Rabu, 15 April 2009

PENDIDIKAN BAGI MANUSIA
Oleh : Maswan

Sebuah konsep yang kompleks seperti teknologi pendidikan memerlukan definisi yang komplek pula. Teknologi pendidikan merupakan suatu proses yang komplek dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah , mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didesain dan atau dipilih dan atau digunakan untuk keperluan belajar, sumber-sumber belajar ini didefinisikan sebagai pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar (lingkungan). Proses analisis masalah, penentuan cara pemecahan, pelaksanaan dan evaluasi pemecahan masalah tersebut tercermin dalam fungsi pengembangan pendidikan dalam bentuk riset-teori, desain, produksi, evaluasi-seleksi, logistic, pemanfaatan dan penyebarluasan/pemanfaatan, proses pengarahan atau kordinasi satu atau lebih fungsi-fungsi tercermin dalam fungsi pengelolaan pendidikan. Demikian definisi yang dilakukan oleh “Association for Educational Communication and Technology, Definisi Teknologi Pendidikan; 1986”
Kata kunci Dari definisi di atas adalah mengenai teknologi dan pendidikan dengan berbagai aspeknya. Teknologi adalah cara bagaimana agar pendidikan yang dibangun dan dikelola dapat berdaya guna dan berhasil guna. Pendidikan sebagai suatu produk budaya bangsa akan tercermin dalam akar budaya. Akar budaya bangsa tercermin dari filosofi bangsa itu sendiri. Falsafah bangsa Indonesia adalah Pancasila, yang mempunyai referensi Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan muara akhir dari pembangunan, selain menciptakan keimanan dan ketakwaan adalah untuk mewujudkan kepribadian manusia secara utuh.
Menurut, Prof Dr. M. Noor Syam, dalam buku berjudul ”Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, 1983), dikatakan bahwa ide filsafat yang memberi asas kepastian nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia, telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas penyelenggaraan pendidikan. Jadi peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan.
Dalam bentuknya yang lebih terperinci kemudian filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.
Sebelum berbicara teknologi pendidikan dengan berbagai aspeknya, maka pembahasan pada buku ini, terlebih dahulu berbicara pendidikan sebagai kata kuncinya. Target akhir dari pembahasan teknologi pendidikan adalah, bagaimana agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.
Pertanyaan mendasar dengan kata kunci 5 W + 1 H adalah pertanyaan yang akan mendapatkan jawaban lengkap tentang pendidikan dengan segala persoalannya. Apa (what) itu pendidikan? Siapa (who) yang harus dididik?, Mengapa (why) manusia perlu dididik? Kapan (when) manusia harus dididik? Di mana (where) tempat mendidik manusia? Dan Bagaimana (how) cara mendidiknya?

A. Apa Pendidikan itu?
Jawaban dari pertanyaan apa pendidikan, dapat diurai dari terminologi kata pen-didik-an. Asal kata didik adalah dari kata kerja mendidik berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Asal.kata kerja didikan yang berarti (1) hasil mendidik, (2) yang dididik, (3) cara mendidik.
Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan; proses perbuatan dan cara mendidik.
Dari pengertian pendidikan tersebut ada kata kunci yang menjadi objek pembicaraan yaitu manusia. Hal ini berkait dengan pertanyaan siapa yang harus dididik. Manusia yang menjadi sentral pembahasan dalam pendidikan, ia dibentuk agar menjadi dewasa dan dapat memaksimalkan potensi (kemampuan) dasar yang dimilikinya sejak ia lahir ke dunia. Secara psikhis (kejiwaan) setiap manusia yang lahir ke dunia (keadaan normal red) ia mempunyai potensi dasar yang asasi dibawanya yaitu:
1.Potensi pengindraan, berupa penglihatan (mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung), pencecapan (lidah), dan perabaan (kulit).
2. Potensi pikiran (otak),
3. Potensi karsa (kemauan/keinginan),
4. Potensi cipta (gagasan/konsep),
5. Potensi karya (berbuat/bekerja) dan
6. Potensi budi nurani atau hati nurani (perasaan/emosi).
Secara phisik, manusia mempunyai perangkat komponen tubuh yang terlihat kasat mata secara utuh. Struktur tubuh manusia dicipta olah Allah (Tuhan), lengkap dan mempunyai komposisi tubuh yang sempurna, muali dari atas sampai bawah. Bagian atas bentuk kepala dengan kelengkapan komponen yang lain, ke bawah ada leher untuk menyangga kepala, bagian tubuh ada tangan, perut dengan perangkat komponen yang menyertainya. Dan bagian bawah terdapat kekujur kaki dengan perangkat lainnya. Sistem dan struktur anggota tubuh manusia ini, asal muasalnya dari kelahirannya, tidak berdaya apa-apa. Dia dapat tumbuh dan berkembang secara utuh menjadi manusia kuat secara fisik ini, tidaklah serta merta menjadi dapat tanpa adanya sebab. Proses kehidupan mulai dari bayi adalah berkat bantuan latihan, bimbingan, arahan, bantuan dan segala macam daya upaya orang lain, terutama ibu dan bapak yang menjadi penopang kehidupan setiap saat.
Dua potensi besar manusia yaitu phisik dan psikhis dibangun dan dikembangkan secara simultan, terkait satu sama lain yang menjadi satu kesatuan utuh. Manusia mampu dikenal orang lain sebagai manusia, manakala dia mempunyai keunggulan kemampuan pilar phisik dan psikhis cukup baik dan normal.
Perangkat potensi di atas masing-masing manusia pada prinsipnya hampir sama, yang membedakan adalah genetis dari orang tuanya. Semua anak manusia terlahir dalam keaadaan tidak berdaya (tidak punya kemampuan apa-apa) baik secara phisik dan psikhis, kalau menurut pandangan agama anak terlahir dalam keadaan fithtrah (suci bersih) dan dhaif (lemah). Dapatnya berkembang maka potensi dasar itu semua harus diajari, dilatih dan dididik, ditunjukkan, diarahkan, dan dibimbing.

B. Siapa yang harus Mendapat Pendidikan?
Pertanyaan siapa yang harus dididik? Jawabannya adalah semua manusia. Manusia yang terlahir ke dunia ini, berhak mendapat pendidikan. Dalam kerangka sistem pendidikan Nasional Indonesia, maka yang berhak mendapat pendidikan adalah seluruh bangsa Indonesia, tanpa terkecuali. Pengertian siapa yang harus dididik dalam konsep pendidikan nasional, lebih ditekankan kepada manusia, sejak lahir sampai pada masa usia sekolah, sebagai generasi penerus estafet kepenimpinan bangsa.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945, telah disebutkan bahwa seriap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak. Konotasi makna kata layak, adalah mereka (anak-anak) mendapat perlakuan pendidikan yang sesuai dengan ketentuan aturan yang berlaku dalam wadah pendidikan di mana mereka hidup. Di dalam keluarga anak-anak mendapat pendidikan secara informal oleh orang tuanya. Dalam pendidikan keluarga ini, orang tua sebagai guru haruslah dibekali dengan materi khusus bagaimana mendidik anak, berkaitan dengan tata nilai, etika, moral dan prilaku kehidupan keagamaan yang tertanan sejak mulai lahir sampai menjelang dewasa.
Sementara anak juga hidup di lingkungan masyarakat secara luas. Dalam kehidupan bermsyarakat, yang mendidik anak-anak adalah semua orang dewasa (orang tua) yang terlibat dalam komunitas sosial. Orang tua yang disebut sebagai tokoh-tokoh masyarakat adalah sebagai guru yang secara langsung berperan untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan yang berkaitan dengan adat dan budaya setempat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai guru, dalam mendidik anak bangsa, haruslah menjadi contoh teladan. Artinya semua prilaku orang tua baik di dalam rumah dan di luar rumah adalah proses pembelajaran bagi anak dan generasi muda. Dalam konsep sistim pendidikan, menggunakan acuan sistim amongnya Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan anak-anak, memberi contoh tauladan yang baik), Ing Madya Mangun Karso (di tengah-tengah kehidupan anak, memberi semangat/motivasi) dan Tut Wuri Handayani (di belakang anak-anak, memberi arahan pada kegiatan yang positif).
Di dalam pendidikan di sekolah secara formal, yang mendidik adalah semua orang yang perperan dalam penanganan lembaga pendidikan formal persekolahan, salah satunya adalah para guru. Di sekolah-sekolah, mulai dari guru Prasekolah (TK), SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi (PT) yang disebut Dosen, adalah orang-orang yang bertanggung jawab dalam penanganan pendidikan anak-anak bangsa ini. Peran guru atau dosen sangat penting bagi kehidupan pendidikan genenasi muda bangsa ini. Untuk itu, guru-guru di lembaga pendidikan formal haruslah orang-orang yang profesional dalam bidang pekerjaan keguruannya.

C. Mengapa Manusia Perlu Pendidikan?
Jawaban pertanyaan ini, karena manusia dengan perangkat poetensi tersebut tidak akan dapat tumbuh dan berkembang kalau tidak dididik dan dilatih.
Cara mendewasakannya dengan dilatih dan diajari berbagai bidang ilmu pengetahuan dan ketrampilan . Pendidikan dalam konsep yang sangat luas, adalah memberdayakan segala potensi yang dimiliki manusia baik secara jasmani dan rokhani. Pemberdayaannya dengan berbgai pola , teknik, cara, pendekatan, alat dan sarana yang khas dan sesuai dengan perangkat yang dibangun dan dikembangkannya. Untuk melatih agar anak mampu berpikir kritis berbeda cara yang digunakan dalam mendidiknya, dengan melatih anak mulai dapat melangkahkan kaki untuk berjalan. Pendek kata segala aktivitas yang mampu menggerakkan manusia untuk tumbuh dan berkembang, yang asalnya dia tidak mampu menjadi mampu, baik atas bantuan orang lain mapun atas kemampuan menemukan cara sendiri, adalah proses pendidikan.

D. Kapan Manusia Mendapat Pendidikan?
Jawaban pertanyaan ini, adalah sepanjang hayat (hidup). Bahkan pada saat kehidupan di alam rahim ibu sekalipun, manusia sudah mendapat pendidikan dari aktivitas dan prilaku orang tuanya. Dalam konsep sepanjang hayat ini, secara riil dapat dipahami bahwa sejak mulai lahir di dunia, anak mendapat perlakuan khusus dari orang tuanya. Setiap waktu anak kecil yang tidak mempunyai kekuatan kemampuan ini, orang tua terutama ibu sudah mulai membangun sistem pendidikan. Tata cara berperilaku keseharian mulai dari membuang air besar-kecil, minum, makan dan sebagainya. Anak diajari berbahasa, mulai didengarkan kata-kata simbul bahasa ibu, bapak, maem, mimik, ngengek adalah proses belajar.
Waktu berjalan sesuai putaran jam, hari bulan dan tahun, anak manusia terus menerus mendapat perlakuan kependidikan. Umur anak, waktunya mulai sekolah dimasukkan ke lembaga pendidikan formal. Kalau memang ternyata orang tuanya tidak mampu membeayai anaknya di lembaga pendidikan formal sampai ke jenjng tingkat atas, maka anak manusia tersebut belajar hidup di lingkungan masyarakatnya, begitu seterusnya hnigga dia meninggal dunia. Manusia mendapat pendidikan seumur hidup, baik di lingkungan keluarga (informal), di sekolah (formal) dan di masyarakat (nonformal).

E. Di mana Manusia Mendapat Pendidikan?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah, di mana saja manusia dapat belajar. Yang pertama mulai anak mendapat pendidikan adalah di dalam lingkungan keluarga, yang sering disebut dengan pendidikan informal. Tempat yang pertama inilah yang sebenarnya yang paling memberi nuansa anak menjadi tumbuh dan berkembang adalah tergantung dari potensi yang dimiliki orang tuanya. Tempat yang bernama keluarga ini yang menjadi pilar penyangga kekuatan sikap mental, kepribadian, moral dan ilmu pengetahuan anak yang mampu mengantarkan manusia berdaya atau tidak.
Tempat yang kedua adalah lingkungan masyarakatnya. Tempat geografis di mna ia hidup adalah ikut menentukan kekuatan kepribadian, sikap, ketrampilan, mental dan ilmu pengetahuan. Anak yang hidup di lingkungan manusia yang kental dengan nilai-nilai keaganaan, maju dan mempunyai pengatahuan cukup luas, anak akan tuntuh seperti apa yang di alaminya. Anak yang hidup pada lingkungan keluarga atau masyarakat terbelakang akan tumbuh terbelakang seperti lingkungan yang mempengaruhinya. Anak yang hidup dalam alam lingkungan miskin akan terpola pada kehidupan yang cenderung miskin. Begitu seterusnya.
Tempat yang ketiga adalah di lembaga pendidikan formal persekolahan. Di lembaga ini manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu dan pengetahuan sesuai dengan jenjang dan spesialisasi di mana anak sekolah. Hanya persoalannya, tempat ini tidak mampu menampung semua orang yang hanya bermodal keinginan. Di lembaga pendidikan ini ada persyaratan yang harus dipenuhi adalah adanya pembeayaan dana yang harus dikeluarkan. Untuk tempat pendidikan ini, oleh negara Indonesia belum mampu melayani semua warganya. Maka akibatnya pendidikan anak Indonesia ini mengalami deferensiasi dan sesenjangan antara anak orang kaya dengan anak orang miskin. Pertanyaan yang mendasar, kapan tempat ini dapat dihuni oleh semua warga, baik yang miskin maupun yang kaya mempunyai hak dan perlakuan yang sama. Pertanyaan ini menjadi pemikiran kita semua. ***********

Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


Tidak ada komentar:

Posting Komentar