikir positif bahwa tulisan yang dibuat akan dibaca orang dan akan bermanfaat untuk kehidupan orang lain pada masa-masa yang akan datang.
2. Setiap saat harus dapat selalu mengkonsentrasikan diri, bahwa kita ini penulis dan selalu harus mencari ide-ide baru untuk tulisan yang sudah dibuat.
3. Mempunyai kemampuan untuk mengalisa setiap kejadian yang ada di sekitar kita, untuk dijadikan bahan tulisan.
4. Mampu memahami sentral pikiran, artinya ide yang ditulis dengan tema yang sudah ditentukan, diharapkan kita mampu mengendalikan pikiran dalam satu fokus
5. Mempunyai sikap mental positif dan berusaha menghilangkan gangguan kejiwaaan yang berupa rasa cemas, takut dan khawatir kalau tulisan yang dibuat itu jelek dan tidak bermutu.
6, Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan diri dengan sikap santai dalam berpikir dan berusaha bersikap humor dalam isi tulisan, sehingga tidak terkesan kaku walaupun terkadng ada unsur kontroversi.
7. Kemampuan utuk berpikir cerdas dan mengembangkan imajinasi dengan mencari kata-kata dan kalimat yang menggigit.
Gambarn di atas hanyalah rambu-rambu, seorang penulis kalau sudah memulai menulis, biasanya tidak terpancang dari sekian teori yang dipelajarai. Karena kenyataannya setiap penulis mempunyai karakteristik dalam menuangkan ide-ide
dan gagasannya secara bebas merdeka. Tulisan yang dibuat akan berbentuk apa dan seperti apa isinya, masing-masing penulis akan menemukan jati dirinya sendiri. Maka pesan yang sering disampaikan kepada penulis pemula, silakan menulis sembarang yang paling penting Anda punya karya, jangan sampai tidak menghasilkan tulisan sama sekali dalam bentuk apapun. Jangan takut salah menulis, dan jangan takut disalahkan, jika tulisan kita kurang baik. Ini modal besar dalam memulai menjadi penulis.




Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara






IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDORONG KREATIFITAS

Oleh: Maswan

Doktor L. Trushtone memberikan ulasan mengenai pengaruh buruk dari reaksi negatif terhadap masalah atau ide baru. Setiap ide yang diusulkan segera dianggap salah. Selanjutnya ia mengatakan, kadang-kadang bukti yang diberikan begitu meyakinkan, sehingga orang tergoda untuk mengabaikan pemikiran selanjutnya tentang masalah yang baru itu. Bahkan jika sikap negatif ini dikaitkan dengan intelegensi tinggi, kemungkinan juga hasilnya tidak kreatif.
Bagian otak manusia ada dua, yaitu : Judicial Mind dan Creative Mind. Judicial mind, adalah bagian yang melakukan penganalisaan, pembandingan dan pemilihan, sedang creative mind yang mengadakan penggambaran, peramalan dan penghasilan ide. Pertimbangan (judgment) dapat membantu imajinasi supaya tetap berada pada jalurnya, dan imajinasi dapat memberikan penerangan bagi pertimbangan.
Usaha yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, dan usaha yang kreatif sama-sama memerlukan analisis dan sintesis.
Judicial mind dapat mengklasifikasikan fakta-fakta, mempertimbangkannya, memperbandingkan, dan kadang-kadang juga membuang beberapa fakta yang dianggap tidak penting dan menyimpan fakta-fakta yang penting, dan kemudian menyatukan unsur-unsur yang tersisa menjadi suatu kesimpulan.
Creative mind juga melakukan hal serupa, hanya perbedaannya hasil akhirnya bukan berupa keputusan, tetapi berupa ide. Pertimbangan cenderung membatasi diri hanya pada fakta yang ada saja, sedangkan imajinasi harus berusaha menjangkau hal-hal yang belum diketahui, dan selalu melakukan peliptgandaan ide.
Pada umumnya orang berpendapat, bahwa pertimbangan berkembang sejalan dengan perkembangan usia, sedang kreatifitas cenderung mengalami kemunduran, kecuali jika dengan sadar tetap dipertahankan. Kedaan disekitar kita memaksa untuk menggunakan pertimbangan (judicial mind) kita sepanjang waktu. Dari masa kanak-kanak sampai dengan masa tua, kita selalu melatih daya pertimbangan. Dengan latihan-latihan itu diharapkan pertimbangan kita tumbuh semakin baik.
Pendidikan juga memperkuat pertimbangan kita. Secara umum pendidikan yang kita terima, cenderung memperbaiki kemampuan kita dalam membuat pertimbangan. Tetapi masih ada hal lain yang cenderung mempunyai pengaruh yang sama, dan menghasilkan pertimbangan yang tidak pernah salah.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. E. Paul Torrance dari Universitas Minnesota telah memperkuat fakta, bahwa imajinasi cenderug mengalami penyusutan saat pengetahuan dan pertimbangan kita meningkat. Penyelidikan ilmiah itu telah ditulis dala bukunya berjudul Guiding Creative Talent.
Fenomena yang serupa juga dirasakan oleh Ribot, seorang peneliti kejiwaan. Penemuannya, menunjukkan adanya konflik yang muncul antara pertimbangan dan imajinasi, dan pada masa muda kebanyakan pada individu terjadi penurunan kreatifitas. Menurutnya, kemampuan berimajinasi pada mulanya berkembang lebih pesat, dibandingkan dengan perkembangan akal sehat / pertimbangan, tetapi kemudian cenderung mengalami penurunan, sedangkan pengaruh pertimbangan semakin meningkat.
Fakta ketidakterlibatan mood (suasana batin) dalam hal ini, dapat menjelaskan, mengapa Judicial mind dan Creative mind cenderung bertentangan. Jika keduanya tidak dipadukan secara tepat, mungkin keduanya akan saling mengganggu. Pada umumnya mood yang tepat bagi pemikiran Judicial, bersifat negatif. ”Apa yang salah dengan ini? apa yang dihasilkannya? Tidak, hal ini tidak akan berhasil”. Ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang tepat jika kita mencoba membuat pertimbangan.
Sebaliknya pemikiran kreatif kita memerlukan sikap yang positif. Kita harus mempunyai penghargaan. Kita memerlukan semangat, dan kita harus mendorong diri kita sendiri untuk mempunyai kepercayaan pada diri sendiri. Kita harus sadar akan adanya aliran kesempurnaan (Perfectionism) agar tidak gagal. Lampu yang ditemukan Edison pertama kali merupakan hasil karya yang masih kasar. Mungkin saja ia tetap berpedoman pada model yang masih belum sempurna, sambil terus berusaha memperbaikinya. Atau mungkin malah diabaikannya sama sekali, tetapi ia tidak melakukan semua itu. Lampu listrik pertamanya jauh lebih baik dari pada lilin, lampu minyak atau lampu gas. Diperkenalkannya penemuan itu sambil terus melakuakan perbaikan-perbaikan yang dilakukan.
Sikap positif adalah ciri dari orang yang kreatif. Lebih dari itu, orang-orang yang kelihatannya sangat positif sekalipun sebenarnya juga dipengaruhi oleh imajinasi, tetapi negatif sifatnya. Sedangkan orang yang benar-benar kreatif cenderung mengalami kemajuan yang menyolok. Orang-orang yang tergolong negatif, mungkin dalam mendengarkan suatu ide hanya mempunyai satu hal saja dalam otaknya, yakni menanyakan, kelemahan-kelemahan apa yang dapat ditemukan dalam ide tersebut. Seringkali bermunculan tipe imajinasi yang distruktif (merusak) amat lancar, sehingga dengan cepat menangkap penolakan-penolakan yang keluar dari pikiran yang kalut.
Pertimbangan dan imajinasi akan dapat saling membantu jika keduanya dipisahkan pada saat harus dipisahkan. Dalam melakukan usaha kreatif kita harus menempatkan posisi yang sebenarnya. Kadang-kadang kita harus mematikan judicial mind dan menghidupkan creative mind. Juga kita harus cukcup telaten untuk memulai lagi menghidupkan judicial mind, sebab kalau tidak, pertimbangan yang terlalu dini akan dapat mematikan nyala kreatifitas. Bahkan mungkin menghapus ide-ide yang telah dihasilkan.
Kita harus memberikan prioritas terhadap imajinasi, terutama jika kita melakukan pendekatan terhadap masalah-masalah kreatif, dan membiarkan imajinasi menjelajahi tujuan kita. Kita harus melakukan suatu usaha untuk memikirkan ide-ide baru yang paling gila sekalipun, yang mungkin dapat diharapkan. Karena pada fase itu, kita hanya melakukan pemanasan pada alat-alat pemikir kita. Kita harus mencatat kilatan-kilatan atau percikan-percikan yang muncul pertma kali, dan yang mungkin tidak masuk akal. Juga kemungkinan sekali salah satu dari percikan ide tersebut akan menjelma menjadi sangat bagus, dan berguna.
Satu hal yang harus selalu diingat adalah bahwa dalam beberapa usaha kreatif tidak diperlukan keputusan mengenai tingkat kebaikan dari ide-ide kita, sampai tiba pada pertanyaan, ”mana yang harus digunakan”. Saat itu kita harus membuat kritik setajam mungkin seperti pada saat kita menghidupkan semangat selama dalam proses penciptaan atau proses kreatif. Jika sudah sampai pada saat pengambilan keputusan, maka apabila kita dapat melakukan pengujian, hasilnya akan lebih jauh. Pertimbangan pribadi tidak dapat dibantu oleh lingkungan, tetapi malah diwarnai oleh prasangka lingkunagan. Jarang sekali hal itu menjadi obyektif seperti yang semestinya hal ini dapat terjadi pada saat sutradara memilih judul film dan orang-orang yang akan bermusyawarah. Namun sekarang kebanyakan judul-judul dipilih dengan melakukan tes. Judul-judul yang tergolong baik dari semua judul yang diusulkan, diajukan kepada aktor. Mereka mencatat reaksi-reaksi yang diberikan oleh mereka, kemudian diolahnya secara ilmiah menjadi suatu keputusan akhir, dan ini merupakan keputusan yang jauh lebih hebat daripada keputusan orang-orang itu. Seperti yang dinyatakan TaLLeyrand, ”hanya ada satu orang yang tahu lebih banyak dari orang lain tentang satu hal, walaupun semua orang mengetahuinya”.

Kebiasaan yang Menghambat Pemecahan Masalah
Satu alasan mengapa orang-orang cenderung bekerja kurang kreatif setelah dewasa? Hal ini karena kebiasaan. Sebagai hasil dari pendidikan dan pengalaman, kita mengembangkan semacam alternatif penghambat yang cenderung menjadikan pikiran kita beku. Biasanya hambatan-hambatan itu menghalangi kita menggunakan pendekatan imajinatif dalam penyelesaian persolan baru.
Frank Hix dari general Electric menyebut penghambat ini sebagai fiksasi fungsional. Di pihak lain, para psikolog yang melakukan percobaan, menyebut hal itu dengan bermacam nama, misalnya kekuatan problem solving, mechanization, set dan Einstelling.
Kebanyakan para psikolog yang melakukan percobaan berpendapat, bahwa proses penemuan ide, cenderung bergantung pada sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Semua yang dilihat dan diperbuat, terutama tindakan dan gagasan manusia yang sering berhasil menjadi sebagian dari sikap mental. Kebiasaan seperti itu memang berguna untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang pernah kita hadapi. Jika persoalan serupa muncul kembali, kita telah memiliki cara penyelesaianyang telah teruji kekuatannya, keakurannya.
Akan tetapi, apabila kita menjumpai persoalan baru, cenderungv membatasi pemikiran pada penyelesaian yang pernah dugunakan sebelumnya untuk menyelesaikan persoalan serupa. Jika dari semua penyelesaian itu tidak ada yang berhasil, maka kita diharuskan untuk memikirkan suatu penyelesaian yang baru, dan kita terpaksa memadukan berbagai pengalaman tersebut menjadi suatu tindakan baru. Proses ini telah tergambar bahwa tingkah laku cenderung menunjukkan kecerdasan dalam menyelesaiakan masalah, dan ini melibatkan penyatuan unsur-unsur kebiasaan, yang sebelumnya tidak pernah dipadukan.
Kita dapat membantu diri kita untuk mencapai hasil akhir dengan mengingat-ingat prinsip dan prosedur di atas. Oleh karena agaknya kita harus mengekang diri, dengan menghilangkan kebiasaan yang dapat menghambat pencetusan ide baru. Degan demikian kita membiarkan imajinasi kita bebas bergerak dalam mencari kunci-kunci baru bagi pemecahan persoalan-persoalan baru.
Upaya mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang bersifat penghambat tersebut adalah dengan tehnik yang sering disebut brainstorming. Pertemuan-pertemuan brainstorming benar-benar merupakan forum yang kreatif. Semua peserta diarahkan untuk mencetuskan ide baru dalam suatu keadaan yang sengaja diciptakan untuk tidak menimbulkan rintangan. Kelompok itu diberi dorongan semangat oleh seorang pemimpin yang disebut dengan Wild stabs (kejut-kejutan). Dengan demikian rantai kebiasaan menjadi hilang dan ide-ide baru mengalir keluar dengan lancar tanpa dihambat oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya,
Prinsip dasar dari pengendalian kebebasan adalah pemisahan pemikiranideatif dari pemikiran kritis, dengan penangguhan pertimbangan sampai didapatkannya jumlah ide baru yang maksimal.
Menurut Fritz Khan penulis buku berjudul Desaign of the Universe, pengendalian kebebasan (free wheeling aka cenderung lebih sulit bagi orang-orang yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan bagi orang-orang yang relative tidak berpendidikan. Ia menyebutkan ide pembaharuan dari Faraday dan kemudian mengutip komentar yang diberikan oleh Einstein. Penemuan ini merupakan kreasi mental yang berani, terutama karena faraday tidak pernah bersekolah, dan oleh karena itu ia dapat mempertahankan pemikiran yang langka itu dengan bebas.
Keputusan Merupakan Penghambat
Pengalaman Alex F. Osborn sebagai seorang pelatih daya cipta telah memberikan kesan kepadanya, bahwa diantara kita yang menilai rendah kreatifitas adalah keputusasaan diri. Upaya kreatif kita hampir selalu mendorong berkembangnya rasa putus asa yang ditimbulkan orang lain. Tetapi rasa putus asa juga sering mematikan kreatifitas.
Kecenderungan lain yang menghambat kreatifitas adalah keinginan untuk menyesuaikan diri. Ini mengandung faham aliran konvensionalisme da adat kebiasaan merupakan sesuatu yang paling mematikan keaslian. Ketakutan, kelihatan tolol sejalan dengan adanya keinginan untuk tidak terlihat perbedaan dengan orang lain. Hal ini terlihat dalam diri orang-orang yang dibimbing oleh Osborn. Saat bermusyawarah, ia memberikan wejangan:
”mana yang lebih buruk, bodoh dimata orang lain ataukah bodoh di mata diri sendiri? Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa ide anda masih setengah matang, tetapi adakah hal itu lebih tolol dari pada anda menghentikan usaha-usaha anda untuk menghasilkan ide-ide yang lebih baik? Saya telah mencoba mengemukakan pada mereka bahwa orang yang benar-benar pandai menghargai usaha yang kreatif adalah mereka yang menyadari bahwa semua hal yang baik di dunia ini berasal dari ide-ide yang pada mulanya dicemooh sebagai sesuatu yang tolol.
Ketakutan dan yang kelihatan tolol adalah hambatan emosional yang sudah terlalu umum. Dan hanya sedikit dari kita yang menyadari sifat yang anti kreatif ini.
Sebagian besar orang yang kreatif, sebenarnya temasuk orang yang sederhana dan rendah hati. Cukup banyak orang-orang penting dan kreatif. Namun jarang kita jumpai orang tersebut menganggap dirinya lebih besar dari anggapan orang lain yang diberikan kepadanya. Hampir setiap ditanya tentang rahasia keberhasilan, mereka selalu menyatakan bahwa bakat dan imajinasi mereka lebih jauh di bawah jenius. Dan apapun yang telah berhasil dicapainya semata-mata merupakan hasil dari upaya mencoba dan mencoba lagi, dan menanggung kembali kegagalan yang berulang-ulang terjadi.
Rasa Malu Cenderung Mematikan Ide-ide yang Ada
Bila kita mengharapkan terlalu banyak dari kita, ketidak beranian mungkin malah mencerminkan kesombongan dan bukanya kesederhanaan. Pada suatu saat kita berkumpul bersama untuk memikirkan acara radio yang baru. Salah satu diantara ada anak-anak muda yang mempunyai bakat kreatif, yang jauh lebih besar dari pada orang tua. Namun kelihatannya ia lebih banyak mendengarkan. Bertanyalah diantara kita, ”mengapa kamu tidak memberikan ide-idemu?”. jawab anak muda, ”saya takut kalau ide yang saya berikan tidak sebaik seperti apa yang anda harapkan”. Ia menahan dirinya. Bukan karena ia merasa tidak kreatif, tetapi karena terlalu membanggakan dirinya sendiri. Betapa ia malu mengungkapkan pendapatnya. Kemungkinan saja bahwa paling tidak salah satu idenya mungkin akan lebih baik dari pada ide-ide yang lain.
Di pihak lain, bahwa biasanya perasaan malu berasal dari keraguan, yakni dari ketidakmampuan seseorang untuk menjadi kreatif. ”keraguan seperti itu berupakan penghianat”, demikian kata Shakespeare. Selanjutnya keadaan yang demikian ini membuat kita kehilangan kesempatan yang seharusnya sering dapat kita menangkan kalau kita takut mencoba. Sebenarnya tidak perlu ada keraguan kalau kita memiliki bakat imajinatif, kita pun dapat menggunakan dengan baik, asal kita mau mencoba.
Tetapi sering kita pda saat sedang berpikir, kita sering kali ditahan oleh keraguan untuk mengemukakan sesuatu. Kasus sering terjadi, bahwa ada orang dalam pertemuan ada saja cenderung diam, malu untuk mengemukakan pendapatnya. Ia takut kalau ide yang disampaikan itu ditertawakan yang lain. Namun pada suatu saat ia mau mengubah pikirannya itu, setelah idenya dikeluarkan ternyata diterima oleh orang yang lain. Sehingga pada saat itu ia menjadi orang yang berani, bahkan sangat berani dan tidak pernah merasa ragu untuk mengemukakan ide-ide baru yang telah dipikirknnya. Khirnya ia pun menjadi orang terkenal.
Jika kita terus menerus mencipta, walaupun hanya hal yang sepele, namun kita cenderung membentuk semacam kebiasaan. Semakin banyak mencoba, secara naluriah semakin banyak pula yang kita kerjakan. Bertanyalah, glilh fakta, kumpulan pengalaman, dan perhatikan kesalahan. Dan dalam segala hal, tataplah dengan tajam ap-apa yang terselubung. Yang penting juga kita perhatikan, adalah pergunaan imajinasimu yng merupakan anugerah Allah. Begitu anda menjadikan cara itu sebagai suatu kebiasaan, anda akan menyadari bahwa imajinasi seperti juga kepercayaan, akan mampu dan sering berhasil memindahkan sesuatu yang kita anggap berat.
Perasaan malu juga cenderung menghentikan imajinasi, walaupun kita sudah memulai suatu pekerjaan yang kreatif. Bahkan Edison sekalipun mula-mula juga harus berusaha melawan hambatan ini. Namun dalm kehidupan selanjutnya, kegagalan percobaannya, tampak sudah menjadi bagian dari hari-harinya dan sangat berfungsi sebagai pertanda dimulainya percobaan selanjutnya.
Dorongan Semangat Menyuburkan Pencetusan Ide
Dalam hal-hal tertentu, tantangan kadang sangat berguna bagi kehidupan manusia dalam berkreatiftas. Kreatifitas itu ibarat bunga aneh yang akan mengembang apabila mendapt siraman pujian, sedangkan keputusasaan seringkali membuatnya layu. Ini dapat diartikan bahwa kebanyakan diri kita akan mencetuskan ide lebih banyak dan lebih baik bila usaha yang kita lakukan dihargai orang. Sikap yang tidak bersahabat dapat mematikan niat manusia. Sehingga dalam hal ini humor dapat berubah menjadi racun penghambat pencetusan ide. Setiap ide baru seharusnya selalu diterima dengan baik, tetapi tidak berarti dipuja-puja. Sekalipun ide itu tidak bagus, paling tidak ia harus mendapatkan dorongan supaya tetap mau berusaha dan mencoba.
Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau memberi usul dan bimbingan yang kreatif, tidak hanya menyalahkan saja. Dan juga, jika ada salah seorang anak buahnya mengemukakan usul, diusahakan selalu meyakinkannya, artinya usul tersebut dihargai, dan diberi hadiah kalau memang benar-benar usul tersebut hebat. Dengan cara demikian akan merangsang orang lain untuk mencoba dan berusaha. Usaha semacam itu memang diakui sulit. Namun demikian, apabila seorang pengelola atau pemimpin dapat bertindak sebagai penampung aspirasi dan pembimbing yang kreatif, mka pasti akan dihasilakan organisasi yang menyenangkan dan lebih kokoh. Dalam organisasi, bila dapat tercipta persahabatan dan keramahan akan dihasilkan ide-ide baru yang terbaik. Tidak ada dorongan yang efektif daripada tepukan di punggung dengan rasa persahabatan. Cara demikian, kita dapat melakukan apapunyang mungkin dapat mendorong seseorang untuk mencetuskan ide lebih banyak dan lebih bagus lagi.
Teman Karib Merupakan Pendorong Terbaik
Suatu yang paling menghancurkan kreatifitas adalah tidak adanya perhatian dari orang yang dicinta. Di dalam suatu keluarga, pujian yang diberikan orang tua merupakan hadiah yang paling berharga. Begitu juga disekolahan, pujian guru terhadap muridnya merupakan pendorong yang akan menumbuhkan kreatifitas. Orang tua seharusnya lebih dulu berhenti untuk mendegarkan serta melihat apa yang akan dikatakan atau dilakukan anak. Walaupun sekecil apapun usaha-usaha kreatif si anak. Pujian yang diberikan orang tua kepada anak, langsung akan dapat mencipatakan kepercayaan dan sangat membantu pertumbuhan anak. Lebih-lebih apabila pujian itu kita ucapkan pada orang lain dengan sengaja agar didengar anak, tuah pujian itu akan lebih ampuh lagi.
Banyak diantara kita merupakan orang yang sangat imajinatif-kreatif di masa kanak-kanak, namun banyak pula menjadi tidak kreatif setelah mereka tumbuh dewasa. Salah satu penyebabnya barangkali karena gagasan, ide, pendapat yang diajukannya tidak dianggap cukup penting oleh orang disekitarnya. Penyebab lainnya, adalah kebanyakan orang tua salah karena meremehkan arti gagasan anaknya, atau paling tidak kurang memberikan dorongan pada anak-anak mereka.
Sebagai orang tua perlu membangun rasa percaya diri pada anak-anak. Dan juga harus meihat perbedaan kemampuan anak. Misalnya saja anak ada yang melakukn sesuatu degan cara mencoba membangun kreatifitasnya, dua kali gagal, tiga kali gagal, namun ada yang hanya satu kali berhasil. Manusia di dunia ini tidan ada yang sempurna, kegagalan dan keberhasilan tetap ada pada diri manusia, lebih-lebih pada anak. Orang tua tidak dibenarkan menuntut kesempurnaan aaknya, hal ini bukan membantuusaha kreatif, justru semakin mematikan kreatifitas.
Sesama saudara biasanya ada yang cenderung melakukan kekerasan terhadap lainnya, dan menertawakan apa saja yang telah dilakukan atau saudaranya sedang melakukan sesuatu. Tampaknya akan merupakan sesuatu yang terlalu tinggi apabila kita mengharapkan seorang kakak akan memberi dorongan kepada adiknya dalam usaha berkreatifitas; tetapi akan lebih baik lagi apabila orang tua mau menahan diri untuk tidak mematahkan semangat sang kakak yang memberi dorongn tersebut. Kalau orang tua mematahkan semangat akan menimbulkan dampak negatif, atau muncul suatu keputusasaan.
Keputusasaan diri dapat menghambat kreatifitas, dan ingat bahwa kita pun dapat menghambat kreatif orang lain. Karena itu, kebiasaan yang baik akan mendorong semangat pemunculan ide, memberikan dorongan pada apa yang diucapkan dan apa yang dipikirkan orang lain. Hal ini dapat terjadi kalau kita dapat menciptakan hubungan yang baik atau teman yang akrab. Teman akrab dapat menciptakan suasana yang harmonis dan sering munculnya ide ini, lantaran dari seringnya pembicaran dan bertemu muka.
Pada prinsipnya, banyak faktor yang dapat mengembangkan kreatifitas manusia. Dan inti dari kreatifitas itu sendiri adalah kemauan kita untuk terus mencoba dan mencoba, dengan lebih keras dan lebih keras lagi. Ini merupakan harapan manusia yang terlalu tinggi. Jika manusia berharap yang demikian harus dapat mengatasi setiap hal yang dapat menghambat dan mematahkan semangat.
Pemaduan antara suasana yang dapat menunjang kreatifitas dan penggunaan prosedur yang kreatif, sangat membantu pertumbuhan perkembangan manusia.*********

Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara









IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara
FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDORONG KREATIFITAS

Oleh: Maswan

Doktor L. Trushtone memberikan ulasan mengenai pengaruh buruk dari reaksi negatif terhadap masalah atau ide baru. Setiap ide yang diusulkan segera dianggap salah. Selanjutnya ia mengatakan, kadang-kadang bukti yang diberikan begitu meyakinkan, sehingga orang tergoda untuk mengabaikan pemikiran selanjutnya tentang masalah yang baru itu. Bahkan jika sikap negatif ini dikaitkan dengan intelegensi tinggi, kemungkinan juga hasilnya tidak kreatif.
Bagian otak manusia ada dua, yaitu : Judicial Mind dan Creative Mind. Judicial mind, adalah bagian yang melakukan penganalisaan, pembandingan dan pemilihan, sedang creative mind yang mengadakan penggambaran, peramalan dan penghasilan ide. Pertimbangan (judgment) dapat membantu imajinasi supaya tetap berada pada jalurnya, dan imajinasi dapat memberikan penerangan bagi pertimbangan.
Usaha yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, dan usaha yang kreatif sama-sama memerlukan analisis dan sintesis.
Judicial mind dapat mengklasifikasikan fakta-fakta, mempertimbangkannya, memperbandingkan, dan kadang-kadang juga membuang beberapa fakta yang dianggap tidak penting dan menyimpan fakta-fakta yang penting, dan kemudian menyatukan unsur-unsur yang tersisa menjadi suatu kesimpulan.
Creative mind juga melakukan hal serupa, hanya perbedaannya hasil akhirnya bukan berupa keputusan, tetapi berupa ide. Pertimbangan cenderung membatasi diri hanya pada fakta yang ada saja, sedangkan imajinasi harus berusaha menjangkau hal-hal yang belum diketahui, dan selalu melakukan peliptgandaan ide.
Pada umumnya orang berpendapat, bahwa pertimbangan berkembang sejalan dengan perkembangan usia, sedang kreatifitas cenderung mengalami kemunduran, kecuali jika dengan sadar tetap dipertahankan. Kedaan disekitar kita memaksa untuk menggunakan pertimbangan (judicial mind) kita sepanjang waktu. Dari masa kanak-kanak sampai dengan masa tua, kita selalu melatih daya pertimbangan. Dengan latihan-latihan itu diharapkan pertimbangan kita tumbuh semakin baik.
Pendidikan juga memperkuat pertimbangan kita. Secara umum pendidikan yang kita terima, cenderung memperbaiki kemampuan kita dalam membuat pertimbangan. Tetapi masih ada hal lain yang cenderung mempunyai pengaruh yang sama, dan menghasilkan pertimbangan yang tidak pernah salah.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. E. Paul Torrance dari Universitas Minnesota telah memperkuat fakta, bahwa imajinasi cenderug mengalami penyusutan saat pengetahuan dan pertimbangan kita meningkat. Penyelidikan ilmiah itu telah ditulis dala bukunya berjudul Guiding Creative Talent.
Fenomena yang serupa juga dirasakan oleh Ribot, seorang peneliti kejiwaan. Penemuannya, menunjukkan adanya konflik yang muncul antara pertimbangan dan imajinasi, dan pada masa muda kebanyakan pada individu terjadi penurunan kreatifitas. Menurutnya, kemampuan berimajinasi pada mulanya berkembang lebih pesat, dibandingkan dengan perkembangan akal sehat / pertimbangan, tetapi kemudian cenderung mengalami penurunan, sedangkan pengaruh pertimbangan semakin meningkat.
Fakta ketidakterlibatan mood (suasana batin) dalam hal ini, dapat menjelaskan, mengapa Judicial mind dan Creative mind cenderung bertentangan. Jika keduanya tidak dipadukan secara tepat, mungkin keduanya akan saling mengganggu. Pada umumnya mood yang tepat bagi pemikiran Judicial, bersifat negatif. ”Apa yang salah dengan ini? apa yang dihasilkannya? Tidak, hal ini tidak akan berhasil”. Ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang tepat jika kita mencoba membuat pertimbangan.
Sebaliknya pemikiran kreatif kita memerlukan sikap yang positif. Kita harus mempunyai penghargaan. Kita memerlukan semangat, dan kita harus mendorong diri kita sendiri untuk mempunyai kepercayaan pada diri sendiri. Kita harus sadar akan adanya aliran kesempurnaan (Perfectionism) agar tidak gagal. Lampu yang ditemukan Edison pertama kali merupakan hasil karya yang masih kasar. Mungkin saja ia tetap berpedoman pada model yang masih belum sempurna, sambil terus berusaha memperbaikinya. Atau mungkin malah diabaikannya sama sekali, tetapi ia tidak melakukan semua itu. Lampu listrik pertamanya jauh lebih baik dari pada lilin, lampu minyak atau lampu gas. Diperkenalkannya penemuan itu sambil terus melakuakan perbaikan-perbaikan yang dilakukan.
Sikap positif adalah ciri dari orang yang kreatif. Lebih dari itu, orang-orang yang kelihatannya sangat positif sekalipun sebenarnya juga dipengaruhi oleh imajinasi, tetapi negatif sifatnya. Sedangkan orang yang benar-benar kreatif cenderung mengalami kemajuan yang menyolok. Orang-orang yang tergolong negatif, mungkin dalam mendengarkan suatu ide hanya mempunyai satu hal saja dalam otaknya, yakni menanyakan, kelemahan-kelemahan apa yang dapat ditemukan dalam ide tersebut. Seringkali bermunculan tipe imajinasi yang distruktif (merusak) amat lancar, sehingga dengan cepat menangkap penolakan-penolakan yang keluar dari pikiran yang kalut.
Pertimbangan dan imajinasi akan dapat saling membantu jika keduanya dipisahkan pada saat harus dipisahkan. Dalam melakukan usaha kreatif kita harus menempatkan posisi yang sebenarnya. Kadang-kadang kita harus mematikan judicial mind dan menghidupkan creative mind. Juga kita harus cukcup telaten untuk memulai lagi menghidupkan judicial mind, sebab kalau tidak, pertimbangan yang terlalu dini akan dapat mematikan nyala kreatifitas. Bahkan mungkin menghapus ide-ide yang telah dihasilkan.
Kita harus memberikan prioritas terhadap imajinasi, terutama jika kita melakukan pendekatan terhadap masalah-masalah kreatif, dan membiarkan imajinasi menjelajahi tujuan kita. Kita harus melakukan suatu usaha untuk memikirkan ide-ide baru yang paling gila sekalipun, yang mungkin dapat diharapkan. Karena pada fase itu, kita hanya melakukan pemanasan pada alat-alat pemikir kita. Kita harus mencatat kilatan-kilatan atau percikan-percikan yang muncul pertma kali, dan yang mungkin tidak masuk akal. Juga kemungkinan sekali salah satu dari percikan ide tersebut akan menjelma menjadi sangat bagus, dan berguna.
Satu hal yang harus selalu diingat adalah bahwa dalam beberapa usaha kreatif tidak diperlukan keputusan mengenai tingkat kebaikan dari ide-ide kita, sampai tiba pada pertanyaan, ”mana yang harus digunakan”. Saat itu kita harus membuat kritik setajam mungkin seperti pada saat kita menghidupkan semangat selama dalam proses penciptaan atau proses kreatif. Jika sudah sampai pada saat pengambilan keputusan, maka apabila kita dapat melakukan pengujian, hasilnya akan lebih jauh. Pertimbangan pribadi tidak dapat dibantu oleh lingkungan, tetapi malah diwarnai oleh prasangka lingkunagan. Jarang sekali hal itu menjadi obyektif seperti yang semestinya hal ini dapat terjadi pada saat sutradara memilih judul film dan orang-orang yang akan bermusyawarah. Namun sekarang kebanyakan judul-judul dipilih dengan melakukan tes. Judul-judul yang tergolong baik dari semua judul yang diusulkan, diajukan kepada aktor. Mereka mencatat reaksi-reaksi yang diberikan oleh mereka, kemudian diolahnya secara ilmiah menjadi suatu keputusan akhir, dan ini merupakan keputusan yang jauh lebih hebat daripada keputusan orang-orang itu. Seperti yang dinyatakan TaLLeyrand, ”hanya ada satu orang yang tahu lebih banyak dari orang lain tentang satu hal, walaupun semua orang mengetahuinya”.

Kebiasaan yang Menghambat Pemecahan Masalah
Satu alasan mengapa orang-orang cenderung bekerja kurang kreatif setelah dewasa? Hal ini karena kebiasaan. Sebagai hasil dari pendidikan dan pengalaman, kita mengembangkan semacam alternatif penghambat yang cenderung menjadikan pikiran kita beku. Biasanya hambatan-hambatan itu menghalangi kita menggunakan pendekatan imajinatif dalam penyelesaian persolan baru.
Frank Hix dari general Electric menyebut penghambat ini sebagai fiksasi fungsional. Di pihak lain, para psikolog yang melakukan percobaan, menyebut hal itu dengan bermacam nama, misalnya kekuatan problem solving, mechanization, set dan Einstelling.
Kebanyakan para psikolog yang melakukan percobaan berpendapat, bahwa proses penemuan ide, cenderung bergantung pada sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Semua yang dilihat dan diperbuat, terutama tindakan dan gagasan manusia yang sering berhasil menjadi sebagian dari sikap mental. Kebiasaan seperti itu memang berguna untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang pernah kita hadapi. Jika persoalan serupa muncul kembali, kita telah memiliki cara penyelesaianyang telah teruji kekuatannya, keakurannya.
Akan tetapi, apabila kita menjumpai persoalan baru, cenderungv membatasi pemikiran pada penyelesaian yang pernah dugunakan sebelumnya untuk menyelesaikan persoalan serupa. Jika dari semua penyelesaian itu tidak ada yang berhasil, maka kita diharuskan untuk memikirkan suatu penyelesaian yang baru, dan kita terpaksa memadukan berbagai pengalaman tersebut menjadi suatu tindakan baru. Proses ini telah tergambar bahwa tingkah laku cenderung menunjukkan kecerdasan dalam menyelesaiakan masalah, dan ini melibatkan penyatuan unsur-unsur kebiasaan, yang sebelumnya tidak pernah dipadukan.
Kita dapat membantu diri kita untuk mencapai hasil akhir dengan mengingat-ingat prinsip dan prosedur di atas. Oleh karena agaknya kita harus mengekang diri, dengan menghilangkan kebiasaan yang dapat menghambat pencetusan ide baru. Degan demikian kita membiarkan imajinasi kita bebas bergerak dalam mencari kunci-kunci baru bagi pemecahan persoalan-persoalan baru.
Upaya mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang bersifat penghambat tersebut adalah dengan tehnik yang sering disebut brainstorming. Pertemuan-pertemuan brainstorming benar-benar merupakan forum yang kreatif. Semua peserta diarahkan untuk mencetuskan ide baru dalam suatu keadaan yang sengaja diciptakan untuk tidak menimbulkan rintangan. Kelompok itu diberi dorongan semangat oleh seorang pemimpin yang disebut dengan Wild stabs (kejut-kejutan). Dengan demikian rantai kebiasaan menjadi hilang dan ide-ide baru mengalir keluar dengan lancar tanpa dihambat oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya,
Prinsip dasar dari pengendalian kebebasan adalah pemisahan pemikiranideatif dari pemikiran kritis, dengan penangguhan pertimbangan sampai didapatkannya jumlah ide baru yang maksimal.
Menurut Fritz Khan penulis buku berjudul Desaign of the Universe, pengendalian kebebasan (free wheeling aka cenderung lebih sulit bagi orang-orang yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan bagi orang-orang yang relative tidak berpendidikan. Ia menyebutkan ide pembaharuan dari Faraday dan kemudian mengutip komentar yang diberikan oleh Einstein. Penemuan ini merupakan kreasi mental yang berani, terutama karena faraday tidak pernah bersekolah, dan oleh karena itu ia dapat mempertahankan pemikiran yang langka itu dengan bebas.
Keputusan Merupakan Penghambat
Pengalaman Alex F. Osborn sebagai seorang pelatih daya cipta telah memberikan kesan kepadanya, bahwa diantara kita yang menilai rendah kreatifitas adalah keputusasaan diri. Upaya kreatif kita hampir selalu mendorong berkembangnya rasa putus asa yang ditimbulkan orang lain. Tetapi rasa putus asa juga sering mematikan kreatifitas.
Kecenderungan lain yang menghambat kreatifitas adalah keinginan untuk menyesuaikan diri. Ini mengandung faham aliran konvensionalisme da adat kebiasaan merupakan sesuatu yang paling mematikan keaslian. Ketakutan, kelihatan tolol sejalan dengan adanya keinginan untuk tidak terlihat perbedaan dengan orang lain. Hal ini terlihat dalam diri orang-orang yang dibimbing oleh Osborn. Saat bermusyawarah, ia memberikan wejangan:
”mana yang lebih buruk, bodoh dimata orang lain ataukah bodoh di mata diri sendiri? Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa ide anda masih setengah matang, tetapi adakah hal itu lebih tolol dari pada anda menghentikan usaha-usaha anda untuk menghasilkan ide-ide yang lebih baik? Saya telah mencoba mengemukakan pada mereka bahwa orang yang benar-benar pandai menghargai usaha yang kreatif adalah mereka yang menyadari bahwa semua hal yang baik di dunia ini berasal dari ide-ide yang pada mulanya dicemooh sebagai sesuatu yang tolol.
Ketakutan dan yang kelihatan tolol adalah hambatan emosional yang sudah terlalu umum. Dan hanya sedikit dari kita yang menyadari sifat yang anti kreatif ini.
Sebagian besar orang yang kreatif, sebenarnya temasuk orang yang sederhana dan rendah hati. Cukup banyak orang-orang penting dan kreatif. Namun jarang kita jumpai orang tersebut menganggap dirinya lebih besar dari anggapan orang lain yang diberikan kepadanya. Hampir setiap ditanya tentang rahasia keberhasilan, mereka selalu menyatakan bahwa bakat dan imajinasi mereka lebih jauh di bawah jenius. Dan apapun yang telah berhasil dicapainya semata-mata merupakan hasil dari upaya mencoba dan mencoba lagi, dan menanggung kembali kegagalan yang berulang-ulang terjadi.
Rasa Malu Cenderung Mematikan Ide-ide yang Ada
Bila kita mengharapkan terlalu banyak dari kita, ketidak beranian mungkin malah mencerminkan kesombongan dan bukanya kesederhanaan. Pada suatu saat kita berkumpul bersama untuk memikirkan acara radio yang baru. Salah satu diantara ada anak-anak muda yang mempunyai bakat kreatif, yang jauh lebih besar dari pada orang tua. Namun kelihatannya ia lebih banyak mendengarkan. Bertanyalah diantara kita, ”mengapa kamu tidak memberikan ide-idemu?”. jawab anak muda, ”saya takut kalau ide yang saya berikan tidak sebaik seperti apa yang anda harapkan”. Ia menahan dirinya. Bukan karena ia merasa tidak kreatif, tetapi karena terlalu membanggakan dirinya sendiri. Betapa ia malu mengungkapkan pendapatnya. Kemungkinan saja bahwa paling tidak salah satu idenya mungkin akan lebih baik dari pada ide-ide yang lain.
Di pihak lain, bahwa biasanya perasaan malu berasal dari keraguan, yakni dari ketidakmampuan seseorang untuk menjadi kreatif. ”keraguan seperti itu berupakan penghianat”, demikian kata Shakespeare. Selanjutnya keadaan yang demikian ini membuat kita kehilangan kesempatan yang seharusnya sering dapat kita menangkan kalau kita takut mencoba. Sebenarnya tidak perlu ada keraguan kalau kita memiliki bakat imajinatif, kita pun dapat menggunakan dengan baik, asal kita mau mencoba.
Tetapi sering kita pda saat sedang berpikir, kita sering kali ditahan oleh keraguan untuk mengemukakan sesuatu. Kasus sering terjadi, bahwa ada orang dalam pertemuan ada saja cenderung diam, malu untuk mengemukakan pendapatnya. Ia takut kalau ide yang disampaikan itu ditertawakan yang lain. Namun pada suatu saat ia mau mengubah pikirannya itu, setelah idenya dikeluarkan ternyata diterima oleh orang yang lain. Sehingga pada saat itu ia menjadi orang yang berani, bahkan sangat berani dan tidak pernah merasa ragu untuk mengemukakan ide-ide baru yang telah dipikirknnya. Khirnya ia pun menjadi orang terkenal.
Jika kita terus menerus mencipta, walaupun hanya hal yang sepele, namun kita cenderung membentuk semacam kebiasaan. Semakin banyak mencoba, secara naluriah semakin banyak pula yang kita kerjakan. Bertanyalah, glilh fakta, kumpulan pengalaman, dan perhatikan kesalahan. Dan dalam segala hal, tataplah dengan tajam ap-apa yang terselubung. Yang penting juga kita perhatikan, adalah pergunaan imajinasimu yng merupakan anugerah Allah. Begitu anda menjadikan cara itu sebagai suatu kebiasaan, anda akan menyadari bahwa imajinasi seperti juga kepercayaan, akan mampu dan sering berhasil memindahkan sesuatu yang kita anggap berat.
Perasaan malu juga cenderung menghentikan imajinasi, walaupun kita sudah memulai suatu pekerjaan yang kreatif. Bahkan Edison sekalipun mula-mula juga harus berusaha melawan hambatan ini. Namun dalm kehidupan selanjutnya, kegagalan percobaannya, tampak sudah menjadi bagian dari hari-harinya dan sangat berfungsi sebagai pertanda dimulainya percobaan selanjutnya.
Dorongan Semangat Menyuburkan Pencetusan Ide
Dalam hal-hal tertentu, tantangan kadang sangat berguna bagi kehidupan manusia dalam berkreatiftas. Kreatifitas itu ibarat bunga aneh yang akan mengembang apabila mendapt siraman pujian, sedangkan keputusasaan seringkali membuatnya layu. Ini dapat diartikan bahwa kebanyakan diri kita akan mencetuskan ide lebih banyak dan lebih baik bila usaha yang kita lakukan dihargai orang. Sikap yang tidak bersahabat dapat mematikan niat manusia. Sehingga dalam hal ini humor dapat berubah menjadi racun penghambat pencetusan ide. Setiap ide baru seharusnya selalu diterima dengan baik, tetapi tidak berarti dipuja-puja. Sekalipun ide itu tidak bagus, paling tidak ia harus mendapatkan dorongan supaya tetap mau berusaha dan mencoba.
Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau memberi usul dan bimbingan yang kreatif, tidak hanya menyalahkan saja. Dan juga, jika ada salah seorang anak buahnya mengemukakan usul, diusahakan selalu meyakinkannya, artinya usul tersebut dihargai, dan diberi hadiah kalau memang benar-benar usul tersebut hebat. Dengan cara demikian akan merangsang orang lain untuk mencoba dan berusaha. Usaha semacam itu memang diakui sulit. Namun demikian, apabila seorang pengelola atau pemimpin dapat bertindak sebagai penampung aspirasi dan pembimbing yang kreatif, mka pasti akan dihasilakan organisasi yang menyenangkan dan lebih kokoh. Dalam organisasi, bila dapat tercipta persahabatan dan keramahan akan dihasilkan ide-ide baru yang terbaik. Tidak ada dorongan yang efektif daripada tepukan di punggung dengan rasa persahabatan. Cara demikian, kita dapat melakukan apapunyang mungkin dapat mendorong seseorang untuk mencetuskan ide lebih banyak dan lebih bagus lagi.
Teman Karib Merupakan Pendorong Terbaik
Suatu yang paling menghancurkan kreatifitas adalah tidak adanya perhatian dari orang yang dicinta. Di dalam suatu keluarga, pujian yang diberikan orang tua merupakan hadiah yang paling berharga. Begitu juga disekolahan, pujian guru terhadap muridnya merupakan pendorong yang akan menumbuhkan kreatifitas. Orang tua seharusnya lebih dulu berhenti untuk mendegarkan serta melihat apa yang akan dikatakan atau dilakukan anak. Walaupun sekecil apapun usaha-usaha kreatif si anak. Pujian yang diberikan orang tua kepada anak, langsung akan dapat mencipatakan kepercayaan dan sangat membantu pertumbuhan anak. Lebih-lebih apabila pujian itu kita ucapkan pada orang lain dengan sengaja agar didengar anak, tuah pujian itu akan lebih ampuh lagi.
Banyak diantara kita merupakan orang yang sangat imajinatif-kreatif di masa kanak-kanak, namun banyak pula menjadi tidak kreatif setelah mereka tumbuh dewasa. Salah satu penyebabnya barangkali karena gagasan, ide, pendapat yang diajukannya tidak dianggap cukup penting oleh orang disekitarnya. Penyebab lainnya, adalah kebanyakan orang tua salah karena meremehkan arti gagasan anaknya, atau paling tidak kurang memberikan dorongan pada anak-anak mereka.
Sebagai orang tua perlu membangun rasa percaya diri pada anak-anak. Dan juga harus meihat perbedaan kemampuan anak. Misalnya saja anak ada yang melakukn sesuatu degan cara mencoba membangun kreatifitasnya, dua kali gagal, tiga kali gagal, namun ada yang hanya satu kali berhasil. Manusia di dunia ini tidan ada yang sempurna, kegagalan dan keberhasilan tetap ada pada diri manusia, lebih-lebih pada anak. Orang tua tidak dibenarkan menuntut kesempurnaan aaknya, hal ini bukan membantuusaha kreatif, justru semakin mematikan kreatifitas.
Sesama saudara biasanya ada yang cenderung melakukan kekerasan terhadap lainnya, dan menertawakan apa saja yang telah dilakukan atau saudaranya sedang melakukan sesuatu. Tampaknya akan merupakan sesuatu yang terlalu tinggi apabila kita mengharapkan seorang kakak akan memberi dorongan kepada adiknya dalam usaha berkreatifitas; tetapi akan lebih baik lagi apabila orang tua mau menahan diri untuk tidak mematahkan semangat sang kakak yang memberi dorongn tersebut. Kalau orang tua mematahkan semangat akan menimbulkan dampak negatif, atau muncul suatu keputusasaan.
Keputusasaan diri dapat menghambat kreatifitas, dan ingat bahwa kita pun dapat menghambat kreatif orang lain. Karena itu, kebiasaan yang baik akan mendorong semangat pemunculan ide, memberikan dorongan pada apa yang diucapkan dan apa yang dipikirkan orang lain. Hal ini dapat terjadi kalau kita dapat menciptakan hubungan yang baik atau teman yang akrab. Teman akrab dapat menciptakan suasana yang harmonis dan sering munculnya ide ini, lantaran dari seringnya pembicaran dan bertemu muka.
Pada prinsipnya, banyak faktor yang dapat mengembangkan kreatifitas manusia. Dan inti dari kreatifitas itu sendiri adalah kemauan kita untuk terus mencoba dan mencoba, dengan lebih keras dan lebih keras lagi. Ini merupakan harapan manusia yang terlalu tinggi. Jika manusia berharap yang demikian harus dapat mengatasi setiap hal yang dapat menghambat dan mematahkan semangat.
Pemaduan antara suasana yang dapat menunjang kreatifitas dan penggunaan prosedur yang kreatif, sangat membantu pertumbuhan perkembangan manusia.*********

Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara









IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara