Rabu, 28 Januari 2009

ETOS KERJA TINGGI, ITU JIWA WIRASWASTAWAN

Oleh: Maswan

Menurut Suparman dalam buku, Membina Jiwa Wiraswasta, menyebutkan bahwa gambaran manusia ideal adalah manusia wiraswasta yang dalam keadaan bagaimanapun daruratnya, akan mempu berdiri di atas kemampuan sendiri, untuk menolong dirinya sendiri, keluar dari kesulitan yang dihadapinya, termasuk menghadapi kemiskinan tanpa bantuan pemerintah. Dan dalam keadaan biasa manusia wiraswasta akan mampu menjadikan dirinya maju dan kaya serta berhasil secara lahir dan batin.
Untuk dapat melangkah ke tujuan hidup yang layak, maka etos kerja harus dikobarkan terus dalam setiap saat. Seorang pekerja keras akan mampu menghasilkan kemnfaatan pada dirinya, dan mampu mencukupi kebutuhan dirinya sendiri. Jika etos kerja ini, dilakukan oleh seorang lulusan sekolah menengah yang beringinan untuk kulih, maka akan menghasilkan uang yang dikumpulkan untuk mendaftar di perguruan tinggi. Untuk mencukupkan keuangan, cari jurusan atau program studi yang paling murah di salah satu perguruan tinggi yang diminati. Yang penting kuliah, mencari tambahan ilmu dan merubah status kehidupan.
Dengan ilmu, dapat mengangkat derajat kehidupan manusia. Apapun disiplin ilmu yang kita peroleh akan mempengaruhi pola berpikir kita. Jiwa wiraswasta yang sudah dibangun sejak mahasiswa, setelah menjadi sarjana tidak pernah akan tergiur untuk menjadi pegawai negeri sebagai tujuan hidupnya. Bagi seorang yang berjiwa wiraswasta enggan menjadi pegawai negeri, karena menganggap pegawai negeri terlampau banyak aturan birokrasi. Kondisi ini sangat menghambat kreatitas berpikirnya. Bangunan struktuk jiwa kewirswastaan adalah orang yang merdeka dalam pencetusan ide dan gagasan, pekerja keras yang selalu berpikir inovatif untuk dirinya, dan juga untuk orang lain. Aplikasi keilmuan yang dimilikinya, selalu berupaya menciptakan lapangan kerja, tidak mencari pekerjaan.
Memulai untuk menjadi wiraswastawan, biasanya memang dari desakan kebutuhan ekonomi. Makanya saat ini waktu yang tepat, bagi lulusan SLTA dari keluarga yang berekomi lemah memulai dari start (langkah awal) untuk memercikkan ide kreatif dalam mencari peluang kerja di kota dan perguruan tinggi mana yang akan dibidik untuk dijadikan tempat belajar. Bekerja dan kuliah, menjadi kemasan langkah berpikir dan berbuat. Jangan hanya bekerja untuk menjadi kuli panggul atau kuli angkat junjung terus, yang hanya berbekal ijazah SD, SLTP atau SLTA. Awalnya, jadilah kuli bangunan dan angkat junjung, tetapi berstatus mahasiswa, tidak masalah. Tetapi saat bekerja menjadi kuli, harus juga berpikir bagaimana cara agar dapat bekerja seperti orang yang membayar pekerjaan kita ini. Ini bedanya pekerja kasar yang tidak mempunyai ilmu dengan yang mempunyai ilmu. Orang yang cerdas berilmu akan terus selalu berpikir sistem, tidak pernah berhenti mencari pola baru dalam kehidupannya.
Dengan langkah pasti ide penulisan ini, mengajak para pembaca untuk mengentaskan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan dengan cara memulai hidup lewat semangat kerja tinggi dan dibarengi dengan sekolah yang tinggi pula. Jika terpaksa setelah lulus, menjadi sarjana dan bekerja di perusahaan dan pemerintah, maka posisi pekerjaan tidak pada lapisan bawah yang hanya diperintah, tetapi berusaha untuk menjadi orang yang mengatur dan memimpin dengan landasan berbagi rasa. Kesempatan ini dapat diwujudkan, apabila memang sejak awal etos kerja yang baik dan profesional dapat dibangun sejak kecil atau sejak remaja waktu masih di sekolah bahkan samapi tua..

Semangat Bekerja Harus Dikobarkan
Sekali lagi, masalah kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan adalah masalah yang kita miliki saat ini. Jangan tersinggung jika tulisan ini, merendahkan martabat Anda sebagai seorang yang miskin yang bodoh dan terbelakang. Prinsip dasar pola hidup orang miskin, tidaklah merupakan status quo yang terus dipertahankan sampai mati. Keinginan menjadi orang kaya, adalah suatu hal yang dicita-citakan oleh semua orang miskin di belahan dunia ini. Kecuali orang-orang yang hidup dalam dunia tasawuf, kekayaan tidak menjadi tujuan Kita sebagai orang awam, yang miskin ini, jika berkeinginan mengentaskan kemiskinan haruslah bekerja keras, untuk mengentaskan kebodohan haruslah sekolah menuntut ilmu, untuk mengentaskan keterbelakangan harus bekerja dan sekolah. Kedua aktifitas ini dijalani secara simultan, dan tidak dapat ditawar-tawa lagi.
Dalam buku yang berjudul, Jalan Setapak Menuju Masyarakat Kerja, disebutkan; Mencari kerja dalam bentuk pekerjaan apa saja, yang penting menghasilkan dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kelebihan tersebut digunakan untuk biaya sekolah (bagi mahasiswa). Dan bagi yang belum kuliah, bekerja untuk persiapan mendaftar kuliah. Inilah sikap hidup positif, manajemen kehidupan untuk merancang masa depan yang lebih cerah (Maswan,1983). Dalam situasi ekonomi bangsa yang tidak menentu , justru kita tidak boleh berhenti berpikir untuk mencari ide dalam mengatasi kemiskinan kita sendiri. Melamun atau menggantang asap serta bertopang dagu, bukanlah jalan alternatif. Menyalahkan kebijakan pemerintah dengan cara berdemo berakhir dengan kekerasan dan pengrusakan kemapanan bangunan, tidaklah watak bangsa yang berjiwa besar.
Predikat kemiskinan kita, tidak perlu disesali dan diratapi saja. Kemiskinan yang kita sandang ini, memang pemberian Allah, tetapi Allah masih memberi lahan hidup kepada manusia dengan kasih sayangNya. Allah sering memerintahkan dan menanyakan kepada manusia lewat ajaran dan petunjuknya dalam Al Quran, ”Apakah kamu tidak pernah berpikir?” Akal pikiran yang melekat pada kepala kita dan ditopang oleh organ tubuh yang sehat dan sempurna ini, adalah pemberian Allah. Potensi ini sebenarnya lebih dari cukup untuk bergerak memanfaatkan dan menggerakkan apa yang ada di muka bumi ini.
Proses pembelajaran bagi kita yang termasuk orang miskin, mengapa di luar sisi kehidupan kita ini ada orang yang sukses dan berhasil mencari penghidupan yang melimpah? Orang yang berjiwa besar dan bersikap positif menghadapi kehidupan ini, tidak akan sirik dan cemburu. Realitas yang dialami orang lain yang sukses tersebut, justru menjadi pelajaran. kita mencari tahu sebab musabab mereka berhasil. Proses pembelajaran dari orang yang berhasil tersebut akan menjadi kiblat untuk ikut menapak jalan yang sukses menurut kemampuan kita sendiri. Mari kita mencoba melangkah pasti, dengan menyebut Bismillah yang tetap berharap kepada Sang Khalik, agar dimudahkan segala urusan kita. Amin ******

Maswan, dosen, Pembatu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara dan juga sebagai Pengurus ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia) Kabupaten Jepara Jawa Tengah.









IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ http://www.inisnujepara.ac.id/
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara

1 komentar:

  1. kami karang taruna desa bangsri minta petunjuk tentang edukasi.tolong kirim ke;sokopapat@gmail.com

    BalasHapus