Kamis, 12 Februari 2009

PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Oleh: Maswan

A. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasala dari kata pustaka yang berarti kitab atau buku. Dalam kamus Bahasa Indonesia ”perpustakaan” diartikan kumpulam buku-buku. Dari bahasa asing dikenal dengan istilah-istilah dalam Bahasa Inggris lebrary, Bahasa Latin liber atau libri, Bahasa Belanda bibliotheek, Bahsa Jerman bibliothek, Bahasa Perancis bibliotheque, Bahasa Spanyol biblioteca, dan Bahasa Yunani biblia, yang semuanya diartikan buku termasuk di dalamnya semua bahan yang berbentuk grafis, majalah dan buletin.
Dalam pengertian yang umum, perpustakaan adalah kumpulan buku-buku atau bahan-bahan referensi yang dikelola atau ditangani secara teratur dalam sebuah lembaga atau organisasi yang digunakan sebagai acuan atau pedoman untuk kepentingan lembaga tersebut.
Kajian lebih mendalam tentang perpustakaan, sebenarnya tidaklah hanya dipahami sebagai kumpulan buku-buku dalam arti yang sempit. Bahan pustaka yang terkumpul dalam konotasi makna yang luas adalah sebuah referensi keilmuan yang tertulis, cetak atau grafis dan sesuatu yang terekam dalam sebuah alat baik dalam bentuk kaset, slide, film atau segala informasi yang terprogram dalam komputer. Dengan demikian perpustakaan merupakan suatu wadah kelembagaan (institusi) yang mencari, menerima, menyimpan, mengelola, mendistribusikan dan atau meminjamkan segala sesuatu yang berkaitan dengan referensi keilmuan yang tertulis atau sesuatu kajian informasi yang dikolekasi dan tersimpan dalam sebuah dokumen agar dapat dibaca dan diketahui sebagai bahan rujukan bagi orang yang membutuhkan.
Pengertian perpustakaan, dari beberpa para ahli dapat difinisikan sebagai berikut:
1. Menurut Webster’s Third Edition International Dictionary, bahwa perpustakaan adalah kumpulan buku, manuskrip dan bahan pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau bacaan, kenyamanan atau kesenangan.
2. Menurut Harold’s the Libreraian’s Glossary and Reference Book, bahwa perpustakaan adalah koleksi buku diperluas dengan koleksi non buku yang keseluruhannya disebut koleksi dokumen.
3. Menurut Sulistyo-Basuki, (Pengantar Ilmu Perpustakaan), dikatakan bahwa perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung atau gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca bukan untuk dijual.
Setelah memahami pengertian perpustakaan di atas, dapat ditarik dalam rumusan pernyataan sebagai proses pembelajaran bahwa;
1. Perpustakaan adalah kumpulan buku-buku yang memuat tentang berbagai bidang ilmu dan informasi untuk bahan rujukan atau bahan referensi bagi seseorang yang membutuhkan.
2. Buku-buku dan bahan-bahan dokumentasi tersebut dapat diberi nama perpustakaan, jika adanya wadah atau lembaga yang mengelola.
3. Wadah atau lembaga yang mengelola buku-nuku atau bahan-bahan referensi dapat memberi nama ”perpustakaan” apabila mampu mengatur dalam mekanisme yang jelas dan melakukannya dengan menggunakan administrasi yang baik.
4. Administrasi perpustakaan yang baik adalah jika pengelola mampu menyediakan semua bahan (buku-buku da bahan lain) dan memberi pelayanan kerpada publik yang membutuhkan
5. Perpustakaan yang diatur dalam pengelolaan yang profesional itulah yang benar-benar disebut perpustakaan.
6. Jika perpustakaan hanya ada dalam bentuk kumpulan buku-buku yang dipajang di rak-rak almari, tetapi tidak diatur dalam mekanisme pengelolaan yang jelas, maka ini disebut perpustakaan yang bermasalah.
7. Keberadaan perpustakaan yang hanya merupakan kumpulan buku-buku tersebut, hampir dilakukan oleh seluruh perpustakaan di lembaga pendidikan persekolahan di Indonesia.
8. Padahal, ada yang memberi istilah bahwa perpustakaan adalah jantungnya pendidikan.
9. Jika jantung pendidikan yang disebut perpustakaan tidak berfungsi, terus bagaimana pendidikan di Indonesia dapat hidup?
10. Ya, inilah persoalan perpustakaan sekolah yang perlu mendapat penanganan bersama oleh seluruh komponen peremncana dan praktisi pendidikan.

B. Lemahnya Kemampuan Membaca
Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar dalam penggalian berbagai bidang ilmu, keberadaanya haruslah mendapatkan penanganan serius. Terutama dalam dunia pendidikan, perpustakaan yang konon sebagai jantung pendidikan harus berfungsi terus menerus. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan di lembaga pendidikan persekolahan dituntut untuk memberdayakan potensi tenaga yang secara khusus menangani perpustakaan sekolah secara profesional. Dengan berfungsinya perpustakaan sekolah sebagi pusat belajar, dan menjadi wadah pemacu diri untuk gemar membaca, maka akan muncul budaya atau kebiasaan membaca menjadi sebuah kebutuhan.
Lebih-lebih bagi perguruan tinggi, perpustakaan menjadi sebuah jantung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdirinya sebuah perguruan tinggi, haruslah dibarengi dengan terwujudnya perpustakaan. Perguruan tinggi sebagi gudang ilmu, dan penghuninya adalah sangat membutuhkan rujukan referensi umtuk dijadikan bahan studi leterel, tempat penelitian dan sebgai tempat penggalian teori-teori keilmuan.
Hingga saat ini, secara umum memang belum tampak jelas adanya kegemaran membaca bagi peserta didik. Budaya membaca dan menulis belum menjadi milik kita. Sementara ini baru terlihat budaya menyimak dan berbicara. Menyimak merupakan ketrampilan berbahasa yang menjadi tanda bahwa, seseorang atau bangsa yang pasif. Konotasi makna pasif ini, bagi seseorang atau bangsa hanyalah sebagai penerima (reseptif). Sementara budaya berbicara kita, hanya sebatas berbicara sebagai penuturan lisan komunikasi pasar dan jagong minum kopi tanpa landasan konsep berpikir rasional dan dengan landasan keilmuan. Sebenarnya ketrampilan berbicara ini, termasuk kategori ketrampilan berbahasa aktif. Dan ketrampilan ini akan bermakna, jika seseorang yang melakukan komunikasi lisan ini, dilandasasi dengan keilmuan retorika dan pengungkapan ide-ide atau gagasan yang berdasar pada logika berpikir rasional. Sayang, budaya bicara seperti ini belum kita miliki.
Sementara, budaya membaca dan menulis mempunyai derajat nilai sangat tinggi, jika konsep membaca dan menulis ada rumusan yang jelas. Pesan-pesan pembelajaran yang diperoleh dari membaca sebenarnya cukup memberi banyak rangsangan ide dan gagasan. Namun kita pun, masih sangat lemah dalam membangun karsa untuk membaca. Kalau toh kita mempunyai kemauan untuk membaca hanya sebatas membaca kata dan rangkaian kalimat, belum sampai pada membaca ide atau gagasan dalam sebuah wacana. Membaca kata dan kalimat adalah reseptif. Artinya kita hanya sekedar melihat tulisan orang lain, tanpa berpikir bagaimana gagasan itu dimunculkan. Beda jika kita mampu membaca ide dan gagasan yang dituangkan lewat kata dan kalimat. Mulai proses membaca sudah dilandasi ikut berpikir dan perenungan. Hasil penemuan ide dan gagasan orang lain yang dibacanya, akan menjadi konsep baru berpikir kita. Dan jika kita lebih cerdas, maka kita akan mengungkapkan kembali ide atau gagasan tersebut lewat bahasa tulis. Ketrampilan menulis ide dan gagasan dalam bentuk konsep teori keilmuan, adalah ciri-ciri bngsa yang beradab dan berbudaya tinggi.
Memahami pola berpikir di atas, tampaknya budaya membaca dan sekligus budaya menulis, menjadi kebutuhan suatu bangsa, jika menginginkan kemajuan pesat dalam kehidupan kita. Informasi dan jaringan komunikasi yang begitu pesatnya, sangat dibutuhkan ketrampilan membaca secara cerdas. Untuk itu segala macam informasi baik yang tertulis dan terekam dikumpulkan dan dikelola dalam wadah yang bernama perpustakaan. Perpustakaan inilah yang menjadi penerang jalan kemajuan suatu bangsa.
Alfin Tofler, memberikan pernyataan bahwa, ”Hanya orang yang menguasai informasi yang menjadi penentu hidup hiruk pikuk dunia global dan sebagai pemenang dalam persaingan ketat dewasa ini”. Membaca pernyataan tersebut, tampaknya kita perlu menyadari sepenuhnya bahwa minat dan kemampuan membaca bagi suatu bangsa tidak boleh diabaikan jika menginginkan kemajuan. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan budaya membaca, khususnya di perpustakaan;
Pertama, budaya membaca dapat dijadikan indikator majunya sebuah bangsa. Bangsa yang berkembang—kalau tidak dikatakan miskin—relatif memiliki persoalan klasik sekitar kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Menurut laporan UNDP (United Nation Development Programe) kualitas SDM Indonesia berada pada urutan ke-105 di dunia. Angka HDI (Human Development Index) Indonesia hanya mencapai 0,586. Angka ini diperoleh dari akumulasi data melek huruf, angka harapan hidup, serta tingkat GNP selama dua puluh lima tahun pertama.
Kedua, usaha pencerdasan kehidupan bangsa secara yuridis formal, belum melahirkan gerakan-gerakan budaya baca sebagai sebuah aksi, baru dari instruksi ke instruksi atau tahap pencanangan.
Ketiga, program melek baca masyarakat harus disertai dengan perangkat yang mendukung. Kita ketahui betapa miskinnya bangsa indonesia akan buku bacaan. Penerbitan Indonesia akan buku baru sekitar 3.000 – 4.000 judul. Kalu kita bandingkan megaa-negara lain (1990) Amerika menerbitkan buku pertahun sebanyak 77.000 jidul, Jerman Barat 59.000 judul, Inggris 43.000 judul, Jepang 42.000 judul dan Perncis 37.000 judul. Sangat logis kalau perhitungan tahun 1990, pendidikan Indonesoa tertinggal 15-20 tahun dari negara lain. Konsekuensinya, harga buku Indonesia relatif lebih mahal dan hanya dapat dijangkau oleh kelas ekonomi menengah ke atas.
Keempat, dari data yang didapat dari Unesco di antara buta huruf dewasa, sebanyak 65% adalah wanita. Hal ini senada dengan perolehan kesempatan belajar. Di pedesaan kawin muda (early marriage) bagi wanita adalah lumrah. Terdapat prinsip asal bisa baca dan menulis bagi perempuan adalah cukup. Ini berbanding dengan kondisi masyrakat jepang. Ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas pula.
Kelima, sekolah atau lembaga pendidikan hingga saat ini belum bisa memberikan cara yang efektif agar para siswa ataupun masyarakat melek baca. Sebuah pengakuan Mortimer Adler, pemikir terkenal, mengakui bahwa dia tidak bisa membca setelah dia dinyatakan lulus Qori (baca) perguruan tinggi. Artinya membaca memerlukan kemampuan khusus yang harus dipelajari.
Keenam, dari data-data di atas, perlu kiranya diupayakan peningkatan ketrampilan membaca secara khusus dan sungguh-sungguh sampai saat ini. Kita masih secara asing kalau mendengar istilah ”kursus membaca efektif”. Padahal di Amerika, kursus membca banyak diminati oleh akademisi. Dengan banyaknya sumber bacaan, seseorang dituntut untuk mampu membaca secara tepat dan akurat. Muncul pertanyaan sudahkah sistem pendidikan memberikan jawaban terhdap problem yang dijabarkan diatas agar tercipta masyarakat melek baca utama di perpustakaan sehingga berkontribusi bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi?, Gordon Dryden & Jannette Vos (1999:199)

C. Dasar Pemikiran adanya Perpustakaan
Dasar pemikiran bahwa pengembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang, penemuan teori-teori baru yang ditulis olerh para ilmuwan dalam bentuk buku, serta informasi-informasi lain yang didokumentasi lewat tulisan buku dan rekaman, maka perlu dihimpun dalam wadah perpustakaan. Dengan terhimpunnya buku dan dokumen tersebut, untuk memudahkan seseorang mencari bahan referensi dalam mempelajari ilmu dan terori yang ditulis para ilmuwan terdahulu, akan mudah. Sebagai pusat sumber belajar yang dianggap strategis, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, maka perpustakaan dibangun dan diwujudkan dalam dunia pendidikan. Landasan pemikiran mengapa perpustakaan harus ada dalam perpektif dunia pendidikan, karena:
1. Pendidikan sebagai pusat pembentukan manusia yang beradab dan berpengatahuan membutuhkan sumber belajar.
2. Pendidikan dalam pelaksanaan program kegiatannya selalu berhubungan dengan berbagai bidang pengembangan ilmu, yang dalam hal ini bahan pustaka sangat dibutuhkan.
3. Dalam pengembangan ilmu landasan pemikiran dilakukan dengan berdasar pada teori yang ditulis dalam buku-buku yang dihimpun dalam perpustakaan.
4. Pendidikan yang dihrapkan dapat memperoleh hasil atau mutu yang baik, persaratan mutlak harus ada sumber-sumber pembelajaran yang cukup banyak jumlahnya.
5. Untuk dapat terpenuhinya sumber belajar yang mudah, maka perpustakaan menjadi alternatif yang cukup representatif.
6. Agar perpustakaan sebagai fungsi sumber belajar yang efektif, maka pengadaan dan pengelolaanya pada masing-masing lembaga pendidikan harus ditangani secara profesonal.
7. Penangananan perpustakaan secara profesional akan dapat berjalan dalam lembaga pendidikan persekolahan manakala semua komponen yang terlibat ikut memikirkan bagaimana agar fungsi perpustakaan tersebut terlaksana.
8. Dengan dibangunnya perpustakaan sebgai jantung pendidikan dan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dalam proses belajar, maka perpustakaam harus mampu menumbuhkan minat baca dan dapat menimbulkan rasa senang berkreasi bagi guru dan siswa, karena memperoleh berbagai pengetahuan lewat membacanya.
9. Jika budaya membaca bagi peserta didik sudah terlihat jelas semangatnya, maka akan ada pertanda kemajuan pendidikan.
10. Karena sumber pengetahuan dan kecerdasan seseorang tidak ada jalan lain kecuali dengan cara membaca dan membaca terus.

D. Jenis-kenis Perpustakaan
Secara umum ada pengelompokan jenis-jenis perpusrakaan antara lain;
1. Perpustakaan Umum
Perpustakaan ini adalah perpustakaan yang diperuntukkan untuk masyarakat umum yang berkeinginan mengembangkan pengetahuan, dengan cara membaca bahan referensi buku-buku dan bahan bacaan lain yang dapat didokumentsikan dalam perpustakaan tersebut. Bahan pustakan atau koleksi yang dihimpun meliputi berbagai buku dan dokumentasi dari berbagai bidang kehidupan.
2. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan ini adalah perpustakaan yang didbentuk oleh lembaga-lermbaga khusus yang digunakan untuk menunjang proses kegiatan yang ditangai setiap harinya. Bahan pustaka atau bahan koleksinya hanya terbatas pada bidang ilmu yang dilakukan, misalnya perpustakaan kedokteran, pertanian, sosial-budaya, ekonomi dan lain-lain.
3. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang dibentuk dan didirikan oleh lembaga pendidikan persekolahan mulai dari dari pra sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun ada diantara para ahli perpustakaan yang membedakan antara perpustakaan sekolah dengan perpustakaan perguruan tinggi.
a. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan ini biasanya digunakan untuk label oleh sekolah, mulai dari jenjang pendidikn dasar (SD/MI), lembaga pendidikan menengah pertama (SMP/MTs) dan lembaga pendidikan menengah atas (SMA/MA/SMK). Bahan pustaka atau bahan koleksi, biasanya lebih banyak pada buku-buku penunjang mata pelajaran dan materi bacaan yang relevan dengan tingkat perkembangan anak-anak sekolah sesuai dengan jenjangnya.
b. Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelolah oleh sebuah lembaga perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu, maka perpustakaan yang didirikan mempunyai cakukan yang lebih luas dibandingkan dengan perpustakaan sekolah yang ada dibawahnya. Perpustakaan pergurunan tinggi yang di bawah naungan Universitas, bahan pustaka atau bahan koleksinya mencakup semua disiplin ilmu yang yang dikembangkan di perguruan tinggi tersebut cakupannya lebih luas dan banyak dibandingkan dengan perguruan tinggi yang berbentuk institut, sekolah tinggi, akademi, dan sejenisnya. Masing-masing lembga tersebut menyediakan bahan pustaka atau koleksi buku yang sesuai dengan program studi yang dikembangkan dalam lembaga perguruan tinggi tersebut.
Dalam kerangka sistem pendidikan, perpustakaan yang mempunyai beberapa jenis nama tersebut di atas adalah sebgai bagian dari sumber belajar menjadi sangat penting untuk dipecahkan masalahnya. Sebagai pusat sumber belajar, kehadirannya sangat dibutuhkan, oleh perencana pendidikan, praktisi pendidikan dan semua pengguna hasil-hasil pendidikan. Dengan pentingnya peran dan fungsi perpustakaan dalam dunia pendidikan, paling tidak kehadiran perpustakaan perlu mendapat penanganan yang layak, mantap, teratur dan diupayakan agar dapat mencerminkan harapan penggunanya. Sebab perpustakaan pada hakekatnya merupakan ”jantung pendidikan”. Sebagai sebuah jantung dalam kehidupan, maka hidup matinya pendidikan dapat diukur fungsi tidaknya perpustakaan yang dikelolanya.

E. Tujuan Perpustakaan
Sebagai jantung dalam pendidikan, perpustakaan hakekatnya juga sebgai gambaran identitas sebuah tempat dan sarana untuk memacu semua aktifitas proses pembelajaran yang ada di sekolah, masyarakat dan juga pada keluarga. Perpustakaan sebagai pusat belajar mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain:
1. Menyediakan segala sesuatu yang berhubugan dengan kepentingan masyarakat dengan pelayanan antara lain: pemberian informasi baik mengenai prosedur penyimpanan dan pelayanan bahan pustaka.
2. Menjawab pertanyaan yang ada hubunga nya dengan pelayanan referensi.
3. Memelihara dan melestarikan waroisan budaya bangsa, antara lain berupa buku-buku langka dan naskah-naskah kuno atau lama.
4. Mengadakan antisipasi terhadap kebutuhan yang diorientasikan pada masa depan bangsa dengan jalan penambahan buku, persediaan buku-buku baru yang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.(Maswan; 1985)


F. Peranan Perpustakaan
Selain tujuan di atas, perpustakaan juga berperan dalam dunia pendidikan, baik pendidikan informal, formal dan nonformal. Di antara peranan perpustakaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ikut menentukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berjalan, hal ini dapat dilihat dan diukur dari bahan pustaka yang ada.
2. Ikut membantu para pengembang ilmu dalam dunia pendidikan, lewat para pemikir dan peneliti yang menggunakan acuan teori-teori keilmuan yang ditulis di buku.
3. Ikut menbantu daya ingatan bagi para pengembang ilmu, karena buku sebagai dokumen tertulis dapat dibaca dan atau dikaji secara berulang-ulang.
4. Ikut membantu meringankan beban bagi orang-orang yang tidak mampu memiliki buku yang diperlukan, karena mahalnya sebuah buku, maka buku-buku referensi di perpustakaan sebagai alternatif yang efektif untuk dipinjam.
5. Ikut membantu mencri sumber referensi yang langka, karena buku-buku tersebut sudah tidak diterbikan lagi, atau buku-buku tersebut tidak dijual bebas, atau kerena terlampau mahal harganya, padahal buku tesebut sangat diperlukan untuk referensi dalam penelitian.
6. Ikut membantu memudahkan pendidik (guru/dosen) dalam mencari sumber bahan ajar dan juga memudahkan menyelesaikan tugas penulisan karya ilmiah, karena referensi mudah didapat dari perpustakaan.

G. Fungsi pepustakaan
Sedangkan dalam pelaksanaannya, perpustakaan sebagai tempat pengembangan ilmu dan penyebaran informasi sangat berarti bagi kehidupan orang-orang yang terpelajar. Untuk itu perpustakaan yang ditangani dengan landasan teori managemen yang baik mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1. Sebagai tempat untuk mengumpulkan dan pengelolaan bahan pustaka, baik buku, dan dokumen-dokumen penting baik dalam bentuk grafis, cetak, film dan kaset.
2. Sebagai pusat pengembangan informasi dan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku dan koleksi bahan pustaka lain bagi yang membaca.
3. Sebagai sumber informasi dan data-data dalam kajian ilmu, penelitian dan sumber belajar bagi para siswa dan mahasiswa.
4. Sebagai pusat belajar dan pengembangan minat baca bagi semua orang yang menginginkan kemajuan.
5. Sebagai tempat untuk melestarikan kebudayaan yang ditulis dalam bentuk buku dan dokumentasi sejarah.
6. Sebagai pusat penerangan yang diperoleh dari bahn tertulis yang dimuat di surat kabar, majalah, jurnal atau tabloit tentang perkembangan kejadian-kejadian yang ada di masyarakat.
7. Sebagai tempat hiburan bagi pembaca yang mempunyai kegemaran membaca cerita-cerita yang dikemas dalam buku fiksi seperti cerpen, novel, roman dan sejenisnya.
Secara unum fungsi perpustakaan dikelompokkan menjadi:
1. Fungsi Pengembangan Pendidikan
Perpustakaan sebagai fungsi edukatif digunakan sebagai pusat sumber pendidikan bagi anak sekolah. Di dalam di dunia pendidikan, perpustakaan sebagai sarana sumber belajar untuk referensi mata pelajaran yang dirumuskan dalam struktur program pelajaran. Sumber belajar yang berupa bahan pustaka berjenis buku atau dukumentasi lain dalam rangka untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan banyaknya bahan pustakan berupa buku, akan menumbuhkan minat baca para peserta didik.
Banyaknya buku yang dikelola dalam perpustakaan akan memudahkan mencari dan menggali berbagai pengetahuan sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan di sekolah. Fungsi perpustakaan dalam dunia pendidikan ibarat sebagai jantung. Jika perpustakaan diibaratkan sebagai jantung pendidikan tidak berfungsi, maka pendidikan akan mengalami kegagalan dalam hidupnya. Artinya keberadaan pendidikan tanpa ditunjang perpustakaan sama halnya pendidikan tidak akan mampu mewujudkan hasil yang maksimal.
2. Fungsi Penyebaran Informasi.
Adanya perpustakaan baik di dalam lembaga pendidikan maupun perpustakaan umum yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat, berfungsi sebgai pusat informasi segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Prinsip dasar didirikannya perpustkaan adalah untuk penyebaran informasi, baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, buletin, jurnal atau sumber-sumber informasi lain seperti berbentuk CD, kaset dan atau telekomunikasi berbentuk internet, TV dan lain-lain. Semua sarana bahan pustaka dan alat-alat tersebut sebagai sarana informasi dan keterangan yang dapat dimanfaatkan oleh murid sebagai tambahan informasi di luar proses belajar mengajar di luar kelas.
3. Fungsi Pusat Penelitian.
Perpustakaan merupakan tempat terkumpulnya bahan pustaka yang dapat dijadikan acuan untuk penggalian teori-teori keilmuan. Data-data yang dapat dikaji dalam pengembangan teori-teori baru dapat diperoleh dalam perpustakaan. Oleh sebab itu, stiap siswa atau mahasiswa, guru (dosen) atau siapa saja yang melakukan penulisan karya ilmiah dalam bentuk penelitian selalu menggunakan referensi sebagai dasar atau landasan teori. Untuk memperoleh data-data tersebut dilakukan dalam perpustakaan.
4. Fungsi Tempat Rekreasi
Yang dimaksudkan perpustkaan sebagai tempat rekreasi adalah bagi para pengguna perpustakaan, setelah membaca bahan referensi merasa terhibur, karena mereka dapat menemukan berbagai macam informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan pengetahuannya. Seseorang yang merasa terhibur setelah membaca buku-buku baik buku fiksi maupun non fiksi, ini merupakan sarana rekreasi bagi para pecinta ilmu dan orang senang kemajuan dalam bidang pengetahuan. Seseorang yang mempunyai minat baca tinggi, buku dan bahan-bahan bacaan adalah sarana hiburan yang sangat efektif dan menyenangkan.

H. Ciri-ciri Perpustakaan yang Baik
Perpustakaan sebagai sumber belajar yang diharapkan dapat menumbuhkan minat baca bagi pengguna, maka hendaklah dikelola secara baik. Ciri-ciri perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang mempunyai persyaratan sebagi berikut:
1. Mempunyai koleksi bahan pustakan yang cukup untuk memenuhi kebuthan pembaca, bik dalam bentuk buku-buku dengan berbagi klasifikasi disiplin ilmu, bahan media cetak dan media audio-visual.
2. Mempunyai tenaga pustakawan yang profesional dan jumlahnya memenuhi kebutuhan pelayanan pembaca.
3. Mempunyai sarana gedung yang memuat beberapa ruang, ruang baca yang dilengkapi dengan meja dan kursi baca yang representatif, ruang rak atau almari untuk menempatkan bahan pustaka berbentuk buku, majalah, surat kabar dan dokumen lain yang tersususn secar sitematis, ruang pelayanan peminjaman dan lain-lain. Kelengkapan sarana dan prasarna yang memadahi memuat beberapa jenis, antara lain:
a. Rak buku,
b. Rak majalah.
c. Rak surat kabar.
d. Rak atlas
e. Tempat penititan tas.
f. Almari katalog.
g. Almari arsip.
h. Loket peminjaman dan pengembalian.
4. Mempunyai aturan dan mekanisme pengelolaan yang baik. Artinya segala aturan ditulis dalam sebuah pedoman perpustakaan, baik tata cara peminjaman dan pengembalian buku, sanksi pelanggaran dalam peminjaman dan penggunaaan bahan pustaka lainnya.
5. Mempunyai ketentuan ruang waktu yang cukup lama. Perpustakaan yang sudah maju dibuka sampai malam dalam melayani pembacanya.
6. Mempunyai fasilitas yang digunakan untuk membaca yang tenang dan menumbuhkan rasa senang bagi setiap pengunjung.
7. Mempunyai komitmen untuk memberi kemudahan dalam setiap kebutuhan dan ada kemudahan dalam setiap pelayanan.

I. Permasalahan yang Dihadapi Perpustakaan.
Secara umum perpustakaan di Indonesia keberadaannya belum dapat mencerminkan peradaban bangsa yang tinggi. Diakui atau tidak hampir setiap perpustakaan yang didirikan oleh sebuah lembaga baik pemerintah yang berbentuk perpustakaan umum, perpustakaan khusus yang didirikan oleh instansi dan atau perpustakaan yang dikelola oleh lembaga pendidikan, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta mengalami permasalahan yang sama. Peran dan fungsi perpustakaan belum dapat dirasakan oleh pengguna atau pembacanya. Hal ini dapat kita amati dari beberapa faktor penyebabnya, antara lain:
1. Bahan pustaka atau bahan koleksinya sangat terbatas.
Idealnya buku-buku atau bahan koleksi di perpustakaan adalah buku yang mampu mencukupi semua kebutuhan pembacanya. Jika bahan pustaka yang dibutuhkan tidak tersedia di perpustakaan, maka akan mengganggu dan menghambat proses minat baca dan sekaligus menghambat pengembangan ilmu pengetahuan. Terbatasnya buku-buku yang dibutuhkan, karena di antara kita tidak banyak yang menjadi penulis buku. Atau karena lembaga tersebut tidak mampu membeli buku karena sangat mahalnya harga buku.
2. Rendahnya minat membaca bagi para guru, siswa dan juga masyarakat secara umum.
Rendahnya minat baca, mengakibatkan perpustakaan tidak menjadi suatu tempat yang menarik untuk dikunjungi. Faktor lemahnya minat baca dapat terjadi karena buku-buku yang dikoleksi di perpustakaan tersebut tidak menarik untuk dibaca, atau karena buku-buku yang tersedia tidak mencukupi atau bahkan tidak tersedia.
3. Tenaga pengelola perpustakaan tidak prodesional
Sering terjadi untuk mendapatkan sebuah buku di perpustakan seseorang mengalami kesulitan, namun dari petugas pelayanan perpustakaan tersebut tidak berusaha membantu. Bahkan terkadang memarahi jika pengunjung yang membutuhkan buku-buku tersebut bertanya dan atau mencari dengan membongkar buku-buku yang tertata rapi di rak-rak buku yang berubah posisinya.
4. Tidak adanya tempat untuk membaca yang tenang dan nyaman.
Perpustakaan yang dikunjungi oleh banyak orang, perlu ada pengaturan tempat untuk membaca secra khusus, sehingga tidak terganggu oleh orang lain yang lalu lalang orang yang baru mencari buku-buku di rak.
5. Terbatasnya waktu untuk membaca buku di ruang perpustakaan.
Masalah waktu, ini memang perlu perhatian dan pengnturan serius bagi perpustakaan sekolah di tingkat SD, SLTP dan SLTA. Biasanya waktu yang tersedia hanya pada saat istirahat dan jika ada jam-jam kosong bagi guru-guru yang tidak hadir mengajar di kelas. Jelas penggunaan waktu seperti ini tidak akan mungkin akan dapat membaca dengan baik. Idealnya, perpustakaan dibuka dari pagi sampai malam, dengan menambah jumlah tenaga.
6. Kurang mendapat penanganan serius dari pengelola perpustakaan
Pada umumnya, keberadaan perpustakaan hanya sebagai papan nama, adanya perpustakaan seolah-olah tidak ada, karena kebanyakan tidak pernah mendapat pemikiran serius, baik penanganan mengenanai sarana prasarana, bahan koleksinya maupun pelayanannya.
Inilah permasalahan perpustakaan yang di alami oleh dunia pendidikan kita. Mampukah kita mewujudkan perpustakaan yang ideal, demi terselenggarakannya pendidikan nasional dan terwujudnya percerdasan bangsa lewat dunia pendidikan? Selama tidak ada upaya pemikiran ke arah pembinaan dan pengembangan perpustakaan, maka kita yakin dunia pendidikan sangat sulit untuk dipacu pada arah keberhasilannya.
Solusi yang perlu dipikirkan, adalah departemen Pendidikan Nasional, lewat perguruan tinggi yang mengelola Lembaga Pendidikn Tenaga Kependidikan (LPTK), secara khusus membuka program studi Menejemen Perpustakaan. Kualifikasi lulusan program ini ditempatkan di setiap sekolah yang langsung menangani perpustakaan secara profesional.
Dan dalam mengantisipasi langkanya tulisan bebrbentuk buku referensi, setiap perguruan tinggi mempunyai kewajikan untuk membentuk tim penulisan buku yang dilembagagakan, yang beranggotakan para pakar dan ahli yang mempunyai ketrampilan menulis. ***************

Maswan, Dosen, Penbantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara



IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar