Rabu, 28 Januari 2009

PIKIRAN KREATIF BERSUMBER DARI FAKTA

Oleh: Maswan

Pada pembahasan terdahulu membicarakan tentang pengertian masalah, yang merupakan satu fase dari bagian pencari fakta dari proses pemecahan masalah secara kreatif. Dan sekarang ini kita mencoba membahas masalah persiapan, fase yang memerlukan pengumpulan dan penganalisaan data yang berhubungan dengan persoalan yang akan diselesaikan.
Tidak ada perbedaan yang mencolok antara pengartian masalah dengan persiapan. Kita sering berjalan bolak-balik dari fase satu ke fase yang lain. Sesungguhnya, penemuan fakta yang ilmiah kadang-kadang merupakan hasil dari bentuk pengartian masalah (problem difinition) yang optimal. Sebagai contoh, andaikata kita melakukan suatu penelitian mengenai kenakalan remaja. Kita dapat mengembangkan suatu bentuk yang dapat digunakan untuk meramalkan dengan ketepatan tinggi, tentang apakah seorang anak yang berusia enam tahun kelak akan menjadi nakal atau tidak. Hal ini kita dapat mempersempit faktor-faktor yang menentukan menjadi lima bagian, antaranya 1) disiplin si ayah, 2) pengawasan ibu, 3) kasih sayang ayah, 4) kasih sayang ibu, dan 5) keakraban keluarga.
Panelitian seperti ini mempunyi keanehan, yaitu mengesampingkan faktor kekayaan sebagai faktor yang berarti.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana pencarian fakta dapat membantu menjelaskan masalah yang ada, dan sekaligus dapat membantu dengan pengetahuan yang diperlukan. Lantas yang menggiring pertanyaan, tetapi mengapa hanya berhenti sampai disitu saja? Mengapa tidak memikirkan beribu macam cara agar seorang ayah dapat melakukan disiplin lebih baik? Dengan demikian dapat menambahkan idea-finding terhadap fact-finding, kita dapat membuat lebih dari sekedar meramalkan saja untuk dapat membantu mengurangi kenakalan remaja.
Kembali pada tahap persiapan. Persiapan memerlukan dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan yang sebelumnya telah kita miliki dan pengetahuan yang kita pelajari yang berkaitan dengan masalah kreatif kita.
Ingatan berfungsi sebagai bahan persediaan. Isi otak tergantung pada bagaimana kita memasukannya. Bahan yang kita kumpulkan melalui belajar keras dan pengalaman, merupakan bahan yang jauh lebih kaya dibandingkan dengan bahan yang kita dapatkan lewat mengamati saja, membca tanpa gairah atau dengan cara mendengarkan secara bermalas-malasan.
Banyak orang kreatif yang berhasil percaya pada pemenuhan diri mereka dengan kenyataan atau fakta. Hal ii digambarkan, bahwa bagaimana pun sempurnanya sayap seekor burung, tidak akan dapat terbang jika tidak diudara. Fakta ibarat udara tadi, bagi ilmuwan. Tanpa fakta ilmuwan tidak akan pernah dapat terbang. Ternyata fakta, merupakan bagian dari cara kerja ilmuwan dalam penelitian. Dan sebelum melakukan penelitian, persiapan sebelumnya harus sudah tuntas, termasuk fakta telah didapatkannya. Setelah dapat mengumpulkan fakta dasarnya, kita harus memikirkan informasi apa yang selanjutnya diperlukan, dan dalam mencari-cari fakta-fakta baru kita juga harus menggunakan imajinasi.
Agar tidak salah arah, sebaiknya kita menyusun beberapa fakta dasar sebaik-baiknya, dan kemudian mulai memikirkan semua hipotesis yang mungkin dapat kita buat. Ini bukan berarti kita melakukan pekerjaan yang melelahkan menggali-nggali sebelum mulai berbuat. Setelah kita mendaftar beberapa ide, kita dapat kembali lagi pada pencarian fakta, mengumpulkan semua fakta yang mungkin dapat menolong, dan kemudian kita kembali pada imajinasi kita. Mungkin suatu ide yang masih mentah, yang dihasilkan saat menjauhkan diri dari pengetahuan yang berdasarkan fakta, akhirnya menjadi ide yang terbaik. Tetapi mungkin juga pada saat mulai kita sudah tenggelam dalam luapan fakta yang berlebihan dan terlalu dini.
Pencarian Data yang Terbaik
Kadang-kadang kita menyadari bahwa kita menginginkan fakta baru, tetapi tidak mengetahui apa atau dimana fakta itu. Dalam keadaan seperti ini, kita dapat melakukan pencarian secara acak. Misalnya, jika persoalan itu memikirkan tentang pembungkus baru, kita mungkin akan mendapatkan keuntungan apabila kita memasuki toko demi toko dan hanya melihat-lihat pembungkus-pembungkus semata. Atau kita dapat membalik pada beberapa sumber yang dapat berfungsi sebagai daftar nama. Sebagai contoh dalam merenungkan sebuah pembungkus, atau bahkan pembuatan sebuah perkakas, orang dapat memanfaatkan katalog.
Pencarian yang baik membutuhkan keterbukaan pikiran dan juga pengetahuan yang luas, dan pencarian kita harus lebih dalam dari pada hanya sekedar mengira-ngira saja. Kita harus mengetahui bagaimana da mengapa. Dengan hanya melihat sebuah tipe pulpen baru memang kita sudah mendapat tambahan bagi pabrik daya cipta kita, tetapi itu hanya memberikan arti yang kecil. Tetapi dengan mengetahui bagaimana cara kerja pulpen itu dan mengapa orang membelinya, maka kita dapat menyingkirkan cadar pikiran yang oleh imajinasi dapat diubah menjadi emas. Pencarian kita juga harus mencakup duds, karena ide-ide yang baik seringkali ditemukan dengan menyelidiki penyebab kegagalan.
Fakta-fakta yang agak berkaitan kadang-kadang lebih membantu. Dibandingkan dengan fakta-fakta yang langsung berkaitan dengan fakta yang kita miliki. Dr. George R. Minot, sebelum dapat membuat obat penawar enemi, ia harus sungguh-sungguh memikirkan suatu cara untuk melihat sel sumsum tulang belakang saat sel-sel itu sibuk memproduksi sel darah merah. Hanya dengan begitulah ia dapat memperoleh fakta-fakta yang berguna bagi masalahnya.
Masalah pribadi jauh lebih sederhana, tetapi sekalipun demikian, juga membutuhkan fakta-fakta baru mengenai penyebabnya. Misalnya ada seorang anak laki-laki yang berkelakuan buruk di sekolahnya. Persoalannya terserah pada orang tuanya untuk memikirkan pemecahannya. Jalan yang ditempuh mungkin melalui pembicaraan dengan guru, kedua orang tua itu dapat mencatat sederetan kemungkian penyebab kenakalan anaknya.
Analisis medis memberikan tekanan pada fakta-fakta penunjang. Seorang dokter yang baik, dalam mencari cara pengobatan suatu penyakit, seringkali melibatkan dirinya dengan kebiasaan pasiennya.
Suatu pencarian yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan bahan yang tidak berhubungan, mungkin akan sangat berguna. Seperti contoh, ada seorang pengacara yang membela seorang tua dituduh melakukan suatu pelanggaran. Pengacara tersebut mengetahui bahwa lawan orang tua tersebut dapat mengajukan saksi ahli banyak, bahkan lebih banyak dari apa yang dapat diajukannya. Maka dia pun bertanya pada dirinya sendiri, ”Apa yag dapat saya peroleh, yang tidak mereka miliki?”. kemudian dia ingat bahwa orang tua itu mempunyai seorang pembantu rumah tangga. Dia bertanya-tanya apa yang akan dikatakan pembantu rumah tangga nanti mengenai seorang tua itu. Dia lalu menemui pembantu itu untuk menemukan jawabnya.
”Saya heran mengapa Anda mengajukan pertanyaan itu pada saya”, jawab si pembantu dengan marah. ”Anda semestinya tahu, bahwa jika ia bukan orang yang seratus persen waras, saya tidak akan bekerja sebagai pembantu rumah tangganya selama 17 tahun”. Pada saat sidang, kesaksiannya itu telah nengubah jalannya persidangan, dan pengacara itu memenangkan perkara dengan mendapatkan keterangan yang sangat nyata.
Kebutuhan akan fakta-fakta baru mungkin saja jadi begitu meluas, sehingga diperlukan pendidikan yang baru dan lengkap. Untuk mendapatkan fakta baru dapat dari pengalaman dan banyak membaca, dalam hal ini membaca apa yang ada dalam ligkungan sekitar. Termasuk membaca buku-buku sebagai sumber informasi yang sesuai dengan bidang garapan yang ditanganinya.

Pentingnya Analisis
Analisis memainkan peranan penting dalam pengartian masalah. Khususnya dalam memperjelas tujuan dn menjadikan target yang lebih spesifik. Dengan cara-cara ini, persiapan dapat diarahkan dengan lebih baik, kita dapat menghemat waktu d tenaga dengan membatasi pencarian fakta. Dn dalam hal ini hanya pada fakta yang paling baik bagi pemikiran kreatif selanjutnya.
Analisis merupakan bagian penting dalam persiapan, sekaligus dalam sintesis dan evaluasi. Kenyataannya, sama bermanfaatnya bagi creative thinking dan judial thinking.
Slah satu kegunaan analisis dalam pemecahan masalah adalah untuk memisahkan unsur-unsur yang memerlukan ide dari unsur-unsur yang memerlukan pertimbangan. Dengan demikian, kita dapat menghindari terjadinya kekacauan yang kadang-kadang dapat menghambat creative thinking.
Sebuah contoh mengenai kasus perkawinan. Ada seorang gadis islam menikah dengan seorng Nasrani. Pada saat putra pertama mereka berusia tiga tahun, perkawinan mereka hampir berantakan karena ketidakcocokan agama. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk memecahkan persoalan itu secara kreatif, ia segera mendapatkan bahwa pertama ia harus menjawab pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban berupa keputusan saja. Pertanyaan dasar apakha anaknya akan dibesarkan sebagai seorang Islam atau tidak?
Setelah melakukan analisis judicial, ia mendapatkan bahwa hal yang pro jauh lebih banyak dari yang kontra. Setelah menyelesaikan faktor yang membingungkan, ia berhasil memechkan sisa masalah itu dengan kreatif, yaitu dengan memikirkan tindakan yang harus dilakukannya berdasarkan tiga hal ini.
§ Apakah yang harus dilakukan untuk memperluas pengetahuannya dan memepertiggi penghargaannya terhadap agama Islam?
§ Apakah yang harus dilakukan untuk mengajarkan agama Islam pada anaknya di rumah?
§ Apakah yang harus dilakukan untuk menciptakan keharmonisan beragama antara dirinya dan suaminya?
Di bawah tiga hal di atas, dia memikirkan lebih dari bnyak ide yang membangun, yang sebagian besar memerlukan persiapan khusus. Dengan demikian persoalan perbedaan dalam keluarga dapat diselesaikan.
Analisis sebagai Kunci Pemecahan Masalah
Analisis jenis apapun mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang mempercepat kemampuan asosiasi dan juga menghidupkan imajinasi, dan sebaliknya imajinasi berperan sebagai pembimbing dalam analisis. Sesungguhnya dalm bentuk pemikiran apapun, imjinasi memberikan dasar-dasar pemikirn dan mengajukan pertanyaan. Dan pertimbangn sehat dapat menghasilkan kesimpulan-kesimpulan, seperti halnya mesin hitung memberikan jawaban-jawaban.
Usaha merupakan inti kreatifitas, pertanyaan juga merupakan tulang punggung analisis. Mengapa? Hampir selalu menjadi pertanyaan pokok, karena biasanya sebab-akibat merupakan fakta terpenting yang harus ditemukan. Jadi, dalam usaha apapun, kita harus mendalami pertanyaan mengapa demikian dan bagaimana jika. Pergunakan kertas dan pencil, tuliskan setiap fakta dan faktor dalam suatu masalah. Hal ini akan dapat memperjelas pemikiran kita dan dapat menjadikan berbagai unsur itu tersusun rapi. Itulah sebabnya, masalah itu menjadi masalah yang obyektif
Analisis awal merupakan hal penting dalam menyusun suatu prosedur yang kreatif. Dalam hal ini Dr. William Easton menekankan perlunya apa yang disebut framework (kerangka kerja). Dalam membuat outline rencana-rencana pemecahan untuk proyek yang kreatif, pertama-tama kita memasukkan tujuan-tujuan yang sudah dinyatakan dengan jelas.
Menurut Easton, ”Langkah-langkah itu perlu divariasikan dengan keadaan. Tetapi dalam semua kasus, satu hal yang utama yaitu menggunakan imajinasi untuk membuat sebuah framework ide-ide, dari data yang diberikan lewat kesan dan observasi. Hal ini akan berfungsi sebagai dasar bagi pekerjaan selanjutnya. Jadi, penulis menggunakan imajinasi untuk membuat outlaine kerangka karangan yang akan ditulisnya. Para penemu menggunakan imajinasi untuk menentukan uraian alat yang dikembangkannya, dan ilmuwan menggunakan imajinasi untuk mencatat gangguan-gangguan yang akan membentuk dasar suatu hipotesis. Tanpa adanya imajinasi, tidak akan pernah ada framework, dan si pemikir tidak akan pernah terbentuk”.
Seperti yang dinyatakan John Dewey, pemikiran kreatif kita akan berkembang apabila kita menghubungan fakta baru dengan fakta lama. Itulah sebabnya, selain mencari fakta, kita juga perlu menganalisis untuk menemukan hubungan yang ada atau dengan fakta yang telah ada. Misalnya dalam mencari persamaan, kadang-kadang kita menemukan sebuah faktor umum yang dapat berfungsi sebagai sebuah prinsip dalam memberikan petunjuk bagi pemikiran kreatif kita.
Perbedaan-perbedaan seharusnya juga dianalisis, hukum asosiasi dapat berfungsi sebagai petunjuk untuk menemukan perbedaan dan hubungan persamaan. Secara logis, hal ini terjadi karena proses menghubungkan fakta-fakta dan kesan-kesan merupakan suatu fungsi yang hampir otomatis dari kemampuan asosiasi kita.
Contonya, marilah kita perhatikan hukum relational (perhubungan). Hukum ini sangat baik dalam menggambarkan hubungan sebab akibat. Marilah kita ajukan pertanyaan-pertanyaan seperti ini untuk setiap fakta yang kita cari : ”ini muncul setelah apa?” ”Ini cocok untuk apa?” ”Apa yang terjadi sebelum dan sesudahnya?” ” Ini lebih kecil dari apa, atau lebih besar dari apa?” dan “Apa penyebaba terjadinya demikian itu?”.
Persamaan hukum kedua dari hukum asosiasi, meliputi persamaan, komposisi dan faktor-faktor yang umum. Jadi dalam persamaan kita dapat menghubungkan data-data kita dengan mengajukan pertanyaan, ”Ini mirip dengan apa” ”Atribut apa yang dimiliki benda ini yang sama dengan itu” ”Tidakkah ini sama dengan itu?” ”Bagaimana dengan bagian-bagian komponennya?”
Hukum ketiga dari hukum asosiasi adalah kekontrasan. Sesuai dengan judulnya, kita menghubungan fakta-fakta dengan pertanyaan seperti, ”Ini tidak sama dengan yang mana?” ”Apa yang membuatnya berbeda?” ”Bagaimana dengan hal-hal yang berlawanan?” dan ”Bagaimana dengan kebalikannya?”
Dengan demikian jelas bahwa dalam mempersiapkan suatu proyek kreatif, analisis dapat membantu kita menghubungkan fakta-fakta kita. Dan dapat mempertinggi kemampuan kita membuat suatu pola yang dapat berfungsi sebagai peta dalam pencarian penyelesaian masalah yang kita hadapi.

Maswan, dosen, Pembatu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara





IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar