Rabu, 28 Januari 2009

FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDORONG KREATIFITAS

Oleh: Maswan

Doktor L. Trushtone memberikan ulasan mengenai pengaruh buruk dari reaksi negatif terhadap masalah atau ide baru. Setiap ide yang diusulkan segera dianggap salah. Selanjutnya ia mengatakan, kadang-kadang bukti yang diberikan begitu meyakinkan, sehingga orang tergoda untuk mengabaikan pemikiran selanjutnya tentang masalah yang baru itu. Bahkan jika sikap negatif ini dikaitkan dengan intelegensi tinggi, kemungkinan juga hasilnya tidak kreatif.
Bagian otak manusia ada dua, yaitu : Judicial Mind dan Creative Mind. Judicial mind, adalah bagian yang melakukan penganalisaan, pembandingan dan pemilihan, sedang creative mind yang mengadakan penggambaran, peramalan dan penghasilan ide. Pertimbangan (judgment) dapat membantu imajinasi supaya tetap berada pada jalurnya, dan imajinasi dapat memberikan penerangan bagi pertimbangan.
Usaha yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, dan usaha yang kreatif sama-sama memerlukan analisis dan sintesis.
Judicial mind dapat mengklasifikasikan fakta-fakta, mempertimbangkannya, memperbandingkan, dan kadang-kadang juga membuang beberapa fakta yang dianggap tidak penting dan menyimpan fakta-fakta yang penting, dan kemudian menyatukan unsur-unsur yang tersisa menjadi suatu kesimpulan.
Creative mind juga melakukan hal serupa, hanya perbedaannya hasil akhirnya bukan berupa keputusan, tetapi berupa ide. Pertimbangan cenderung membatasi diri hanya pada fakta yang ada saja, sedangkan imajinasi harus berusaha menjangkau hal-hal yang belum diketahui, dan selalu melakukan peliptgandaan ide.
Pada umumnya orang berpendapat, bahwa pertimbangan berkembang sejalan dengan perkembangan usia, sedang kreatifitas cenderung mengalami kemunduran, kecuali jika dengan sadar tetap dipertahankan. Kedaan disekitar kita memaksa untuk menggunakan pertimbangan (judicial mind) kita sepanjang waktu. Dari masa kanak-kanak sampai dengan masa tua, kita selalu melatih daya pertimbangan. Dengan latihan-latihan itu diharapkan pertimbangan kita tumbuh semakin baik.
Pendidikan juga memperkuat pertimbangan kita. Secara umum pendidikan yang kita terima, cenderung memperbaiki kemampuan kita dalam membuat pertimbangan. Tetapi masih ada hal lain yang cenderung mempunyai pengaruh yang sama, dan menghasilkan pertimbangan yang tidak pernah salah.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. E. Paul Torrance dari Universitas Minnesota telah memperkuat fakta, bahwa imajinasi cenderug mengalami penyusutan saat pengetahuan dan pertimbangan kita meningkat. Penyelidikan ilmiah itu telah ditulis dala bukunya berjudul Guiding Creative Talent.
Fenomena yang serupa juga dirasakan oleh Ribot, seorang peneliti kejiwaan. Penemuannya, menunjukkan adanya konflik yang muncul antara pertimbangan dan imajinasi, dan pada masa muda kebanyakan pada individu terjadi penurunan kreatifitas. Menurutnya, kemampuan berimajinasi pada mulanya berkembang lebih pesat, dibandingkan dengan perkembangan akal sehat / pertimbangan, tetapi kemudian cenderung mengalami penurunan, sedangkan pengaruh pertimbangan semakin meningkat.
Fakta ketidakterlibatan mood (suasana batin) dalam hal ini, dapat menjelaskan, mengapa Judicial mind dan Creative mind cenderung bertentangan. Jika keduanya tidak dipadukan secara tepat, mungkin keduanya akan saling mengganggu. Pada umumnya mood yang tepat bagi pemikiran Judicial, bersifat negatif. ”Apa yang salah dengan ini? apa yang dihasilkannya? Tidak, hal ini tidak akan berhasil”. Ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang tepat jika kita mencoba membuat pertimbangan.
Sebaliknya pemikiran kreatif kita memerlukan sikap yang positif. Kita harus mempunyai penghargaan. Kita memerlukan semangat, dan kita harus mendorong diri kita sendiri untuk mempunyai kepercayaan pada diri sendiri. Kita harus sadar akan adanya aliran kesempurnaan (Perfectionism) agar tidak gagal. Lampu yang ditemukan Edison pertama kali merupakan hasil karya yang masih kasar. Mungkin saja ia tetap berpedoman pada model yang masih belum sempurna, sambil terus berusaha memperbaikinya. Atau mungkin malah diabaikannya sama sekali, tetapi ia tidak melakukan semua itu. Lampu listrik pertamanya jauh lebih baik dari pada lilin, lampu minyak atau lampu gas. Diperkenalkannya penemuan itu sambil terus melakuakan perbaikan-perbaikan yang dilakukan.
Sikap positif adalah ciri dari orang yang kreatif. Lebih dari itu, orang-orang yang kelihatannya sangat positif sekalipun sebenarnya juga dipengaruhi oleh imajinasi, tetapi negatif sifatnya. Sedangkan orang yang benar-benar kreatif cenderung mengalami kemajuan yang menyolok. Orang-orang yang tergolong negatif, mungkin dalam mendengarkan suatu ide hanya mempunyai satu hal saja dalam otaknya, yakni menanyakan, kelemahan-kelemahan apa yang dapat ditemukan dalam ide tersebut. Seringkali bermunculan tipe imajinasi yang distruktif (merusak) amat lancar, sehingga dengan cepat menangkap penolakan-penolakan yang keluar dari pikiran yang kalut.
Pertimbangan dan imajinasi akan dapat saling membantu jika keduanya dipisahkan pada saat harus dipisahkan. Dalam melakukan usaha kreatif kita harus menempatkan posisi yang sebenarnya. Kadang-kadang kita harus mematikan judicial mind dan menghidupkan creative mind. Juga kita harus cukcup telaten untuk memulai lagi menghidupkan judicial mind, sebab kalau tidak, pertimbangan yang terlalu dini akan dapat mematikan nyala kreatifitas. Bahkan mungkin menghapus ide-ide yang telah dihasilkan.
Kita harus memberikan prioritas terhadap imajinasi, terutama jika kita melakukan pendekatan terhadap masalah-masalah kreatif, dan membiarkan imajinasi menjelajahi tujuan kita. Kita harus melakukan suatu usaha untuk memikirkan ide-ide baru yang paling gila sekalipun, yang mungkin dapat diharapkan. Karena pada fase itu, kita hanya melakukan pemanasan pada alat-alat pemikir kita. Kita harus mencatat kilatan-kilatan atau percikan-percikan yang muncul pertma kali, dan yang mungkin tidak masuk akal. Juga kemungkinan sekali salah satu dari percikan ide tersebut akan menjelma menjadi sangat bagus, dan berguna.
Satu hal yang harus selalu diingat adalah bahwa dalam beberapa usaha kreatif tidak diperlukan keputusan mengenai tingkat kebaikan dari ide-ide kita, sampai tiba pada pertanyaan, ”mana yang harus digunakan”. Saat itu kita harus membuat kritik setajam mungkin seperti pada saat kita menghidupkan semangat selama dalam proses penciptaan atau proses kreatif. Jika sudah sampai pada saat pengambilan keputusan, maka apabila kita dapat melakukan pengujian, hasilnya akan lebih jauh. Pertimbangan pribadi tidak dapat dibantu oleh lingkungan, tetapi malah diwarnai oleh prasangka lingkunagan. Jarang sekali hal itu menjadi obyektif seperti yang semestinya hal ini dapat terjadi pada saat sutradara memilih judul film dan orang-orang yang akan bermusyawarah. Namun sekarang kebanyakan judul-judul dipilih dengan melakukan tes. Judul-judul yang tergolong baik dari semua judul yang diusulkan, diajukan kepada aktor. Mereka mencatat reaksi-reaksi yang diberikan oleh mereka, kemudian diolahnya secara ilmiah menjadi suatu keputusan akhir, dan ini merupakan keputusan yang jauh lebih hebat daripada keputusan orang-orang itu. Seperti yang dinyatakan TaLLeyrand, ”hanya ada satu orang yang tahu lebih banyak dari orang lain tentang satu hal, walaupun semua orang mengetahuinya”.

Kebiasaan yang Menghambat Pemecahan Masalah
Satu alasan mengapa orang-orang cenderung bekerja kurang kreatif setelah dewasa? Hal ini karena kebiasaan. Sebagai hasil dari pendidikan dan pengalaman, kita mengembangkan semacam alternatif penghambat yang cenderung menjadikan pikiran kita beku. Biasanya hambatan-hambatan itu menghalangi kita menggunakan pendekatan imajinatif dalam penyelesaian persolan baru.
Frank Hix dari general Electric menyebut penghambat ini sebagai fiksasi fungsional. Di pihak lain, para psikolog yang melakukan percobaan, menyebut hal itu dengan bermacam nama, misalnya kekuatan problem solving, mechanization, set dan Einstelling.
Kebanyakan para psikolog yang melakukan percobaan berpendapat, bahwa proses penemuan ide, cenderung bergantung pada sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Semua yang dilihat dan diperbuat, terutama tindakan dan gagasan manusia yang sering berhasil menjadi sebagian dari sikap mental. Kebiasaan seperti itu memang berguna untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang pernah kita hadapi. Jika persoalan serupa muncul kembali, kita telah memiliki cara penyelesaianyang telah teruji kekuatannya, keakurannya.
Akan tetapi, apabila kita menjumpai persoalan baru, cenderungv membatasi pemikiran pada penyelesaian yang pernah dugunakan sebelumnya untuk menyelesaikan persoalan serupa. Jika dari semua penyelesaian itu tidak ada yang berhasil, maka kita diharuskan untuk memikirkan suatu penyelesaian yang baru, dan kita terpaksa memadukan berbagai pengalaman tersebut menjadi suatu tindakan baru. Proses ini telah tergambar bahwa tingkah laku cenderung menunjukkan kecerdasan dalam menyelesaiakan masalah, dan ini melibatkan penyatuan unsur-unsur kebiasaan, yang sebelumnya tidak pernah dipadukan.
Kita dapat membantu diri kita untuk mencapai hasil akhir dengan mengingat-ingat prinsip dan prosedur di atas. Oleh karena agaknya kita harus mengekang diri, dengan menghilangkan kebiasaan yang dapat menghambat pencetusan ide baru. Degan demikian kita membiarkan imajinasi kita bebas bergerak dalam mencari kunci-kunci baru bagi pemecahan persoalan-persoalan baru.
Upaya mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang bersifat penghambat tersebut adalah dengan tehnik yang sering disebut brainstorming. Pertemuan-pertemuan brainstorming benar-benar merupakan forum yang kreatif. Semua peserta diarahkan untuk mencetuskan ide baru dalam suatu keadaan yang sengaja diciptakan untuk tidak menimbulkan rintangan. Kelompok itu diberi dorongan semangat oleh seorang pemimpin yang disebut dengan Wild stabs (kejut-kejutan). Dengan demikian rantai kebiasaan menjadi hilang dan ide-ide baru mengalir keluar dengan lancar tanpa dihambat oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya,
Prinsip dasar dari pengendalian kebebasan adalah pemisahan pemikiranideatif dari pemikiran kritis, dengan penangguhan pertimbangan sampai didapatkannya jumlah ide baru yang maksimal.
Menurut Fritz Khan penulis buku berjudul Desaign of the Universe, pengendalian kebebasan (free wheeling aka cenderung lebih sulit bagi orang-orang yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan bagi orang-orang yang relative tidak berpendidikan. Ia menyebutkan ide pembaharuan dari Faraday dan kemudian mengutip komentar yang diberikan oleh Einstein. Penemuan ini merupakan kreasi mental yang berani, terutama karena faraday tidak pernah bersekolah, dan oleh karena itu ia dapat mempertahankan pemikiran yang langka itu dengan bebas.
Keputusan Merupakan Penghambat
Pengalaman Alex F. Osborn sebagai seorang pelatih daya cipta telah memberikan kesan kepadanya, bahwa diantara kita yang menilai rendah kreatifitas adalah keputusasaan diri. Upaya kreatif kita hampir selalu mendorong berkembangnya rasa putus asa yang ditimbulkan orang lain. Tetapi rasa putus asa juga sering mematikan kreatifitas.
Kecenderungan lain yang menghambat kreatifitas adalah keinginan untuk menyesuaikan diri. Ini mengandung faham aliran konvensionalisme da adat kebiasaan merupakan sesuatu yang paling mematikan keaslian. Ketakutan, kelihatan tolol sejalan dengan adanya keinginan untuk tidak terlihat perbedaan dengan orang lain. Hal ini terlihat dalam diri orang-orang yang dibimbing oleh Osborn. Saat bermusyawarah, ia memberikan wejangan:
”mana yang lebih buruk, bodoh dimata orang lain ataukah bodoh di mata diri sendiri? Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa ide anda masih setengah matang, tetapi adakah hal itu lebih tolol dari pada anda menghentikan usaha-usaha anda untuk menghasilkan ide-ide yang lebih baik? Saya telah mencoba mengemukakan pada mereka bahwa orang yang benar-benar pandai menghargai usaha yang kreatif adalah mereka yang menyadari bahwa semua hal yang baik di dunia ini berasal dari ide-ide yang pada mulanya dicemooh sebagai sesuatu yang tolol.
Ketakutan dan yang kelihatan tolol adalah hambatan emosional yang sudah terlalu umum. Dan hanya sedikit dari kita yang menyadari sifat yang anti kreatif ini.
Sebagian besar orang yang kreatif, sebenarnya temasuk orang yang sederhana dan rendah hati. Cukup banyak orang-orang penting dan kreatif. Namun jarang kita jumpai orang tersebut menganggap dirinya lebih besar dari anggapan orang lain yang diberikan kepadanya. Hampir setiap ditanya tentang rahasia keberhasilan, mereka selalu menyatakan bahwa bakat dan imajinasi mereka lebih jauh di bawah jenius. Dan apapun yang telah berhasil dicapainya semata-mata merupakan hasil dari upaya mencoba dan mencoba lagi, dan menanggung kembali kegagalan yang berulang-ulang terjadi.
Rasa Malu Cenderung Mematikan Ide-ide yang Ada
Bila kita mengharapkan terlalu banyak dari kita, ketidak beranian mungkin malah mencerminkan kesombongan dan bukanya kesederhanaan. Pada suatu saat kita berkumpul bersama untuk memikirkan acara radio yang baru. Salah satu diantara ada anak-anak muda yang mempunyai bakat kreatif, yang jauh lebih besar dari pada orang tua. Namun kelihatannya ia lebih banyak mendengarkan. Bertanyalah diantara kita, ”mengapa kamu tidak memberikan ide-idemu?”. jawab anak muda, ”saya takut kalau ide yang saya berikan tidak sebaik seperti apa yang anda harapkan”. Ia menahan dirinya. Bukan karena ia merasa tidak kreatif, tetapi karena terlalu membanggakan dirinya sendiri. Betapa ia malu mengungkapkan pendapatnya. Kemungkinan saja bahwa paling tidak salah satu idenya mungkin akan lebih baik dari pada ide-ide yang lain.
Di pihak lain, bahwa biasanya perasaan malu berasal dari keraguan, yakni dari ketidakmampuan seseorang untuk menjadi kreatif. ”keraguan seperti itu berupakan penghianat”, demikian kata Shakespeare. Selanjutnya keadaan yang demikian ini membuat kita kehilangan kesempatan yang seharusnya sering dapat kita menangkan kalau kita takut mencoba. Sebenarnya tidak perlu ada keraguan kalau kita memiliki bakat imajinatif, kita pun dapat menggunakan dengan baik, asal kita mau mencoba.
Tetapi sering kita pda saat sedang berpikir, kita sering kali ditahan oleh keraguan untuk mengemukakan sesuatu. Kasus sering terjadi, bahwa ada orang dalam pertemuan ada saja cenderung diam, malu untuk mengemukakan pendapatnya. Ia takut kalau ide yang disampaikan itu ditertawakan yang lain. Namun pada suatu saat ia mau mengubah pikirannya itu, setelah idenya dikeluarkan ternyata diterima oleh orang yang lain. Sehingga pada saat itu ia menjadi orang yang berani, bahkan sangat berani dan tidak pernah merasa ragu untuk mengemukakan ide-ide baru yang telah dipikirknnya. Khirnya ia pun menjadi orang terkenal.
Jika kita terus menerus mencipta, walaupun hanya hal yang sepele, namun kita cenderung membentuk semacam kebiasaan. Semakin banyak mencoba, secara naluriah semakin banyak pula yang kita kerjakan. Bertanyalah, glilh fakta, kumpulan pengalaman, dan perhatikan kesalahan. Dan dalam segala hal, tataplah dengan tajam ap-apa yang terselubung. Yang penting juga kita perhatikan, adalah pergunaan imajinasimu yng merupakan anugerah Allah. Begitu anda menjadikan cara itu sebagai suatu kebiasaan, anda akan menyadari bahwa imajinasi seperti juga kepercayaan, akan mampu dan sering berhasil memindahkan sesuatu yang kita anggap berat.
Perasaan malu juga cenderung menghentikan imajinasi, walaupun kita sudah memulai suatu pekerjaan yang kreatif. Bahkan Edison sekalipun mula-mula juga harus berusaha melawan hambatan ini. Namun dalm kehidupan selanjutnya, kegagalan percobaannya, tampak sudah menjadi bagian dari hari-harinya dan sangat berfungsi sebagai pertanda dimulainya percobaan selanjutnya.
Dorongan Semangat Menyuburkan Pencetusan Ide
Dalam hal-hal tertentu, tantangan kadang sangat berguna bagi kehidupan manusia dalam berkreatiftas. Kreatifitas itu ibarat bunga aneh yang akan mengembang apabila mendapt siraman pujian, sedangkan keputusasaan seringkali membuatnya layu. Ini dapat diartikan bahwa kebanyakan diri kita akan mencetuskan ide lebih banyak dan lebih baik bila usaha yang kita lakukan dihargai orang. Sikap yang tidak bersahabat dapat mematikan niat manusia. Sehingga dalam hal ini humor dapat berubah menjadi racun penghambat pencetusan ide. Setiap ide baru seharusnya selalu diterima dengan baik, tetapi tidak berarti dipuja-puja. Sekalipun ide itu tidak bagus, paling tidak ia harus mendapatkan dorongan supaya tetap mau berusaha dan mencoba.
Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau memberi usul dan bimbingan yang kreatif, tidak hanya menyalahkan saja. Dan juga, jika ada salah seorang anak buahnya mengemukakan usul, diusahakan selalu meyakinkannya, artinya usul tersebut dihargai, dan diberi hadiah kalau memang benar-benar usul tersebut hebat. Dengan cara demikian akan merangsang orang lain untuk mencoba dan berusaha. Usaha semacam itu memang diakui sulit. Namun demikian, apabila seorang pengelola atau pemimpin dapat bertindak sebagai penampung aspirasi dan pembimbing yang kreatif, mka pasti akan dihasilakan organisasi yang menyenangkan dan lebih kokoh. Dalam organisasi, bila dapat tercipta persahabatan dan keramahan akan dihasilkan ide-ide baru yang terbaik. Tidak ada dorongan yang efektif daripada tepukan di punggung dengan rasa persahabatan. Cara demikian, kita dapat melakukan apapunyang mungkin dapat mendorong seseorang untuk mencetuskan ide lebih banyak dan lebih bagus lagi.
Teman Karib Merupakan Pendorong Terbaik
Suatu yang paling menghancurkan kreatifitas adalah tidak adanya perhatian dari orang yang dicinta. Di dalam suatu keluarga, pujian yang diberikan orang tua merupakan hadiah yang paling berharga. Begitu juga disekolahan, pujian guru terhadap muridnya merupakan pendorong yang akan menumbuhkan kreatifitas. Orang tua seharusnya lebih dulu berhenti untuk mendegarkan serta melihat apa yang akan dikatakan atau dilakukan anak. Walaupun sekecil apapun usaha-usaha kreatif si anak. Pujian yang diberikan orang tua kepada anak, langsung akan dapat mencipatakan kepercayaan dan sangat membantu pertumbuhan anak. Lebih-lebih apabila pujian itu kita ucapkan pada orang lain dengan sengaja agar didengar anak, tuah pujian itu akan lebih ampuh lagi.
Banyak diantara kita merupakan orang yang sangat imajinatif-kreatif di masa kanak-kanak, namun banyak pula menjadi tidak kreatif setelah mereka tumbuh dewasa. Salah satu penyebabnya barangkali karena gagasan, ide, pendapat yang diajukannya tidak dianggap cukup penting oleh orang disekitarnya. Penyebab lainnya, adalah kebanyakan orang tua salah karena meremehkan arti gagasan anaknya, atau paling tidak kurang memberikan dorongan pada anak-anak mereka.
Sebagai orang tua perlu membangun rasa percaya diri pada anak-anak. Dan juga harus meihat perbedaan kemampuan anak. Misalnya saja anak ada yang melakukn sesuatu degan cara mencoba membangun kreatifitasnya, dua kali gagal, tiga kali gagal, namun ada yang hanya satu kali berhasil. Manusia di dunia ini tidan ada yang sempurna, kegagalan dan keberhasilan tetap ada pada diri manusia, lebih-lebih pada anak. Orang tua tidak dibenarkan menuntut kesempurnaan aaknya, hal ini bukan membantuusaha kreatif, justru semakin mematikan kreatifitas.
Sesama saudara biasanya ada yang cenderung melakukan kekerasan terhadap lainnya, dan menertawakan apa saja yang telah dilakukan atau saudaranya sedang melakukan sesuatu. Tampaknya akan merupakan sesuatu yang terlalu tinggi apabila kita mengharapkan seorang kakak akan memberi dorongan kepada adiknya dalam usaha berkreatifitas; tetapi akan lebih baik lagi apabila orang tua mau menahan diri untuk tidak mematahkan semangat sang kakak yang memberi dorongn tersebut. Kalau orang tua mematahkan semangat akan menimbulkan dampak negatif, atau muncul suatu keputusasaan.
Keputusasaan diri dapat menghambat kreatifitas, dan ingat bahwa kita pun dapat menghambat kreatif orang lain. Karena itu, kebiasaan yang baik akan mendorong semangat pemunculan ide, memberikan dorongan pada apa yang diucapkan dan apa yang dipikirkan orang lain. Hal ini dapat terjadi kalau kita dapat menciptakan hubungan yang baik atau teman yang akrab. Teman akrab dapat menciptakan suasana yang harmonis dan sering munculnya ide ini, lantaran dari seringnya pembicaran dan bertemu muka.
Pada prinsipnya, banyak faktor yang dapat mengembangkan kreatifitas manusia. Dan inti dari kreatifitas itu sendiri adalah kemauan kita untuk terus mencoba dan mencoba, dengan lebih keras dan lebih keras lagi. Ini merupakan harapan manusia yang terlalu tinggi. Jika manusia berharap yang demikian harus dapat mengatasi setiap hal yang dapat menghambat dan mematahkan semangat.
Pemaduan antara suasana yang dapat menunjang kreatifitas dan penggunaan prosedur yang kreatif, sangat membantu pertumbuhan perkembangan manusia.*********

Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara









IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara

2 komentar:

  1. Sangat membantu saya pak, tapi meyusun lagi ya ini hehee maaf pak,

    BalasHapus
  2. terima kasih banyak artikelnya pak, sangat membantu bagi saya pak....

    BalasHapus