Kamis, 12 Februari 2009

STRATEGI DAN METODE DALAM
TEKNOLOGI INSTRUKSIONAL
Oleh : Maswan

A. Strategi Pembelajaran
Strategi adalah sebuah kata yang diserap dari bahasa Inggris yaitu strategic yang berarti menurut siasat, bersiasat. strategis berarti ilmu siasat perang. Kata strategic akhirnya diserap dalam bahasa Indonesia menjadi strategi.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonseia strategi berarti (1) siasat perang, (2) ilmu siasat perang, (3) tempat yang baik menurut siasat perang, (4) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Strategi kemudian dipakai dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses belajar mengajar guru di dalam kelas. Strategi dalam sistem instruksional (sistem pembelajaran) diartikan sebagai kegiatan guru dalam melaksanakan rencana pengajaran. Strategi pembelajaran berarti rencana yang dilakukan secara cermat oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan siasat, taktik, kebijakan dan cara agar dapat mencapai tujuan. Ibarat di medan perang, guru sebagai pemimpin atau komandan di dalam proses belajar mengajar yang dalam hal ini ada keterkaitan erat dengan komponen lain dalam sistem pembelajaran, yaitu adanya siswa, tujuan yang ingin dicapai, materi atau bahan pelajaran, sumber belajar, media atau alat, metode dan alat evaluasi, diatur dan diolah dengan siasat atau strategi untuk mencapai kesuksesan.
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1995:5), secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar, mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menyampaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dalam proses pengajaran, komponen sistem instruksional dipola dan didesain dengan perencanaan yang cermat dan matang oleh guru dengan hrapan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Di kelas guru sebagai pendidik, pembimbing, pemimpin, administrator dan sebagai fasilitator di dalam proses pembelajaran mempunyai tanggung jawab besar untuk mengantarkan anak didiknya agar menjadi manusia yang berkualitas. Konsekuensi logisnya, guru dituntut menguasai berbagi strategi dan teori yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya.

B. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-langkah tugas pembelajaran mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar sudah disiati dan diatur degan matang.

1. Perencanaan
Sebelum guru melaksanakn tugas mengajar di dalam kelas, kegiatn guru secara administratif harus mempersiapkan perangkat yang digunakan. Perencanaan yang dilakukan oleh guru, sebelum masuk kelas melaksanakan tugas mengajar, hal-hal yang perlu siapkan adalah:
a. Menyiapkan bahan ajar, yang diambil dari beberapa sumber (buku-buku referensi, surat kabar, majalah dan sumber lain yang memnuat bahan ajar).
b. Menyiapkan media, alat atau sarana yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pengajaran.
c.. Menyiapkan perangkat administrasi pembelajaran yang berupa:
(1) Silabus.
Menyusun silabus secara lengkap yang menuat, tentang keterangan sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pe,mbelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. (contoh terlampir)
(2). Rencana Pelamsanaan Pembelajaran (RPP).
Menyusun RPP secara lengkap memuat; tentang identitas mata pelajaran, kelas. Semester, pertemuan ke, alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan, materi ajar, metode, langkah-langkah, alat/media, sumber belajar dan penilaian. (contoh terlampir)
(3). Menyusun Daftar Hadir.
Menyusun daftar hadir siswa yang memuat tentang, nama mata pelajaran, nama guru mapel, tahun pelajaran, kelas/program, nomor urut, nomor induk siswa, nama siswa, kolom kehdiran dan keterangan.(contoh terlampir)
(4). Daftar nilai siswa.
Menyusun daftar nilai sisw yang memuat tentang, nama pelajaran, nama guru mapel, tahun ajaran, kelas, nomor urut, nomor induk siswa, nama siswa, kolom nilai (kognitif, psikomotor, afektif), nilai tengah semester, nilai alhir semester (contoh terlampir)
(5). Jurnal pertemuan tatap muka.
Menyusun jurnal pertemuan tatap muka yang menuat tentang, nama pelajaran, nama guru, tahun ajaran, semester, kelas, nomor urut, hari/tanggal pertemuan, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode yang digunakan, waktu, keterangan siswa yang tidak ikut, tanda tangan guru (contoh terlampir)











Contoh Silabus

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM MATHALIBUL HUDA
MADRASAH ALIYAH (MA)
MATHALIBUL HUDA MLONGGO JEPARA
Alamat: Jln. Raya Jepara Bangsei Km 09 Mlonggo Jepara 59452
Tlp./Fax. (0291) 599411, E-mail mamalida@telkom.net
___________________________________________________________________

SILABUS


KELAS XII SEMESTER 1

Nama Madrasah : MA Mathalibul Huda Mlonggo Jepara
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XII
Semester : 1
Standar Kompetensi : Mendengarkan
1. Memahami informasi dari berbagai laporan
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/Alat
1.1Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan

Laporan
· Laporan kegiatan OSIS
· Laporan kegiatan ekstrakurikuler

· Mendengarkan laporan dari suatu kegiatan
· Mencatat pokok-pokok isi laporan
· Membedakan kalimat yang berupa fakta dan yang berupa opini (pendapat)

· Mencatat pokok-pokok isi laporan
· Membedakan kalimat yang berupa fakta dan yang berupa opini (pendapat)


Jenis Tagihan:
· tugas kelompok
· laporan

Bentuk Instrumen:
· uraian bebas
· pilihan ganda
· jawaban singkat
4
Teks laporan dari media cetak/ elektronik

Laporan kegiatan ekstrakulrikuler sekolah setempat
1.2Mengomentari berbagai laporan lisan dengan memberikan kritik dan saran
Laporan
· Laporan kegiatan OSIS
· Laporan kegiatan ekstrakurikuler

· Mendengarkan laporan dari suatu kegiatan
· Mengemukakan kritik a isi laporan secara logis
· Memberikan saran untuk perbaikan laporan

· Mengemukakan kritik isi laporan
· Memberikan saran untuk perbaikan laporan

Jenis Tagihan:
· tugas kelompok

Bentuk Instrumen:
-uraian bebas
-pilihan ganda
-jawaban singkat
4
Teks laporan dari media cetak/ elektronik

Laporan kegiatan ekstrakulrikuler sekolah setempat

Jepara, 21 Juli 2008
Mengetahui,
Kepala MA MH Mlonggo Jepara Guru Mata Pelajaran

Drs. H. SUGIWANTO Drs. MASWAN

Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Madrasah : MA MATHALIBUL HUDA MLONGGO
Mata Pelajaran : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Kelas/Semester : XII/I

Standar Kompetensi : Memahami Informasi dari Berbagai Laporan

Kompetensi Dasar : Membedakan Fakta dan Opini dari Berbagai Laporan
Lisan.

Indikator :
1. Mencatat pokok-pokok isi laporan.
2. Membedakan kalimat yang berupa fakta dan opini (pendapat)

Waktu : 4 x 45 menit (2 pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran : - Siswa dapat membedakan antara fakta dan opini
dari berbagai laporan lisan.

B. Materi Pembelajaran : - Laporan secara Lisan

C. Methode Pembeajaran : 1. Ceramah
2. Induiri
3. Tanya jawab

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
Pertemuan I (pertama) : a. Kegiatan Awal
Apersepsi
- Motivasi
- Stimulasi
b. Kegiatan Inti
1. Mendengarkan laporan kegiatan ekstrakurikuler
di sekolah
2. Mendengarkan laporan program kegiatan OSIS
di sekolah.
3. Mencatat pokok-pokok kegiatan ekstrakurikuler
di sekolah
4. Mencatat pokok-pokok laporan program OSIS
di sekolah.
c. Kegiatan Akhir
Evalusai Umum

Pertemuan II (Kedua) : a. Kegiatan Awal
-Apersepsi
-Motivasi
-Stimulasi
b. Kegiatan Inti
1. Mendengarkan laporan kgiatan OSIS dan kegiatan
Ektrakurikuler di sekolah.
2. Membedakan kalimat yang berupa fakta dan opini
3. Menentukan kalimat yang berupa fakta dan opini
4. menunjukkan contoh kalimat fakta dan kalimat opini
c. Kegiatan Akhir:
Evaluasi

E. Sumber Belajar : 1. Buku komposisi
2. Buku ajar Bahasa Indonesia

F. Penilaian : a. Jenis Tagihan : Tugas Individu
Tugas Kelompok
b. Bentuk Tagihan ; Uraian Bebas
Pilihan ganda

Jepara, 21 Juli 2008
Mengetahui,
Kepala MA MH Mlonggo Guru Mata Pelajaran


Drs. H. SUGIWANTO Drs. MASWAN















2. Pengorganisasian.
Dalam pelaksanaan tugas mengajar, guru mengatur bagian-bagian dalam proses pembelajaran dengan melakukan serangkaian aktivitas untuk mencapai tujuan yang maksimal. Pengoranisasian dalam proses belajar mengajar di kelas, lebih ditekankan pada pengelolaan dan pengaturan bagian-bagian yang terlibat dalam proses belajar mengajar tersebut, untuk menciptalan kondisi kelas agar serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan lancar. Dalam pengorganisasian kelas, guru dituntut untuk melakukan tindakan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Mengatur keadaan peserta didik, dengan cara mengarahkan dan memberi motivasi agar sauasana kelas dalam keadaan siap untuk menerima pelajaran dengan rasa senang, nyaman dan bergairah.
b. Mengatur hubugan kerjasama antara guru dan murid, murid dan murid dalam proses belajar mengajar.
c. Mengatur pembagian tugas dalam proses pelaksanaan belajar mengajar.
d. Mengatur rumusan program kegiatan belajar mengajar secara sistematis
e. Mengatur situasi dan kondisi secara kondusif dalam pencapaian tujuan belajar mengajar
f. Mengatur persiapan materi, sunber bahan, alat/media, metode dan sarana yang diperlukan dalam proses belajar mengajar.

3. Pelaksanaan Pengajaran
Strategi belajar mengajar di kelas, seorang guru pada saat masuk kelas dengan bekal persiapan yang mantap dan sudah mampu mengorganisir kelasnya, maka langkah berikutya adalah pelaksanaan pengajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, langkah yang ditempuh adalah;
a. Prapengajaran:
Tahap awal ini guru melakukan hal-hal sebagai berikut;
(1). Memperhatikan seluruh isi kelas, apakah proses belajar mengajar sudah siap dimulai?
(2). Mengontrol jumlah siswa yang hadir dan yang tidak hadir berapa?
(3), Menanyakan kepada peserta didik mengenai materi yang pernah diberikan pada pertemuan sebelumnya, apakah mereka sudah mengerti atau belum?.
(4). Menerangkan kembali secara singkat materi yang sudah pernah diajarkan, dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan.
b. Pelaksanaan pengajaran
Tahap pelaksanaan mengajar adalah guru berperan untuk menyampaikan materi yang akan dibahas. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini guru mengacu dan berpedoman pada apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Proses pelaksanaan pengajaran melakukan kegiatan dengan ketentuan sebgai berikut:
(1). Menyampaikan materi pokok pembelajaran
(2). Menjelaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar mengenai materi tersebut.
(3). Menjelaskan tujuan pembelajaran dan indikator setelah mempelajari materi tersebut.
(4). Membahas materi pelajaran, yang disesuaikan dengan teknis dan metode yang telah ditetapkan
(5). Menunjukkan dan memperagakan, jika materi tersebut perlu dijelaskan dengan media atau alat pembelajaran
(6). Memberi tugas pembelajaran agar perseta didik aktif berperan, baik secara mandiri atau berkelompok..
(7). Memberiikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas, bertanya dan menginterpretasikan materi yang dipelajari.
(8). Menyimpulkan hasil pembelajaran dari materi yang bahas.

4. Evaluasi atau penilaian.
Setelah selesai pembahasan materi, dalam satu tatap muka, maka guru mengadakan evalusai hasil belajar dengan cara :
a. Menanyakan peserta didik mengenai materi yang telah dibahas, dengan cara lisan atau tertulis.
b. Menerangkan materi kembali, jika evaluasi tidak dapat mencapi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
c, Agar siswa mempunyai aktivitas dan pendalaman materi pembahasan, dan sekaligus untuk memperoleh nilai maksimal, peserta didik diberi tugas kokurikuler.
d. Pada akhir pembelajaran, peserta didik sudah diberitahu materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

C. Metode Pembelajaran
Metode asal kata dari bahasa Inggris adalah method yang berarti cara. Dalam bahasa Indonesia, menjadi metode yang berati cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guru mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode mengajar adalah cara yang digumakan oleh pendidik (guru-disekolah) untuk menyampaikan bahan pembelajaran kepada peserta didik agar dapat menerima dengan mudah apa yang dilakukan dalam proses belajar mengajar tersebut. Metode mengajar dapat juga sebagai teknik dalam menyampaikan pesan-pesan atau nilai-nilai yang terkadung dalam materi pengajaran oleh guru kepada peserta didik agar dengan mudah memahami, dan mengerti. Oleh karena itu guru dalam memilih metode mengajar, diharapkan agar mampu menumbuhkan situasi proses belajar mengjar yang yang aktif, kreatif, merangsang minat belajar dengan rasa senang atau gembira.

1. Prinsip Pemilihan Metode
Berkaitan dengan perencanaan awal, sebelum mulai mengajar pemilihan metode sudah disiapkan yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan, dan sekaligus mengacu pada tujuan yang akan dicapai. Pemilihan metode yang tepat, seorang guru harus mempertimbangkan prinsip-prinsip penggunaan metode yang digunakan. Secara umum prinsip penggunaan metode yang dipilih guru harus;
a. Memperhatikan karakteristik materi pembelajaran yang sudah ditunjukkan dalam standar isi Kurikulum baik Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Materi yang disampaikan dan penggunaan metode tersebut peserta didik diharapkan dapat:
(1). membangun pemahaman sendiri tentang materi yang dipelajari.
(2). menemukan konsep-konsep baru dari pelajaran yang diberikan, dengan materi yang diterima sebelumnya.
(3). meningkatkan interaksi yang dinamis pada diri anak. Pengertian interaksi ini adalah anak dapat berhubungan langsung dengan materi yang hadapi, dengan gurunya dan juga dengan teman-temannya, serta dengan lingkungan yang ada dikelasnya.
(4). menguasai seluruh proses pembelajaran, sehingga dapat menemukan makna belajar yang sesungguhnya
b. Memperhatikan minat, kesiapan, kemampuan dan dorongan peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
c. Menumbuhkan kemampuan berpikir dan berkreatifitas secara bebas, tidak ada tekanan dan paksaan dalam mengikuti pelajaran.
d. Menumbuhkan rasa senang dan keinginan untuk melakukan aktifitas dalam proses pembelajaran.
e. Menciptakan rasa kebersamaan dan kerja sama antara guru-murid, dan murid-murid,
f. Mengerahkan seluruh potensi fisik dan psikhis peserta didik.
g. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan percaya diri dengan landasan kemandirian.
h. Memperhitungkan sarana dan alat bantu media pembelajaran yang digunakan.

2. Faktor-faktor yang Menjadi Pertimbangan dalam Memilih Metode
Harus disadari bahwa metode adalah cara. Sebuah cara dalam penerapannya untuk masing-masing kegiatan yang sama. Dalam proses pembelajaran, pemilihan metode harus memperhatikan berbagai aspek yang terkait dengan situasi dan kondisinya. Maka dalam hal ini sebenarnya bahwa tidak ada satu metode pun yang paling baik dibandingkan dengan metode lainnya. Seorang guru memang harus cerdas dalam memilih metode yang akan digunakan dalam pengajarannya, sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, serta dapat menghasilkan produktifitas tinggi bagi peserta didiknya.
Faktor-faktor yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan metode mengajar adalah:
a. Tujuan atau indikator yang ingin diketahui.
Guru setelah menetapkan materi pembelajaran, dan tujuan pemebelajaran maka pemilihan metode harus dicari yang paling tepat dan sesuai. Pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan pemilihan metodenya haruslah searah, jika pemilihan metode tidak tepat maka tujuan yang dirumuskan tidak pernah akan tercapai



b. Keadaan Peserta didik
Proses belajar mengajar modern dalam dunia pendidikan, lebih menekankan pada keaktifan pada peserta didik. Maka pemilihan metode yang digunakan guru dalam mengantarkan materi pembelajaran harus lebih berorientasi pada peserta didik. Metode apa yang paling cocok untuk materi yang akan disampaikan saat proses belajar mengajar, yang lebih banyak memberi kontribusi keaktifan peserta didik. Ini penting untuk diperhatikan guru.
Selain itu guru juga harus memahami tingkat kemampuan, minat dan dorongan untuk mengikuti pelajaran. Watak , karakter, sikap dn ketrampilan peserta didik perlu juga dipahami oleh seorang guru. Dengan memahami seluruh keadaan peserta didik, maka guru akan mudah menentukan pemilihan metode yang diharapkan mampu menumbuhkan keaktifan dan kesenangan dalam mengikuti proses pembelajaran.

c. Keadaan Guru
Sebenarnya guru dalam melaksanakan tugas pengajaran, adalah sebagai figur sentral dan nara sumber yang profesional. Di mata siswa, orang tua peserta didik dan masyarakat luas, menganggap guru adalah orang yang serba bisa dan menguasai seluruh bidang pendidikan. Namun kenyataan yang ada, tidak semua anggapan guru tersebut serba bisa tersebut pada predikt guru. Ini memang terasa sekali dalam setiap melaksankan tugas sering terjadi benturan ketidakmampuan. Karena guru sebagai pengerak proses pembelajaran, jika sudah menentukan rumusan tujuan, pemilihan meteri dan pemahaman pada keadaan peserta didik, maka giliran guru sendiri, apakah dengan memilih metode tertentu dalam proses pembelajaran tersebut guru mampu atau mengusai penggunaan metode tersebut? Yang dapat menjawab pertanyaan ini adalah masing-masing guru itu sendiri.
Untuk itu, dalam memlilih metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar, guru memilih metode yang benar-benar dikuasainya. Jika metode yang diplih tidak dikuasai dan tidak menimbulkan rasa senang dan tidak mendorong semangat mengajar maka proses belajar mengajar akan berakhir kegagalan.

d. Materi Pembelajaran
Dalam kerangka sistem pembelajaran, selain tujuan dan peserta didik tersebut juga harus diperhitungkan adalah mengenai materi atau bahan pengajaran. Untuk mengantarkan agar pesan-pesan pembelajaran sampai pada peserta didik dan berakhir dengan pengusaan materi tersebut, maka pemilihan metode yang paling relevan harus dicari dan ditetapkan. Bahan pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan akan berbeda dengan materi yang bersifat analisa, bahan pelajaran yang memerlukan konsep berpikir akan berbeda dengan materi pelajaran bersifat ketrampilan. Hal demikian yang harus dibedakan dalam penentuan pemilihan metode mengajarnya.
Agar proses belajar mengajar mampu menumbuhkan rasa senang dan keingintahuan pada peserta didik, guru dalam setiap menetapkan materi atau bahan pengajaran, haruslah sudah mempunyai gambaran atau deskripsi materi secara jelas. Materi ini, memakai metode itu, kalau materi yang itu menggunakan metode yang ini dan sebagainya. Jika sudah mempunyai gambaran jelas karakter masing-masing materi, maka metode yang dipakai pun tidak hanya satu metode, misalnya hanya ceramah terus, atau tanya jawab terus.

e. Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa, sesuatu yang bernama sarana dan prasarana adalah hal yang sangat penting harus ada. Proses belajar mengajar tidak akan dapat berjalan lancar jika fasilitas tidak tersedia. Program apa saja, jika menginginkan agar berhasil maka sarana dan prasarana harus lengkap, jika tidak sampai lengkap haruslah ada sebagian yang dapat menunjang proses kegiatan tersebut.
Dalam pemilihan metode mengajar, guru harus juga cerdas. Bahan, alat dan media dalam pembelajaran apakah sesuai dengan metode yang dipilihnya atau tidak. Pemilihan metode pembelajaran harus sesuai dengan keadaan fasilitas yang tersedia, misalnya memilih metode karya wisata, tetapi tidak dilengkapi dengan sarana alat transportasinya tidak akan mungkin berjalan. Maka dalam pemilihan metode sarana prasarana menjadi pertimbangan yang tidak boleh diabaiakan.

3. Macam-macam Metode Mengajar
Pengertian metode tersebut akhirnya digunakan dalam setiap kegiatan, termasuk dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses belajar mengajar di kelas, guru tidak pernah meninggalkan metode dalam mengajarnya. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas mengajar anak didik. Peranan metode dalam proses belajar mengajar sangat penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam interaksi belajar mengajar guru sebagai pembimbing, pengajar atau pendidik agar peserta didik mempunyai perhatian penuh pada materi pembelajaran perlu digunakan berbagai cara agar mencapai tujuan yang diinginkan. Metode mengajar bentuk dan jenisnya bermacam-macam serta penerapannya pun bervariasi, sesuai dengan materi ajar yang diberikan.
Macam-macam metode mengajar yang sudah umum digunakan dalam proses belajar megajar antara lain:
a. Ceramah
Kata ceramah menurut kamus bahasa indonseia, diartikan sebagai pidato yang membicarakan sesuatu hal, pengetahuan (seseorang berbicara yang lain mendengarkan), atau dalam pengertian lain adalah suka bercakap-cakap. Ceramah dapat diartikan untuk menympaikan pesan, isi hati, pikiran, gagasan dari seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara lisan.
Dalam dunia pendidikan metode ceramah digunakan oleh seorang guru dalam penyampaian materi pembelajaran untuk memberi keterangan, informasi atau penjelasan agar peserta didik memahami persis seperti yang disampaikan gurunya. Metode ceramah adalah metode yang paling sering digunakan dalam proses pembelajaran. Metode ini dianggap paling murah dan paling mudah dilaksanakan, karena tidak membutuhkan persiapan yang matang.
Banyak ahli pendidikan modern yang menganggap bahwa metode ceramah termasuk metode yang kurang bermutu, karena metode ini mempunyai kecenderungan membrangus peserta didik, cenderung membuat pasif dan tidak kreatif. Lebih-lebih jika guru tidak mempunyai ketrampilan berbicara yang cukup bagus. Walaupun metode ini dianggap bukang baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, namun kenyataannya dalam setiap melakukan pembelajaran guru tidak pernah ada yang meninggalkan metode ceramah. Sekalipun guru menggunakan metode yang lainnya, tetap menggunakan metode ceramah, pada pertemuan awal untuk memberi informasi atau keterangan mengenai tata kerja metode yang akan digunakan tersebut. Jika dalam proses pembelajaran sampai menghilangkan metode ceramah, maka akan muncul kebisuan dan ketidakjelasan arah dalam setiap proses pembelajaran.
Lepas baik atau tidak baik dalam penggunaan metode, yang pasti penggunaan metode pembelajaran tidak monopoli satu metode dalam setiap kali pertemuan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah sebagai bagian dari sekian metode yang digunakan, maka jika guru menggunakan metode ini, agar juga mempersiapkan dengan baik, sehingga walaupun hanya sekedar ceramah tetapi akan menghasilkan produktifitas tinggi dalam penyampaian informasi kepada peserta didiknya.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Metode Ceramah
Menurut Nana Sudjana (1987:77), hal yang diperhatikan dalam penggunaan metode ceramah, yakni harus menetapkan apakah metode ini wajar digunakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
(1). Tujuan yang hendak dicapai.
(2). Bahan yang akan diajarkan termasuk buku sumber yang tersedia.
(3). Alat, fasilitas dan waktu yang tersedia.
(4). Jumlah murid, beserta taraf kemampuannya.
(5). Kemampuan guru dalam penguasaan materi dan kemampuan berbicara.
(6). Pemilihan metode mengajar lainnya sebagai metode bantu
(7). Situasi pada waktu itu.
Suparta dan Herry (2002:171), metode ceramah dapt digunakan dalam kondisi sebagai berikut:
(1). Guru ingin mengajarkan topik baru. Pda pendahuluan proses belajar mengajar, guru dapat megantarkan gambaran umum tentang topik itu dengan berceramah.
(2). Tidak ada sumber bahan pembelajaran yang dimiliki oleh peserta didik , sehingga mereka dituntut kreatifitasnya untuk membuat catatan-catatan penting dari bahan pelajaran yang disammpaikan oleh guru.
(3). Guru menghadapi jumlah peserta didik cukup banyak, sehingga tidak memungkinkan guru untuk memperhatikan secara individual.
(4). Guru ingin membangkitkan semangat belajar peserta didik.
(5). Proses belajar memerlukan penjelasan secara lisan.

b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dipakai dalam proses pembelajaran tetap masih menggunakan lisan sebgai alat komunikasinya. Metode tanya jawab adalah metode yang menggunakan seperangkat pertanyaan baik pertanyaan dari guru maupun dari peserta didik, yang terpusat pada masalah bahan ajar yang dibahas. Metode ini digunakan tidak lepas dari metode lain, yaitu cemarah dan pemberian tugas, yaitu peserta didik diberi tugas membaca dahulu materi yang ada sudah tertulis dalam bacaan atau buku teks. Jika penjelasan dari guru secukupnya dilakukan dan proses pembacaan materi selesai, baru dibuka dengan tanya jawab, secara timbal balik.
Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi pembelajaran yang sudah dibaca dan dikuasai oleh peserta didik. Dan jika peserta didik belum memahami betul, maka siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru untuk mendapatkn jawaban yang sesuai. Metode ini sebenarnya cukup efektif apabila peserta didik sebelumnya digerakkan imajinasi dan pikirannya sehingga mampu mengolah bahan pelajaran. Sebenarnya metode ini sangat baik untuk melatih anak dalam proses berpikir kritis, dan guru yang membuka peluang untuk menanyakan dan ditanyakan mempunyai jiwa besar. Artinya seorang guru harus bersifat objektif, menghargai semua aspirasi dan keingintahuan peserta didik dengan tidak dibatasi setiap ide dan gagasan yng disampaikan.
Tujuan Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab dipakai, ada beberapa manfaat atau tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar tersebut, antara lain;
(1). Melatih keberanian peserta didik untuk mengugkapkan pendapatnya secra lisan
(2). Memberi motivasi peserta didik untuk berlatih berpikir
(3). Melatih ketrampilan mengolah jawaban dan pertyanyaan atas masalah yang dibahas.
(4). Merangsng pserta didik untuk berpikir kritis dalam menanyakan dan memberikan jawaban atas sutu persoalan.
(5). Mengetahui sejauhmana penguasaan materi yang sudah dimiliki oleh peserta didik dalam proses pengajran sebelumnya.

c. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Metode pemberian tugas digunkana oleh guru kepada peserta didik untuk melakukan suatu aktifitas, bekerja, berbuat yang dapat menghasilkan suatu produk karya yang berakhir dengan laporan tertulis. Metode ini muncul dalam proses pembelajaran tidak berdiri sendiri, proses pelaksanaannya berbarengan dengan metode lain seperti ceramah (bentuk penjelasan tugas yang dilaksanakan), diskusi dan tanya jawab, jika tugas yang diberikan membutuhkan keterangan dari orang sumber. Bahkan dapat melibatkan metode eksperimen, jika tugas yang diberikan bentuk penelitian suatu benda atau masalah.
Metode resitasi ini, bukanlah metode tambal sulam, artinya metode ini digunakan manakala guru tidak dapat melaksanakan tugas dalam proses pembelajaran dalam tatap muka, dan untuk mengisi kekosongan peserta didik diberi tugas. Tidak, tidak demikian penggunaan metode pemberian tugas yang semestinya. Metode pemberian tugas adalah metode yang memang dalam perencanaan pembelajaran sudah ditentukan, materi yang sudah disiapkann akan dikupas dan dibahas dengan metode pemberian tugas.
Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berpikir dan kekaryaan dalam bentuk laporan yang baik dalam bentuk tulisan atau dapat mempresentasikan apa yang dikerjakan. Pemberian tugas bagi peserta didik dapat bentuk tugas individual atau bentuk kelompok. Hal ini tergantung dari bobot dan penyebaran materinya. Pelaksanaan tugas dapat dilakukan di ruang kelas, laboratorium, di perpustakaan bahkan jika tugas belum selesai dan tuntas dapat dilanjutkan di rumah.

Prosedur Metode Pemberian Tugas
Metode tugas ini akan efektif dan memberi motivasi kepada peserta didik, jika pemberian tugas ini diberi petunjuk jelas proses kerjanya. Prosedur pelaksanaan tugas bagi guru dalam metode ini adalah, sbb:
(1). Menentukan topik materi pembelajaran yang akan dikerjakan.
(2). Merumuskan tujuan yang jelas tentang tugas yang diberikan
(3). Menentukan tempat dan alokasi waktu mengenai tugas yang akan dikerjakan.
(4). Memberikan petunjuk yang jelas mengenai tugas yang akan dikerjakan, tentang:
(a) pokok persoalan yang akan dikerjakan
(b) ruang lingkup atau cakupan materi yang perlu dikerjakan
(c) format atau kertas kerja sebagai petunjuk pelaksanaan tugas
(d) format dan sistematika pelaporan yang harus disampaikan.
(5). Memberikan motivasi bimbingan dan arahan pada saat proses kerja berlangsung
(6). Memberikan pengawasan dan evaluasi hasil kerja.

d. Metode Diskusi
Diskuis adalah pembicaraan yang dilakukan dua orang atau lebih untuk membahas suatu masalah yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dengan landasan berpikir dan beragumentasi secara ilmiah, dan akhir dari pembahasan tersebut menghasilkna suatu kesimpulan. Diskusi digunakan sebagai metode pembelajaran sebanarnya sangat baik untuk merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dan melatih ketrampilan berbicara serta melatih keberanian untuk berpendapat.
Metode ini digunakan juga tidak dapat berdiri sendiri, ceramah guru memegang peran peting saat menentukan aturan-aturan dan tata cara diskusi, metode tanya jawab, pemberian tugas ikut mewarnai dalam proses diskusi. Diskusi sebagai sebuah metode sebenarnya sudah menjadi kebutuhan dalam proses pembelajaran modern dalam rangka untuk menggali ide, gagasan dan solusi permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan kita. Sebenarnya pengertian diskusi sebagai sebuah metode pemecahan masalah, ada jenis atau nama lain yang berupa seminar, lokakarya, simposium, sarasehan, rapat, musyawarah dan sejenisnya.

Langkah-langkah Metode Diskusi
Agar metode diskusi ini dapat mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran, maka seorang guru harus mempersiapkan rancangan yang jelas. Tahap-tahap prlaksanan metode diskusi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1). Persiapan:
(a) menentukan materi atau topik yang didiskusikan
(b) menentukan rumusan tujuan yang jelas tentang arah diskusi
(c) menentukan peserta dan pembentukan kelompok dan organisasinya
(d) menentukan tata tertib dalam pelaksanaan diskusi
(e) menentukan formasi tempat diskusi
(d) menentukan alokasi waktu yang tersedia dalam diskusi.
(2). Pelaksanaan
(a) penjelasan dan pengarahan dari guru mengenai pelaksanaan diskusi
(b) pembagian peran diskusi, yaitu penunjukan modetaror dan notulis dan anggota diskusi
(c) pembcaan tata tertib diskuis oleh pimpinan diskusi
(d) pembagian tugas presentasi, dan pengenalan pemeran diskusi
(d) pelaksanaan proses diskusi dengan memberikan kesempatan semua peserta diskusi untuk ikut memberi sumbangsih pemikiran dalam pemecahan masalah disksusi.
(e) pencatatan semua proses dilakukan oleh notulis atau sekretaris diskusi
(f) membuat keswimpulan hasil diskusi yang dibacakan oleh moterator

(3). Evaluasi dan tindak lanjut
(a) pemberian komentar oleh guru mengenai proses diskusi yang sudah berlangsung.
(b) membuat rumusan kesimpulan hasil diskusi untuk dijadikan sebagai laporan

e. Metode Karyawisata (Field-trip)
Kata karyawisata adalah kata majemuk yang terdiri dari karya dan wisata. Karya berarti bekerja atau melakukan kegiatan yang menhsailkan produksi dari hasil kerja. Sedang wisata adalah bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan dengan bersenang-senang. Jadi karyawisata berarti melakukan bepergian atau perjalanan secara bersama-sama (rombongan) menuju suatu objek atau tempat yang mempunyai nilai sejarah atau nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan pelajaran untuk dicatat atau ditulis. Kegiatan karyawisata tidak hanya sekedar bersenang-senang semata, tetapi kegiatan ini ada unsur bekerja atau berkarya setelah pulang dapat dilihat hasilnya dalam bentuk laporan hasil kerja.
Karyawisata dijadikan sebuah metode dalam pembelajaran, mempunyai muatan psikologis ada unsur kesenangan, tetapi tetap dalam koridor dan bingkai belajar dan bekerja.
Metode karyawisata sangat baik dan efektif untuk dapat mengembangkan daya imajinatif peserta didik. Karena metode ini dilaksanakn dengan landasan tujuan agar peserta didik mengamati atau melihat langsung kejadian alam atu peristiwa yang ada di luar kelas/sekolah, tentang keanekaragaman dan keagungan ciptaaan Tuhan. Peran guru dalam metode ini sangat penting artinya, jika sebelum pelaksanaan dapat menjelaskan tentang konsep dasar apresiasi tentang makluk hidup ciptaan Tuhan.
Dalam pemilihan metode ini, guru dituntut jeli untuk mengangkat tema atau topik yang sesuai dengan target tujuan yang ingin dicapai. Karya wisata dilaksanakan haruslah bertujuan pembelajaran untuk menggali ilmu pengetahuan dan nilai-nilai sosial budaya, seni, serta bidang-bidang lain yang terkait dari objek wisata yang dikunjungi. Salah, jika karyawisata dilakukan hanya sekedar rekreasi dan mencari hiburan-kesenangan nafsu.
Penentuan pilihan, karya wisata sebagai suatu metode, membutuhkan proses dan persiapan yang matang. Prosedur pelaksanaannya, menggunakan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut.
(1). Perencanaan, meliputi:
(a) penentuan materi pembelajaran dan objek wisata yang akan dituju
(b) penentuan jumlah peserta didik yang ikut
(c) penentuan pembiayaan,
(d) penentuan tranfortasi dan perlengkapan.
(2). Pelaksanan, meliputi :
(a) pengarahan dan pembimbingan mngenai tugas yang dilaksanakan peserta didik
(b) pengamatan dan pencatatan mengenai objek materi yang ditugaskan,
(c) pengidentifikasian dari hasil pengamatan dan pencatatan objek.
(d) menggali sumber informasi dan konfirmasi kepada pengelola objek wisata mengenai bidang atau bahan yang diamati dan dicatat tersebut.
(3). Penilaian dan tindak lanjut, meliputi :
(a) penyusunan hasil dalam bentuk laporan kegiatan tertulis dan presentasi lisan.
(b) membuat rumusan kesimpulan tentang objek tersebut untuk dijadikan sumber pembelajaran selanjutnya.

f. Metode Role Playing (Bermain Peran)
Role playing adalah metode yang mangacu pada bermain peran. Dalam istilah lain metode ini disebut juga sosiodrama. Dalam konsep metode ini, proses pembelajaran melibatkan peserta didik langsung untuk melakukan sebuah peran kehidupan. Pengertian peran berarti melakukan imitasi atau peniruan sebuah aktifitas kehidupan manusia dalam melakukan sesuatu.
Peran dan tugas guru dalam penggunaan metode ini tidak ringan. Guru tidak hanya sekedar memberi perintah kepada peserta didik untuk melakukan peranan tanpa ada petunjuk yang jelas. Penggunaan metode ini justru sangat sulit dan membutuhkan konsep dan persiapan yang matang. Konsep berpikir dan ketrampilan khusus untuk merancang matrei yang tepat dan sesuai dengan peran apa yang akan ditampilkan atau yang diperankan.
Dalam dunia intertaimen, seperti film, sinetron, teater, sandiwara, drama atau advertensi (bentuk periklanan), sebelum para aktor dan aktris memerankan peran, maka mereka harus menguasai teks naskah alur cerita yang disebut dengan skenario. Proses terjadinya skenario ini awalnya harus ditulis terlebih dahulu, maka dalam hal ini guru harus menguasai dalam bidang penulisan ini. Selain itu guru juga harus mengusai bidang akting, karena guru dalam metode ini juga berperan sebagai sutradara, sebagai pengatur laku.
Guru dalam proses pembelajaran dalam metode ini, memang dituntut lebih profesional, tidak hanya penguasaan materinya tetapi harus mampu menjadi penulis skenario dan sutradara. Ini berati guru tidak hanya sekedar sebagai penonton peranan, tetpi terlibat langsung dalam proses kegiatan yang sebenarnya.
Untuk dapat melaksanakan proses pengajaran ini, maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
(1). Materi pembelajaran yang akan diajarkan hendaknya yang dapat tunjukkan dengan peran.
(2). Peserta didik yang ditunjuk adalah yang mempunyai kemampuan untuk bermain peran (mempunyai ketrampilan dalam bakat akting) dan mempunyai sikap mental tidak demam panggung.
(3). Alokasi waktu yang tersedia cukup banyak.
(4). Adanya tempat yang representatif untuk penampilan, idealnya ada teater (panggung) yang dapat ditonton oleh peserta lain.
(5). Adanya naskah tulisan (skenario), sebgai pedoman peran mengenai alur kegiatan.
(6). Adanya pengatur laku (sutradara) untuk mengatur jalannya proses bermain peran
(7). Dibutuhkan latihan sebelum bermain peran.
Untuk memudahkan dan melancarkan proses pelaksanaan metode role playing, perlu diatur dengan prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut:
(1). Menentukan materi yang akn diajarkan.
(2). Membuat teks tulisan atau skenario
(3). Menunjuk peserta didik yang akan bertugas untuk bermain peran
(4). Melakukan latihan yang terencana dengan baik, sebelum tampil.
(5). Melakukan penampilan atau pementasan dengan urutan kegiatn sebagai berikut:
(a) mengatur tempat atau posisi pemain dan penonton (peserta didik yang tidak terlibat).
(b) melakukan penampilan sesuai dengan peran yang sdah ditentukan.
(c) Peserta mengamati dan atau menonton derngan tugas memberi penilaian dan apresiasi.
(6). Guru meakukan pengawasan dan penilaian serta memberi komentar apa yang dilakukan oleh pemain peran.

g. Metode Simulasi
Simulasi meurut kamus Bahasa Indonesia diartikan metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesugguhnya. Arti yang lain adalah penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistik atu pemeranan. Dari bahasa Inggris simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Simulation yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja.
Simulasi menjadi sebuah metode pembelajaran dalam dunia pendidikan, prinsip dasar penggunanaan hampir sama dengan metode role playing. Metode simulasi adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan pembelajaran dengan aktifitas perbuatan yang bersifat kepura-puraan, atau berbuat seolah-olah untuk menirukan peran perbuatan orang lain dalam bentuk tingkah laku seolah-olah menjadi seseorang yang sebenarnya.
Kata simulasi menjadi istilah terkenal di Indonesia, untuk memasyarakatkan PANCASILA, dikenal dengan simulasi P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Metode simulasi diterapkan dalam proses pembelajaran akan memberi makna yang cukup banyak, jika guru mampu memberdayakan peserta didiknya untuk memerankan prilaku seseorang yang terkenal dalam proses sejarah kehidupan orang-orang berjasa, dalam semua bidang kehidupan. Metode ini lebih menekankan pada penerapan atu aplikasi dari tindakan atau perbuatan untuk ditirukan, baik berupa penuturan dan pemikirannya untuk dijadikan rujukan nilai-nilai kehidupan yang positif.
Mengenai bentuknya, menurut Sudjana (1987:90), disebutkan ada beberapa bentuk simulasi, yaitu:
(1) Peer teaching, yakni latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada temn-teman calon guru.
(2) Sosiodrama, yakni bermain peranan yang ditunjukkan untuk menentukan alternatif pemecahan maslah sosial. Tujuan sosiodrama adalah agar siswa dapat menghargai dan menghayati perasaan orang lain, memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa.
(3) Psikodrama, yakni bermain peranan yang ditujukan kepada siswa, agar memperoleh pengalaman yang kebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep sendiri dapat menyatakan reaksinya terhadapt tekanan yang menimpa pada dirinya. Dengan demikian psikodrama dilakukan untuk maksud terapi; masalah yang bersifat psikologi.
(4) Simulasi game, yakni bermain peranan; para siswa berkompetisi untuk mencapi tujuan tertentu melalui permainan dengan memenuhi peraturan yang ditetapkan.
(5) Role playing; yakni bermain peranan yang ditujukan untuk mengkreasi kembali peristiwa masa lampau, mengkreasi kemungkinan masa depan, mengekspose kejadian masa kini dan sebagainya.
Dalam proses pembelajaran simulasi guru, harus mempunyai kemampuan khusus dalam penentuan materi yang dapat disimulasikan. Selain itu juga guru mempunyai ketrampilan khusus untuk membuat papan permainan (beberan) dan skenario proses pembelajaran. Praktek simulai akan menjadi metode pembelajaran yang menarik apabila diperankan oleh peserta didik yang cerdas dan kreatif.

Langkah-langkah Metode Simulasi
Untuk menerapkan metode simulasi, sangat diperlukan persiapan yang matang dan kelengkapan media yang cukup. Hal ini kalau simulasi mengacu pada jenis-jenis simulasi di atas. Metode yang sederhana, hanya sekedar memerankan prilaku atau perbuatan orang, yang hanya berperan pura-pura dan seolah-olah menjadi orang-orang sumber, maka dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut;

(1) . Langkah Persiapan
(a) Penetapan materi pembelajaran yang dapat disimulasikan.
(b) Perumusan tujuan yang jelas tentang apa yang ingin dicapai.
(c) Pembuatan perangkat media pembelajarannya, bentuk beberan dan dadu lemparan pesan.
(d) Penentuan dan pemilihan peserta didik yang akan memainkan peran.
(e) Penentuan tempat dan waktu pelaksanaan simulasi

(2). Langkah Pelaksanaan
(a) Pemeran menempatkan diri pada posisi melingkar mengelilingi beberan yang tersedia, dan penonton (peserta didik yang tidak ikut bermain peran), di belakang pemain peran.
(b) Pemeran melakukan pembagian tugas sesuai dengan peranan yang telah ditetapkan dalam skenario simulasi
(c) Pemain peran melakukan kegiatan dengan cara memulai melempar dadu yang menunjukkan angka pesan dalam kolom beberan.
(d) Pemain peran membacakan pertanyaan atau pernyataan yang tertulis dalam kolom pesan.
(e) Pemain peran lainnya yang sesuai dengan bidangnya (orang sumber) menjawab atau memberi penjelasan apa yang menjadi pertanyaan yang dibacakan tersebut.
(f) Penonton dapat ikut menjawab jika dibutuhkan untuk membantu menjawab atau ikut memberi saran dan pendapat, yang sesuai dengan topik masalah yang dibicarakan.
(g) Pemain peran membuat kesimpulan apa yang dibicarakan tersebut. dalam simulasi
(3). Langkah Pengawasan dan Evaluasi
(a) Guru memberi penjelasan atau pengarahan tentang apa yang sudah dilakukan oleh pemain peran (peserta didik).
(b) Guru memberi penilaian atas proses pelaksanaan simulasi yang dilaksanakan.
Metode ini jarang dilakukan oleh guru, karena memang agak sulit dilakukan. Faktor penyebab , diantaranya pertama karena guru tidak siap untuk merumuskan materi simulasi dan mempersiapkan alat bantu yang digunakan simulasi, kedua peserta didik yang ditunjuk banyak yang tidak siap. Padahal kalau metode ini dilakukan peserta didik akan mempunyai pengalaman belajar langsung apa yang dilakukan, walaupun sifatnya berpura-pura menjadi.... (misalnya presiden, petani, guru, dokter, politikus dsb).

g. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Demontrasi diambil dari kata Inggris yaitu demonstrate yang berarti menunjukkan, membuktikan , memperlihatkan; mengadakan demonstrasi. Demonstration berarti pertunjukan. Dalam kamus bahasa Indonesia, demonstrasi diartikan peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Sedangkan eksperimen adalah percobaan.
Demonstrasi dan eksperimen dijadikan sebuah metode pembelajaran mengandung pengertian bahwa metode yang digunkan untuk menunjukan, memperlihatkan atau percobaan tentang suatu aktifitas kegiatan untuk membuktikan sebuah teori apakah betul atau sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran langsung atau mencoba dengan kemampuannya sendiri untuk mengetahui dan membuktikan tentang proses kerja atau proses terjadinya sesuatu yang didasarkan pada landasan teori keilmuan. Dalam konsep pembelajaran ini, guru dapat mengarahkan peserta didiknya untuk melakukan aktifitas riil dan berbuat secara nyata dalam peragaan, misalnya mata pelajaran Agama Islam mengenai bab shalat. Peserta didik setelah mengetahui cara-cara shalat, baik gerakan dan bacaannya, maka ini dibuktikan dengan peragaan riil, mulai takbiratul ihram sampai salam. Dalam semua pelajaran yang ada unsur prakteknya dapat dilakukan dengan metode demonstrasi dan eksperimen.
Metode demonstrasi dan eksperimen dapat dilakukan dengan proses atau langkah-langkah sebagai berikut:
(1). Menetapkan topik atau materi pembelajaran yang membutuhkan praktek pembuktian.
(2). Merumuskan tujuan melakukan demontrasi dan eksperimen.
(3). Menyiapkan bahan atau alat-alat dan tempat yang digunakan dalam demontrasi dan eksperimen.
(4). Menetapkan peserta didik yang membantu mendemontrasikan dan mengeksperimenkan materi yang sudah ditetapkan.
(5). Menyuruh peserta didik yang lain untuk mengamati dan memperhatikan apa yang didemonstrasikan temannya, dan pada gilirannya disuruh ikut mencobanya,
(6). Memerintahkan kepada peserta didik untuk menanyakan apabila ada yang belum dipahami.
(7). Mengadakan pengawasan dan penilaian dari proses kegiatan demonstrasi dan eksperimen yang dilakukan peserta didik.
(8). Memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari materi-materi yang dapat didemonstrasikan dan dieksperimen secara individu maupun berkelompok.


h. Metode Problem Solving
Problem Solving adalah pemecahan masalah. Problem solving digunakan sebagai metode dalam proses pembelajaran adalah bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan bantuan proses berpikir. Sebenarnya problem solving merupakan bagian dari alat atau cara untuk penggalian teori keilmuan. Problem solving dianggap sebagai suatu cara yang sangat efektif untuk latihan berpikir, maka agar peserta didik mempunyai daya kreatifitas dalam berpikir, tidak ada jeleknya kalau problem solving dijadikan salah satu dalam metode pembelajaran.

Langkah-langkah pelaksanaan Metode Problem Solving:
(1). Menetapkan masalah atau materi yang mengandung problem yang dapat dipecahkan.
(2). Membuat rumusan yang jelas tentang permasalahan yang akan dipecahkan.
(3). Mencari landasan teori yang digunkan sebagai dasar pemecahan masalah.
(4). Mencari sebuah rumusan pertanyaan yang memancing munculnya permasalahan.
(5). Merumuskan jawaban sementara atas pertanyaan yang dijadikan acuan permasalahan.
(6). Mencari alternatif pemecahan masalah yang paling tepat dan sesuai dengan pokok permasalahan.
(7). Merumuskan kesimpulan dari usulan dan jawaban-jawaban yang paling rasional.

10. Metode-metode Pembelajran lainnya masih banyak jenisnya, antara lain metode pemberian tugas (resitasi), metode kerja kelompok (team teaching), metode latihan (dril), metode manusia sumber (resource person), brains storming group (curah gagasan kelompok),metode studi kasus dan lain-lain.

IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ http://www.inisnujepara.ac.id/
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs7@gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar