Rabu, 28 Januari 2009

JIKA BERBICARA BISA,
MENGAPA TIDAK DITULIS?

Oleh: Maswan

Dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua orang yang normal mampu mengungkapkan jalan pikirannya lewat bahasa lisan. Ini terbukti dalam percakapan sehari-hari, penuturan bahasa lewat bicara seolah tanpa batas, meluncur kalimat-kalimat yang seolah tanpa henti. Percakapan antar individu dalam setiap pertemuan selalu mucul kata dan kalimat keluar dari mulut, baik berupa informasi berita, pertanyaan, dan pengungkapan pemikiran dan perasaan. Begitu banyaknya ide-ide yang dapat tersampaikan pada lawan bicara kita pada setiap pertemuan.

Mengapa, Ide Tidak Ditulis?
Guru, mubaligh, politisi, penyuluh dan orang orang yang bergelut dalam bidang human relation, aktivitasnya selalu berhubungan dengan kata-kata dan kalimat yang dilisankan. Sekian juta informasi dan atau bentuk ide-ide cemerlang dapat terungkap lewat pembicaraan. Kenyataan ini, dapat kita tanyakan, mengapa pembicaan lewat lisan begitu mudahnya, tetapi jarang dituangkan dalam sebuah tulisan yang menarik?
Mari kita mencoba untuk merenung sejenak, mengapa kalau berbicara bisa, tetapi menulis mengalami kesulitan? Padahal kedua ketrampilan berbahasa ini, keduanya sama-sama menuangkan ide dan gagasan, pemikiran dan perasaan. Apakah ada perbedan yang sangat kontradiksi dan terlampau jauh pembeda kesulitan dari kedua berbahasa tersebut? Kalau memang menulis lebih sulit dari berbicara, mari mencoba mencari jalan pemecahan, agar kedua ketrampilan ini dapat dikemas secara simultan. Kalau hal ini dapat dilakukan, akan mempunyai nilai lebih, yaitu setiap kali kita mengkomunikasikan pikiran lewat lisan dan tidak dapat ditangkap lewat indra pendengran dengan jelas, maka jika pembiraan tersebut mampu ditulis, akan dapat dibuka dan dibaca kembali. Gagasan-gagasan dan ide-ide yang tertulis akan bertahan lama dan jangkaun penyebarannya akan lebih luas.
Menulis bagi guru, sangat penting artinya. Setiap kali guru mengkomunikasikan materi pelajaran, selalu menggunakan bahasa lisan yang sering disebut ceramah. Ceramah berarti berbicara menyampaikan pesan-pesan moral, etika, ilmu pengetahuan dan berbagai nilia-nilai kehidupan lainnya. Begitu bnyaknya kata dan kalimat meluncur dengan derasnya dari mulut sang guru, untuk disampaikan kepada
sang murid. Dan setiap selesai terjadinya proses komunikasi ini, banyak pesan-pesan tersebut hilang, tidak membekas pada pendengaran dan pikiran anak. Maka dengan hambatan seperti ini, jika pesan-pesan tersebut juga ditulis, maka pada saat yang lain dan berbeda, dapat dilihat dan dibuka kembali.

Pemaksaan Diri Menulis, Tidaklah Berdosa
Melihat kenyataan dalam proses pembelajaran di sekolah, ceramah menjadi metode utama dan membutuhkan beaya yang murah, maka demi pengembangan dunia pendidikan modern, menulis bagi guru sudah merupakan keharusan. Betapa pun sulitnya menulis, kita mencoba untuk memulai berlatih. Disadari atau tidak, memang menulis itu sulit. Tetapi bukan berarti tidak dapat dilakukan dan dipelajari dan dilatih. Memaksa kehendak untuk menulis, tidaklah terlalu dosa, karena tidak akan mempengaruhi kesehatan mental kita. Bahkan mungkin tidak akan membuat kita stres, lantaran terlalu banyak mencari ide-ide cemerlang.
Ketrampilan menulis sama halnya ketrampilan berbahasa lisan. Karena kita sudah terlatih berbicara sejak mulai kecil, maka akhirnya pun bisa berbicara lancar. Berbicara di depan umum, misalnya bagi seorang guru berbicara di depan anak-anak di kelasnya, itu awalnya tidak begitu lancar. Tetapi karena menjadi pekerjaan dan kebutuhan setiap hari, ternyata berbicara pun lancar adanya.
Ketrampilan menulis pun sebenarnya kalau kita mau melatih diri akan dapat menulis dengan baik. Tarigan dalam Logan [et al] (1972:297) menulis, seperti juga halnya ketiga ketrampilan berbahasa lainnya (mendengarkan, berbicara dan membaca-red), merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, ketrampilam-ketrampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan degan jelas dan ditata secara menarik.selanjutnya menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang seksama, perbedaharaan yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk dan gaya. Akhirnya dia menuntut kita untuk menulis, mengoreksi cetakan percobaan, menulis kembli dan menyempurnakannya, untuk mengembangkan kita dari seorang bakal penulis menjadi pengarang yang memuaskan
Secara singkat dapatlah dikemukkan bahwa;
a) Tulisan dibuat untuk dibaca.
b) tulisan didsarkan pada pengalaman.
c) Tulisan ditingkatkan melalui latihan terpimpin.
d) Dalam tulisan makna menggantikan bentuk.
e) Kegiatan-kegitan lisan hendaknya mendahului kegitan menulis.

Kata Kunci Menulis, adalah latihan
Membaca dan memahami uraian di atas, sebenarnya memang sulit untuk dilakukan, tetapi masih dapat diatasi asal kata kunci ”latihan dan latihan” yang terus menerus dilakukan. Untuk menjadi seseorang yang trampil berbicara asal mulanya latihan, maka begitu juga untuk menjadi seorang penulis juga membutuhkan latihan. Jika perlu selain latihan sendiri, juga sangat perlu mengikuti program latihan dan pendidikan yang terstruktur. Dan hal ini sangat diperlukan, membentuk suatu perkumpulan atau himpunan pemimat penulis. Pertemuan orang-orang yang mempunyai minat sama, akan cenderung mempunyai nilai positif dan semangat untuk maju dan berkembang akan lebih mudah.
Wadah suatu himupunan penulis, akan mempunyai makna lebih, karena dalam setiap kegiatan yang dilakukan mengacu bagaimana menjadi penulis yang baik. Dan dalam wadah ini akan terjadi proses bejalar menulis, yang mempunyai tujuan sama dan program-program sama, dan biasanya terencana dengan baik. Harapan akhir jika ada wadah penghimpun calon-calon penulis, adalah untuk:
1. Saling belajar dan latihan bersama, bgaimana cara untuk mengekspresikan ide atau pikiran lewat karya tulis.
2. Meningkatkan notivasi, dorongan, keinginan dan kemauan untuk mengungkapkan segala perasaan dan pikiran secara bebas dalam wadah ini.
3. Melatih diri untuk berekspresi bebas dalam bentuk tulisan
4. Menumbuhkan dan mengembangkan minat tulis, bahwa menulis akan dapat dilakukan jika landasan keyakinan ”tulisan ada, karena ada sang penulis”
Keyakinan bahwa kalau berbicara dapat dilakukan, mengapa menulis tidak bisa, adalah sebuah kalimat penyemangat, untuk dapat dijadikan pijakan memulai menulis. Lebih-lebih dalam dunia pendidikan seorang guru, sebenarnya sarat dengan materi pembelajaran yang perlu ditulis. Jika tidak sampai pada penulisan buku yang cukup bagus, setiap bagian materi pembelajaran tertulis sistematis, terus dikembangkan dalam bentuk diktat adalah sebuah karya yang berharga. Diktat menjadi dokumen penting untuk dikembangkan sebagai bahan tulisan buku ajar yang terssusun sistematis. Dan jika layak diterbitkan sebagi buku ajar, maka jadilah buku pelajaran yang akan mampu didistribusikan kepada masyarakat luas. Selaian sebagai
pengembang ilmu, juga untuk mengatrol kredit poin bagi guru negeri atau guru-guru yang akan maju ke sertifkasi guru. Dan ujung-ujungnya akan menemukan kesejahteraan, karena karya dihargai dengan uang.
Dalam tugas sehari-sehari, seorang guru pasti berbicara di depan siswa-siswanya. Metode ceramah yang digunakan dalam proses pembelajaran, tentulah berbicara menjadi suatu keharusan. Terkadang setiap hari guru-guru selalu berbicara untuk menerangkankan materi pelajaran tanpa henti, mulai jam tujuh sampai jam satu siang. Jika pembicaraan guru, dapat direkam dan ditulis dalam lembaran kertas, maka akan berjumlah lembaran kertas berlembr-lembar bentuk pesan-pesan yang berharga dan dapat disimpan dan dibaca kembali jika dibutuhkan.
****************
Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara



IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar