Rabu, 15 April 2009

GABUNGAN IDE, MUNCUL BAKAT KREATIF
Oleh: Maswan

Untuk memperjelas perspektif, mari kita sekali lagi memperhatikan proses pemecahan masalah secara kreatif, berkenaan dengan prosedur di bawah ini, yaitu :
Penciptaan fakta, yaitu uraian masalah mengenai pengetahuan dan penjelasan permasalahan.
Penciptaan ide, yaitu memikirkan ide-ide sementara sebagai pengarah. Dalam hal ini juga termasuk pengembangan ide, yaitu pemilihan ide terakhir, penambahan unsur-unsur penunjang dan pemrosesan ulang dengan mengadakan modifikasi, kombinasi dan lain-lain.
Pencarian cara pemecaha, yaitu evaluasi mengenai pembuktian kabenaran cara pemecahan sementara dengan tes atau non tes. Juga adopsi untuk penentuan dan penerapan cara pemecahan yang telah teruji. Setelah menyelesaikan kedua fase yaitu evaluasi dan adopsi dari pencarian fakta, sekarang kita sampai pada pencarian ide yang merupakan bagian dari pemecahan masalah yang paling sering terlupakan.
Dalam hampir semua kegiatan oemerolehan ide, bakat yang sering memainkan peranan utama adalah bakat penggabungan ide, atau kadang disebut sebagai associationism (asosiasi) atau reintegrasi (mengaitsatukan kembali).
Penemuan ini mencocokan imajinasi dengan memori dan sebab-sebab suatu ide terangsang kemunculan ide-ide yang lain. Plato dan Aristoteles menekankan hal itu sebagai prinsip pokok dari unsur psikologis manusia.
Bagi kita yang dorongan imajinasinya kuat dan pikirannya terisi dengan baik, asosiasi ini dapat bekerja lebih keras. Semakin kuat ingatan, semakin besar kemungkinannya untuk menuju proses asosiatif.
Asosiasi mempuyai peranan penting dalam faktor kebetulan dari kreatifitas. Sambil merenungkan cara kerja rantai pikiran.
Hukum Asosiasi
Kita mengenal tiga hukum asosiasi, yaitu perhubungan, persamaan dan kekontrasan. Hubungan (contiguity) dimaksudkan adalah sesuatu yang berhubungan dekat, seperti kita melihat sepatu bayi mengingatkan kita pada bayi. Persamaan (Similarity) dimaksudkan adalah sesuatu yang kita lihat seolah-olah hampir sama, semisal kita melihat gambar seekor singa akan mengingatkan kita pada kucing. Sedang kontras (contrast) dimaksudkan adalah sesuatu yang menimbulkan perlawanan atau bertentangan, misalnya kita melihat orang kerdil mungkin mengingatkan kita pada orang raksasa. Tentu saja masih banyak prinsip-prinsip asosiasi yang lainnya, tetapi ketiga prinsip tersebut tetap dianggap sebagai prinsip dasar asosiasi.
Asosiasi dapat bekerja dalam berbagai cara. Gaya bahasa memberikan persamaan dan mungkin memberikan penjelasan pada tindakan yang merupakan kebalikannya. Tentu saja, persamaan merupakan hukum asosiasi yang utama, dan kiasan merupakan bentuk perumpamaan yang paling sederhana yang didasarkan pada kesamaan. Setangkai lilin yang anggun mungkin mengingatkan kita pada gadis kecil. Kita mungkin akan dapat berkata dalam kiasan, ”Yuyun bagaikan setangkai bunga”.
Metafora juga mengisyaratkan kesamaan. Sandiwara menyajikan kehidupan secara utuh dari lahir sampai mati, dan ini mengingatkan kita pada kehidupan di dunia ini. ”Dunia panggung sandiwara”, barang kali bunyi metafora. Dengan melihat orang tua bermuka keriput, mengingatkan kita pada kematian, dengan menggunakan personifikasi, kita menyebut kematian dengan ”Malaikat maut”. Demikian juga halnya dengan alegori, fabel dan cerita perumpamaan, semuanya didasarkan pada kesamaan. Semua ini sasarannya hanya untuk membuat kita membawa pikiran-pikiran lain ke dalam otak kita, baik secara langsung maupun secara moral.
Asosiasi bekerja melalui pengidentifikasian sebagian saja, dan hal ini juga merupakan dasar bagi sedikitnya dua gaya bahasa. Jika satu bagian menyatakan keseluruhan, seperti dalam, ”the hand that rock the cradle the world = tangan yang mengayun-ayunan bayi mengatur dunia”, gaya bahasa ini disebut sinekdot, ketika kita melihat sebuah ayunan bayi dan kita memikirkan seorang ibu, ini merupakan asosiasi dengan pengidentifikasian sebagian saja. Jika satu kata menerangkan yang lain, seperti dalam, ”the pen is mightier than the sword = pena lebih tajam dari pedagang”, gaya bahasa ini disebut metonimy.
Asosiasi juga lebih banyak bekerja melalui bunyi daripada melalui kata-kata, dan dalam hal ini persamaannya onomatopae. Kita sewaktu mendengarkan musik yang biasa dimainkan oleh si istri dimasa pacaran, dan memikirkan hari pernikahan. Disini kita masih melihat adanya asosiasi.
Beberapa gaya bahasa yang lain, didasarkan pada kekontrasan, yang ditulis Aristoteles sebagai hukum asosiasi ketiga. Dalam gaya bahasa ironi, kita menggunakan kebalikan dari apa yang akan kita nyatakan, seperti dalam ”A. Loud mouth is never wrong = si mulut besar tidak pernah keliru”. Begitu juga, asosiasi bekerja dengan kekontrasan, seperti ketika kita sedang berjumpa dengan orang yang ribut, kita teringat pada orang yang diam dan tenang. Antitesis adalah gaya bahasa yang kontras lainnya, pasangan kata-kata yang berlawanan, seperti dalam, ”what’s mine is yours, and what’s yours is mine = milikku adalah milikmu dan milikmu adalah milikku”.
Hiperbola memerlukan penyangatan yang disengaja, dan biasanya menggelikan. Seperti dalam kata-kata, ”Tumpukan salju tertimbun setinggi menara”, dan jawabnya mungkin, ”Tentu saja salju yang ada diujung menara”. Demikianlah, rangkai penyangatan, rangkaian pikiran si penulis membawanya pada suatu gambaran kata yang tidak masuk akal, tetapi penuh kegembiraan.
Langkah-langkah Proses Kreatif
Walaupun fakta fisik lebih mudah diungkapkan, dibanding dengan fakta psikis, tetapi tidak seorang pun mengetahui dengan pasti bagaimana bayi dilahirkan. Jadi tidak heran jika kita tetap kebingungan mengenai bagaimana ide-ide dicetuskan. Mungkin tidak satupun dari proses yang gaib ini dapat benar-benar difahami. Karena alasan inilah maka prosedur kreatif tidak akan pernah mungkin dirumuskan secara tepat.
Untuk menentukan proses mental dari kreasi matimatis, dapat dilakukan secara tepat, hanya dengan jalan memadukan unsur-unsur nyata dan tepat sifatnya. Hampir semua problem yang non matimatis dipenuhi dengan ketidakpastian dan berbagai variabel. Ini merupakan alasan lain dari mengapa prosedur kreatif, tidak dapat dibuatkan metodenya secara baku.
Untuk itu kita yang telah mempelajari dan mempraktekan kreatifitas, menyadari bahwa proses kreatif itu tidak harus merupakan suatu stop-anf-go, operasi yang boleh menggunakan sembarang cara, suatu proses yang tidak dianggap cukup tepat untuk dimasukkan dalam tingkat ilmiah.
Dalam praktek yang sebenarnya, kita dapat memulai pencarian pada saat sedang melakukan persiapan. Analisis dapat menuntun kita langsung menuju pada penyelesaian. Setelah masa inkubasi, kita dapat mulai menggali fakta lagi yang pada saat awal tidak mengetahui, bahwa ternyata membutuhkannya.
Setiap kali, kita harus mengubah langkah. Kita mendorong kemudian meluncur, dan setelah itu menekannya lagi. Dengan mengendalikan kesadaran, kita dalam mencari tambahan fakta dan ide sementara, berarti kita sudah cukup kuat mengkonsentrasikan pikiran dan perasaan kita untuk mempercepat otomatisasi asosiasi, dan tetap membuatnya mampu menampung lebih banyak ide lagi. Jadi, melalui usaha yang sungguh-sungguh secara tidak langsung, kita mengurangi penerangan yang kurang.
Pengumpulan ide-ide sementara merupakan bagian yang sangat penting dari setiap kerja problem solving, apakah itu dalam proses pembuatan obat baru atau dalam memperbaiki tingkah laku seorang anak, kita hampir selalu memikirkan sejumlah ide yang tidak terpakai untuk dapat sampai pada satu ide yang dapat digunakan.
Analisis pun tidak dapat dianggap enteng dalam proses kreatif. Dalam banyak kasus, hanya dengan memecah-mecah masalah saja sudah didapatkan penyelesaiannya, atau telah memberikan petunjuk bahwa masalah yang sebenarnya lain, dengan masalah yang akan kita pecahkan.
Fase lain dari proses kreatif, evaluasi memerlukan realisme. Seperti yang diperingatkan Luigi Salvani, ”mudah sekali membohongi seseorang untuk percaya, bahwa ia telah menemukan apa yang dicarinya”.
Jika kita menerapkan pertimbangan sendiri, sebaiknya kita menganalisis penyelesaian dengan menuliskan di kertas, apa-apa yang mendukung dan apa-apa yang tidak mendukung. Tentu saja, kita harus mendapat pertimbangan-pertimbangan dari orang lain. Akan tetapi, metode evaluasi yang paling meyakinkan adalah membiarkan ide-ide itu diulang dan tugas untuk memikirkan cara pengujian yang terbaik itu saja sudah merupakan suatu tantangan yang kreatif.
Mempersiapkan Minat Bekerja
Dalam setiap usaha pemerolehan ide, langkah pertama yang harus ditempuh adalah mempersiapkan menciptakan suatu working moo.
Untuk melakukan hal ini kita harus berusaha sendiri, tetapi ada cara-cara tertentu untuk melakukan itu, dan orang-orang yang sangat kreatif mengetahui bagaimana menggunakannya.
Pada tingkat tertentu, kepercayaan terhadap diri sendiri pun dapat ditimbulkan sendiri. Ada bukti ilmiah, jika berkenaan dengan usaha fisik dalam keterbatasan, kita yakin bahwa kita dapat melakukannya, dan oleh sebab itu, kita dapat melakukannya. Pikiran kita dapat membuat beban yang berat, tetapi tampaknya ringan. Kita mencoba untuk mengangkat benda yang ringan, kemudian mengangkat benda yang tiga kali lebih berat, kemudian benda yang bertanya sedang saja. Walaupun benda yang terakhir ini kira-kira lebih berat 30% dari benda pertama, hampir semua orang yang dites, berpendapat bahwa benda itu jauh lebih ringan dari benda yang pertama.
Sebagaimana pemain baseball yang mengayunkan pentungannya dua kali sebelum melangkah ke plate, perlu kita melenturkan imajinasi, jika mendekati suatu tugas kreatif. Seperti halnya, bagaimana seorang penulis memulai bekerja penulisan idenya. Ada salah seorang penulis yang menjelaskan cara bekerja, sebagai berikut:
”Saya tidak mempunyai cara yang pasti untuk mendorong pikiran kreatif saya, tetapi saya tahu bahwa cara terbaik untuk mendapatkan working-mood adalah dengan menutup pintu kamar dan mencoba meupakan semua hal, kecuali pekerjaan yang sedang saya hadapi. Kemudian saya menarik mesin tik, duduk bersila dan mulai menulis. Saya menulis apa saja yang muncul dalam pikiran saya hal-hal yang gila, tolol, pokoknya apa saja. Saya menyadari bahwa jika saya tidak begitu, saya akan terhambat dan macet. Saya menulis secepat kemampuan saya. Kemudian, setelah beberapa saat, beberapa roda penggerak pikiran yang sebelumnya tidak bekerja mulai berputar, dan jari saya mulai bergerak menekan mesin tik menuliskan huruf-huruf di atas kertas di depan saya lebih lancar seperti sebuah telegram. Ini merupakan cara berat, tetapi inilah satu-satunya cara saya yang saya ketahui”.
Keterbukaan merupakan hal yang sangat penting bagi kreatifitas, sehingga kadang-kadangkita harus menghindari pengaruh-pengaruh yang dapat menutup pikiran kita, sementara kita dalam proses pencarian ide. Mungkin akan lebih mudah bagi
Kadang-kadang kita harus tetap membuka pikiran dengan mengabaikan hal-hal di sekitar, seperti yang dilakukan oleh seorang kepala yang berbakat dari suatu perusahaan besar. Ia membangun keberhasilannya dari kemampuannya mengurangi biaya dengan menurunkan jumlah eksploitas suatu produk. Ia memutuskan untuk tidak akan pernah lagi mengerjakan priblem semacm itu pada saat ia sedang berada di kantor. Sebaliknya ia membawa pulang problem itu. ”Jika saya mencoba megerjakan pemikiran semua itu di pabrik” ceritanya, ”Saya mendengarkan bunyi mesin begitu indah dan melihat produk yang dihasilakannya keluar dengan begitu ancar, dan ini semua cenderung menutup pikiran saya. Selama ada benda yang dijual di toko, yang dapat saya hasilkan dengan kurang dari satu kali pengerjaan, saya memilih untuk membuatnya di rumah, dan pikiran saya dapat melihat dengan lebih jelas”.
Doktor Suits dari General Electric, menekankan untuk membuka pikiran terhadap filsafat seseorang. ”Tetap pertahankan keterbukaan pikiranmu”, dorongnya, ”perhatikanlah signal-signal filsafat Anda dan bilamana Anda menemukan salah satu di ambang kesadaran, sambutlah dengan tangan terbuka. Perbuatan ini tidak akan mengubah Anda menjadi seorang jenius dalam waktu semalam, tyetapi dapat membantu Anda mengumpulkan peti-peti ide yang berharga, yang tersembunyi di balik otak Anda sendiri”.
Tidak Ada Satu Rumusan pun yang Paling Tepat
Dalam banyak kasus, langkah-langkah dalam proses kreatif, seperti yang disebutkan pada bagian terdahulu.
Langkah-langkah itu sebenarnya bukan ilmiah ataupun sebuah formula. Langkah itu disajikan semata sebagai suatu alat bantu dalam memahami beberapa fase dari kreative problem solving.
Banyak daftar lain mengenai langkah-langkah itu yang dibuat orang. Mungkin pendapat yang paling berarti dari daftar itu adalah bahwa daftar yang menyebutkan dua fase dari proses kreatif, yang umumnya memerlukan perhatian yang lebih besar problem definition dan idea finding.
Ideation/ pencetusan ide meupakan ha yang paling terlupakan. Sebelum ini, banyak orang mempunyai kecenderungan untuk memikirkan terlalu sedikit ide-ide sementara sebagai kunci yang tepat bagi penyelesaian problem. Hanya baru-baru ini saja keinginan untuk melipatgandakan alteratif-alternatif mendapat perhatian yang meluas.
Mengenai mengapa bagian idiation dari proses kreatif begitu diabaikan, salah satu alasannya adalah bahwa gangguan yang berasal dari pertimbangan yang muncul bersamaan biasanya dibiarkan menghambat pencetusan ide. Alasan yang lain adalah bahwa kita perlu usaha tambahan untuk memikirkan cukup banyak ide-ide sementara. Sedangkan persiapan dan analisa terhitung hal yang mudah, dan keduanya seperti juga halnya evaluasi terjadi secara ilmiah. Karena hal itu relatif sudah merupakan kebiasaan, maka untuk melakukannya diperlukan usaha yang lebih kecil dibandingkan dengan usaha yang diperlukan dalam ideation.

Maswan, dosen, Pembatu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Kontak person : 081325702426, Email. Maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang.
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara





IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara




Tidak ada komentar:

Posting Komentar