Rabu, 28 Januari 2009

PENGARUH USAHA TERHADAP KREATIFITAS

Oleh: Maswan

Sebagian orang merasa lebih mudah bekerja dengan menggunakan fisik, dan sebagian orang lagi lebih merasa mampu bekerja secara mental. Paradoksal ini dapat membantu menjelaskan, mengapa begitu banyak orang merasa kurang kreatif dibandingkan dengan orang lain.
Kita dapat dengan mudah mengembangkan pikira kita dengan cara yang tidak kreatif, seperti mengucapkan do’a pada Tuhan, baik dengan suara keras maupun lirih. Kita dapat melakukan hal ini dengan berdiam diri, bahkan dapat sambil berdiri di tempat ramai di kota besar,meskipun terdapat banyak kegaduhan atau gangguan di sekitar kita. Kita dapat dengan leluasa mengembarakan pikiran setiap saat, tanpa dipengaruhi di tempat mana kita berada. Begitu juga, tanpa usaha yang sungguh-sungguh, kita dapat menggerakkan imajinasi. Dan tugas yang paling berat di dunia ini adalah berpikir kreatif.
Hanya sedikit yang masih percaya bahwa kejeniusan meluncurkan ide-ide, tanpa melalui usaha. Orang yang jenius sendiri justru mengatakan sebaliknya. Bahkan sering terlontar perkataan, kejeniusan tidak berarti apa-apa, apabila tanpa disertai dengan kerja keras. Ide tidak dapat muncul begitu saja pada orang.
Industri istrik merupakan suatu monumen bagi keberhasilan imajinasi manusia, dan General Electric Company telah banyak memiliki orang-orang yang jenius. Jika kita perhatikan lebih jauh kepercayaan mereka, maka kita akan setuju dengan ucapan Charles E. Wilson, ketika ia menjabat sebagai direktur Genera Electric:
”Tidak akan ada kereta emas yang membawa kita kesana”.
Pernyataan itu memang benar, bahkan juga dalam bidang seni. Sebagian besar penulis mengakui hal itu sebagai, ”irama kreatifitas” yakni naik turunnya kekuatan imajinasi manusia untuk menghasilkan ide yang diharapkan. Karena setiap bakat manusia dari hari ke hari adalah tetap, maka putaran tersebut semata-mata merupakan putaran energi, yang merupakan suatu fakta dan dapat membantu membuktikan betapa besarnya tingkat ketergantungan produktifitas-kreatifitas kita pada usaha yang dilakukan secara sadar.
Hanya relatif kecil orang yang dengan cermat mencoba untuk berpikir, dan kebanyakan tidak pernah memperturutkan hatinya untuk merenungkan pikirannya.
Battista Grassi membagi umat manusia menjadi tiga golongan, 1) Orang-orang yang menggunakan pikirannya, 2) Orang-orang yang berpura-pura menggunakan pikirannya, dan 3) Orang-orang yang tidak melakukan keduanya. ”kalau kita telah termasuk kelompok pertama, maka kita mungkin akan gagal mengumpulkan energi guna melakukan sesuatu yang harus kita lakukan untuk mendapatkan sesuatu yang terbaik”.
Konsentrasi sebagai Kunci Kreatifitas
Dalam istilah konsentrasi dengan seluruh tenaga disebut aufgabe. Untuk membantu meyakinkan tipe perhatian ini, kadang-kadang kita dapat melakukan dengan cara mengintensifkan perhatian. Kita. maksud, akan laebih kuat apabila didasari oleh tujuan. Misalnya untuk mendapatkan sesuatu, maka kit perlu merumuskan tujuan yang jelas dan konkrit, dan perlu didukung bekerja keras. Begitu juga kita harus dapat mengintensifkan maksud dengan membuat langkah awal yang nyata. Dengan dmikian, akan dapat membangkitkan minat yang cepat merangsang imajinasi, dan dari sinilah, memungkinkan seseorang dapat memusatkan diri memperoleh kekuatan mental untuk memecahkan masalah. Misalnya seorang penulis dapat mengintensifkan miatnya dengan menuliskan berbagai judul untuk suatu tulisan yang dimaksudkan.
Self-priming atau memberi instruksi pada diri sendiri, tidak begitu diperhatikan atau diperlukan oleh kita yang hanya terlibat dalam tugas-tugas yang menarik minatnya, dan dapat ditunggalakan bila tidak berminat lagi. Tetapi peneliti bidang industri, ilustrator, pemasang iklan dan para pekerja dalam bidang komersial lainnya, seringkali diserahi tugas yang hampir membosankan. Oleh karena itu, mereka harus memaksakan diri dengan maksud yang mantap untuk memulai mencipta atau bekerja. Entah dihasilkan oleh dirinya sendiri atau tidak, minat yang kuat sepenuhnya diperlukan untuk memerintahkan pelayanan inajinasi.
Renungan dengan masksud tertentu sringkali menjadi produktif. Tetapi, waktu yang pendek itu cenderung disalah artikan oleh orang-orang disekitar kita. Sebagai ilustrasi ada salah seorang isteri pengacara, mengkritik suamiya karena kerjanya hanya duduk dan berpikir saja setiap malam. Setelah ia berhasil memecahkan kasusnya yang paling menguntungkan, ia dengan lembut menasehati isterinya: ”say harap kamu sekarang mengerti, bahwa saya duduk disini setipa malam, dan tampak seperti melamun, sebenarnya benar-benar sedang mengerjakan pekerjaan yang paling berat dan menguntungkan. Saya berhasil menemukan strategi baru”.
Untuk melakukan konsentrasi sambil berimajinasi tidaklah mudah. Kadang-kadang, kita pernah mencoba mengamati sebuah benda yang kebetulan menyentuh dipikiran kita, namun sesaat benda tersebut kita tinggalkan untuk melakukan sesuatu yang lain. Pada saat yang lain, kita mencoba mengingat kembali benda tersebut. Melalui proses yang berliku-liku, berpikir berputar-putar untuk menemukannya, dn akhirnya kit peroleh. Dengan demikian, kita percaya bahwa latihan berimajinasi harus mencakup pula latihan-latihan berkonsentrasi.
Arnold Bernet yakin benar, akan hubungan antara pikiran dan tindakan, dan ia percaya akan peranan tindakan yang terus menerus terhadap keberhasilan kerja pikiran. Katanya, ”Ketika Anda meniggalkan rumah, konsentrasikan pikiran pada satu hal, dan jangan peduli dari mana harus memulainya. Anda jangan meneruskan langkah sebelum pikiran terlepas dari apa yang dipikirkan, dan Anda telah berhasil menyimpan dalam pikiran, sekali Anda kaitkan dengan pengalaman. Setelah itu, kembalilah pada suasana semula”.
Jika kita berkonsentrasi dengan cukup kuat dan terus menerus, maka persoalan yang ada dapat dipikirkan baik-baik tanpa menghiraukan gngguan ide.
Rasa kurag yakin, seringkali dapat menimbulkan usaha dari dalam. Dr. Sidney Parners, menunjukkan hal ini dalam caranya memecahkan masalah-masalah yng dihadapi secara kreatif, dengan menanyakan pada siswanya, apakah mereka dapat mengenali dan menyebutkan sepuluh bangsa burung. Kebanyakan dari siswa yang ditanya, menjawab ”tidak dapat”. Kemudian siswanya ditanya lagi dengan cara yang berbeda, siapa yang dapat mengenali dua belas bangsa burung berikut ini : kenari, kalkun, burung hantu, merpati, burung gereja, murai, manyar, rajawali, gelatik, itik, ayam dan garuda.
”Hal-hal di atas”, kata Dr. Sidney, ”mungkin lebih banyak yang Anda ketahui segalanya, dari pada yang Anda pikirkan”. Tetapi bagi Anda lebih mudah menjawab ”tidak” atas suatu pertanyaan, dari pada mencoba untuk memikirkan jawabannya. Demikian halnya dengan Anda, mungkin Anda memilki bekal bakat kreatif yang lebih banyak dari pada yang Anda gunakan. Dalam hal ini, yang Anda perlukan adalah usaha keras untuk memanfaatkan segala potensi secara optimal”.


Maswan, dosen, Pembatu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Kontak person : 081325702426, Email. Maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang.
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara





IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara




Tidak ada komentar:

Posting Komentar