Rabu, 15 April 2009

KAPASITAS DAN FAKTOR PENGARUH KREATIFITAS
Oleh : Maswan

”Siapakah saya ini? Mengapa saya tidak dapat mencetuskan ide kecil sekalipun, padahal sudah saya coba?” Hanya orang yang benar0benar tolol, yang bertanya demikian itu, karena ada banyak sekali bukti yang menyatakan bahwa imajinasi itu sama universalnya dengan ingatan.
Tes-tes ilmiyah mengenai kecerdasan telah memperlihatkan hubungan keuniversalan kreatifitas yang terpendam. ”The Human Engineering Laboratories” melakukan analisa bakat terhadap kelompok montir, dan mendapt kesimpulan bahwa dua pertiganya berada pada tingkat kapasitas kreatif diatas rata-rata. Hsil dari analisa, hampir semua tes psikologi yang pernah dilakukan memberi kesimpulan bahwa bakat kreatif dapat merata tersalurkan. Artinya bahwa setiap orang memiliki bakat itu, hanya tingkatannya saja yang berbeda-beda. Dan daya kreatifitas memiliki perbandingan yang cukup bervariasi dengan hasil kerja mental, jika ditinjau dari bakat alam yang dimilikinya.
Penemuan-penemuan ilmiyah semacam itu menjadi lebih luas lagi dengan banyaknya kasus orang kebanyakan yang mampu menampakkan kemmpuan yang luar biasa. Kebanyakan ide-ide yang baik sebagian besar berasl dari masyarakat umum. Peperangan misalnya, kenyataan telah membuktikan bahwa masyarakat banyak yang kreatif, jika mendapatkan kesempatan untuk itu. Secara harfiah jutaan ide baru telah diberikan oleh orang-orang yng tidak pernah menganggap diri mereka kreatif.
Perang ternyata dapat memacu orang untuk berpikir dan mencetuskan banyak ide dan bermutu, yang memberikn bukti kepad kita bahw setiap orang mempunyai bakt kreatif. Dan setiap upaya yang kita lakukan dapat bermnfaat dalam mengaktifkan bakat.
Bukan dalm keadaan perang saja, dalam bidang seni pun yang namanya kreatifitas bukan hal yang asing lagi. Menurut faktor Usia dalam Kreatifitas.
Pengalaman banyak memberikan ide. Dan orang-orang muda lebih gampang mendapatkan ide, dibanding orang tua. Demikian Plato berpendapat. Apa yang dikemukakan oleh Plato hampir seratus persen benar, bahwa seseorang pad waktu mudanya sangat kreatif, nmunsetelh tua kretifitsny menglmi kemunduran karena dimakan usia. Bagaimana hal itu dapat terjadi? Kadang bakat dan kreatifitas yang begitu jaya waktu muda dapat sirn dan lenyap begitu cepat setelah tua? Jawabnya adalah karena kehilangan upayanya.
Dalam beberapa kasus, bakat dan kreatifitas yang kuar biasa muncul dimasa muda dan kemudian menghilang kembali setelah tua, hal ini biasa disebut sebagai ”keajaiban masa muda”. Tetapi ini kemungkinan bukan merupakan ”precocity” yang mengilhami pendapat Plato. Dan juga bukan merupakan dasar opini yang dikemukakan oleh Oliver Wendell Holmes, jika pada usia 40 tahun anda belum berhsil menuju kemasyhuran, sebaiknya anda bunuh diri.
Terlalu ekstrim pendapat Holmes tersebut. Kenyataannya, tidaklah mutlak kebenarannya, karena banyak diantara kita yang usianya lebih dari 40 tahun dapat berprestasi dan namanya baru dikenal.
Kristensi manusia untuk dapat menelorkan ide dan berkreatif sangat dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki, yaitu indera, pikir dan karsa, juga kekuatan mental ikut mendominasi. Psikolog George Lawton berpendapat bahwa, kekuatan mental manusia tetap berkembang sampai usia 60 tahun. Dari sejak itu, menurut Lawton, kemampuan mental itu menyurut tahap demi tahap sehingga pada usia 80 tahun, kemampuan itu tetap hampir sama baiknya dengan kemampuan kita sejak pada usia 30 tahun. Khususnya, mengenai bakat kreatif, Lawton berpendapat bahwa walaupun orang yang lebih tua mudah kehilangan kecakapan seperti daya ingat, tetapi imajinasi dan kreatifitas tidak memandang usia.
Prof. Harvey C. Lehman mengajukan pembuktian ilmiahnya yang menunjukkan bahwa kreatifitas dapat melawan usia. Salah satu dari studinya yang mengikut sertatakan orang-orang terkenal dalam kehidupan mereka telah mencetuskan ide-ide yang berguna bagi dunia. Dari seribu ide kreatif yang didaftar dapat diketahui bhwa, rata-rata saat timbulnya kreatifitas adalah usia pada usia 74 tahun.
Namun diakui atau tidak, bahwa secara umum memang penemuan ide berkurang pada saat kita bertambah tua. Ini terjadi karena kemungkinan penyebabnya adalah karena hubungan tenaga penggerak. Secara manusiawi memang benar, beberapa orang atau kebanyakan orang mengendur upayanya setelah mendapatkan keberhasilan. Orang-orang yag mempunyai kedudukan yang menyenangkan dan mempunyai harapan untuk menerima pensiunan yang layak akan lebih sedikit menerapkan usaha yang kreatif, dibandingkan dengan orang yang masih merintis jalan menuju keberhasilan.
Di satu sisi, seandainya bakat alam kita tidak dapat berkembang, kreatifitas kita akan tetap berkembang sejalan dengan upaya yang kita lakukan. Hal lain, imajiasi berkembang berkat adanya latihan dan berlawanan dengan kepercayaan umum. Imajinasi itu akan lebih kuat disaat orang telah mencapai msa dewasa dibandingkan dengan dimasa muda.
Faktor Jenis Kelamin dalam Kreatifitas
Kekuatan otot kaum wanita memang lebih lemah dibandingkan dengan otot kaum pria. Namun dalam imajinasi perbandingan ini tidak berlaku. Sebagai bukti dari penelitian yang dilakukan oleh ”Johnson O’Connor Foundation”, menemukan bahwa rata-rata bakat kreatif kaum wanita 25 % lebih tinggi dibandingkan dengan kaum pria.
Lebih lanjut kelancaran mencetuskan ide pada kaum wanita lebih tinggi daripada kaum pria. Hal ini menurut laporan Edwin J. Mac Ewan dari Paterson, New Jersey dari percobaan yang dilakukannya sebagai pengajar bidang studi Creative Thinking disebuah kelas yang terdiri dari 32 orang siswa SMA. Menurut penemuannya, dlam kelancaran ide, murid putri lebih unggul 40 % dibandingkan dengan murid putra.
Kaum ibu biasanya lebih banyak menggunakan imajinasi dibandingkan dengan kaum bapak. Pekerjaan bapak biasanya merupakan pekerjaan rutin, sedang pekerjaan kaum itu hampir setiap jam berbeda dalam setiap hari. Hanya sedikit wanita yang menyadari berapa banyak kemampuan kreatif yang mereka gunakan. Pada saat seorang isteri telah dapat memenuhi kebutuhan suaminya, ia masih tetap berpikir bgaimana caranya untuk tetap dpat membuat suaminya puas. Dn, ia masih mencari dan memikirkan keterampilan yang harus digunakan dlm berbelanja, memasak, memperindah kebun, mengatur perabot rumah tangga dan membuat anak-anaknya patuh padanya.
Tidak ada wanita yang menyangkal bahwa ia ”memeras otaknya” untuk memikirkan hadiah Hari Raya. Hal ini berarti bahwa ia telah menggambarkan dan melaksanakan gambaran itu pada saat ia dikendalikan oleh rasa tanggungjawab dan kasihnya. Sepanjang tahun, sedikit sekali pria yang melakukan lebih banyak pekerjaan yang kreatif dibanding dengan apa yang dilakukan oleh kaum wanita pada waktu Hari Raya, dalam memikirkan hadiah-hadiah baru dan berbeda-beda; untuk suami, anak-anak dan orang lain yang ada dalam daftar keluarga. Tidak jarang, wanita juga memikirkan hadiah-hadiah yang bertuliskan ”Selamat Hari Raya dari Ayahanda”.
Seorang wanita tidak akan menjadikan seorang ibu yang baik, tanpa menggunakan imajinasinya. Ketika anaknya yang bayi tidak mau makan, seorang ibu tidak hanya berhenti sampai pada keadan seperti itu saja. Ia terus berusaha mencari cara agar anaknya mau makan. Naluri keibuannyalah yang mendorong memikirkan apa saja yang akan berguna bagi anak keturunannya.
Banyak suami yang mengetahui dari dekat bagaimana seorang isteri dapat menjadi begitu kreatif, khususnya suami-suami yang termasuk dalam daftar nama dari pasangan suami-isteri yang berhasil.
Akan tetapi, tidak dapat disangkal bahwa pemegang rekor kreatifitas di bidang-bidang yang penting dn prinsip, pria lebih tinggi dibandingkan dengan kaum wanita. Hya baru-baru ini wanita memiliki pelung untuk mengembangkan sayapnya didalm kehidupan kemasyarakat yang lebih luas, yang jaman dulu kreatifitas terbekukan. Seperti yang dikemukakan oleh Dr. Paul Popenos dalam analisinya mengenai perbedaan psikologis antara jenis kelamin yang berbeda, ”Perbedaan-perbedaan ini bukan karena bawaan, dan akan menghilang saat wanita melangkah ke dunia yang lebih luas”.
Riset ilmiah sehubungan dengan pernyataan mengenai hubungan antara kreatifitas dengan jenis kelamin, tidak jawaban yang meyakinkan, peranan jenis kelmin dalam pemikiran kreatif, tidak ada hubungan yang berarti antara angka kreatifitas kepriaan dan kewanitaan.
Dr. G.A. Milton, dari universitas Stanford melakukan penelitian tentang pengaruh jenis kelamin terhadap kecakapan memecahkan masalah. Satu implikasi yang dinyatakan adalah pengaruh dari pria yang maskulin akan lebih cepat memecahkan masalah, dibanding dengan pria yang feminim. Dan demikian juga dengan wanita yang maskulin akan lebih mudah memecahkan masalah dibanding dengan wanita yang lebih mengutamakan peran kewanitaannya.
Faktor Pendidikan dalam Kreatifitas
”Pandai bukan jaminan dalam menghasilkan pekerjaan kreatif. Murid-murid yang berintelgensi tinggi, tidak harus murid yang menghasilkan ide yang benar-benar murni”. Demikian Doktor L.L. Thurstone menyatakan. Permainan kuis, seringkali diarahkan pada kejeniusan. Tidak diragukan lagi permainan itu mendidik kita kearah penggunaan ingatan. Tetapi diragukan apakah kita juga dapat lancar untuk mencetuskan ide?
Menurut tes ilmiah, untuk mengetahui bakat kreatif, sedikit sekali atau bahkan tidak ada perbedaan antara orang terpelajar dan yang tidak terpelajar dari kelompok usia yang sama dalam hal kreatifitas. Pendidikan bukanlah faktor terpenting dalam hal pembentukan kreatifitas. Banyak oarng berpendidikan tinggi, tetapi tidak kreatif; sedang orang-orang yang tidak pernah memcicipi pendidikan formal dapat berkreatif tinggi dan menelorkan ide-ide yang menonjol. Justru dalam hal ini yang penting adalah proses latihan dan melakukan percobaan. Namun kadang banyak sekali dijumpai kasus yakni orang-orang yang tidak berlatih dengan sangat kreatif dapat menciptakan apa yang seharusnya diciptakan oleh orang-orang yang mendapat latihan secara khusus.
Faktor Usaha dalam Kreatifitas
Jika kita sudah sampai pada tingkat ketepatan daya cipta, tingkat pengetahuan dan potensi bakat yang kita miliki tidaklah berperan sepenting kekuatan motivasi atau usaha. Dalam hal ini marilah kita mencoba membayangkan bahwa kita sedang duduk disebuah bangunan gedung tingkat tujuh, dan kita berkata sendiri dalam batin; ”ini pensil dan secarik kertas. Sekarag tulis, dalam waktu singkat (satu menit) apa yang kita lakukan jika mengetahui bahwa bangunan yang kita tempati akan segera roboh karena gempa bumi”., pasti jawaban kita akan berbunyi demikian, maaf kita tidak mempunyai bayangan seperti itu sama sekali”.
Di sisi lain, misalnya kita harus mengatakan hal yang sama agar tampak sungguh-sungguh, misalnya dengan meminta beberapa orang-orang yang pandai bermain sandiwara, untuk berlari-lari ke kantor dan berteriak-teriak, ”cepat gedug ini akan segera runtuh”. Jika kita mempercayai perkataan itu, maka pasti kita akan segera memikirkan satu ide yang muncul secara spontan.
Dari segi fisik, manusia memiliki lebih banyak kecerdasan otak dibanding dengan kapasitas otak yang pernah digunakan. Secara harfiah memang benar bahwa kebanyakan pusat otak manusia seperti pusat-pusat syaraf yang memungkinkan kita dapat berbicara dan membaca ada dua lapis. Pasangan syaraf itu akan tetap tinggal pasip sampai salah satu lapisannya terluka atau sakit. Dan syaraf cadangan kemudian dapat dilatih untuk menggantikan tugas pusat otak yang rusak.
Syaraf yang ada pada otak manusia terlalu kompleks dan bermilyar-milyar sel. Jika kita bandingkan, otak manusia terdiri dari 100 milyar sel, sedangkan komputer digital yang paling maju hanya terdiri dari 100 ribu sel. Maka hanya dengan memperhatikan kesatuan mekaniknya saja, otak manusia mempunyai seribu kali lebih besar dibandingkan dengan mesin elektronik.
Kelompok semut terkenal karena kemampuan organisasinya, padahal sistem syaraf seekor semut hanya terdiri dari 250 sel. Kenyataan ini menunjukkan pada kita, bahwa manusia mempunyai kelebihan dari segala makhluk. Dan secara rasional kita mampunyai kapasitas mental yang jauh lebih besar dari pada yang telah kita gunakan.
Pengaruh keturunan terhadap kemampuan kreatifitas masih tetap dipertanyakan. Dan ligungan juga merupakan faktor yang masih membingungkan. Dengan demikian, faktor usaha dan kemauan keras dari manusia akan menciptakan kreatifitas. Usaha keras akan mampu membentuk kebiasaan, berupa peningkatan kreatifitas kita dengan baik. Seperti yang dikatakan Brook Atkinson, ”kekuatan penggerak” yang ”benar-benar menjadi pembeda ” tingkat kreatifitas bukannya bakat alaminya.***********

Maswan, Dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara




Tidak ada komentar:

Posting Komentar