Rabu, 15 April 2009

Sisi Lemah Guru Profesional:
KETAKUTAN DALAM BERKARYA TULIS
Oleh: Maswan


Gejala psikologis bagi manusia yang bernama takut, memang ada pada sebagian besar manusia. Dalam setiap hal rasa takut ini muncul, dan datangnya terkadang tidak beralasan dan tidak rasional. Mengapa takut? Itu pertanyaan yang harus dicari jawabannya, yaitu dengan cara nengidentifikasi sumber penyebab gejala ketakutan tersebut.
Sekarang ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) lagi gencar-gencarnya untuk meningkatkan mutu guru. Lewat sertifikasi guru dalam jabatan, selain tuntutan kualifikasi akademis, guru harus berijazah S1, juga ada persyaratan lain yang cukup komplek, dan salah satunya adalah harus mampu menulis karya ilmiah. Persyaratan untuk menjadi guru profesional haruslah mampu menulis sebuah karya ilmiah.
Di lapangan, kemampuan menulis bagi guru masih sangat rendah dan menjadi problem massal di setiap lembaga persekolahan. Bahkan yang paling mengenaskan justru guru-guru Bahasa dan Sastra Indonesia, jarang yang mampu menulis (mengarang) secara praktis yang dimuat di surat kabar atau majalah. Mereka (guru Bahasa Indonesia), jika mengajarkan menulis artikel, resensi, berita hanya menerangkan teori menulis, belum sampai pada tataran kekaryaan tulisan.
Lepas dari itu semua, hampir sebagian besar guru yang nota bene mempunyai seperangkat ilmu yang dimilikinya, hanya ditranferkan lewat lisan (ceramah), siswa hanya sebagai pendengar setia. Padahal jika, selain materi pelajaran tersebut diceramahkan, dan juga ditulis maka akan lebih bernilai ganda dan membekas serta dapat didokumentasikan. Dokumen yang bernama tulisan akan lebih tahan lama dan dapat diulang-ulang.
Dasar pemikiran seperti ini, maka selayaknya guru berupaya menjadi pengembang ilmu lewat bicara, juga berkaya tulis. Faktor penyebab mengapa guru tidak dapat berkarya tulis? Banyak hal memang, dan salah satu yang sering muncul adalah rasa takut yang berlebihan, jika ingin memulai menulis. Dan yang menjadi awal penyebab ketakutan adalah bersumber dari ketidakmampuan.bagaimana cara menulis yang baik. Untuk itu, menulis bagi siapa saja, terutama guru yang berkeinginan untuk menjadi penulis, harus berani memulai. Jangan takut salah, karena takut akan menghambat produktifitas.

Ketakutan Identik dengan Ketidakmampuan
Dalam hal ketrampilan berbicara, sebenarnya seseorang mengalami hal yang sama dengan ketrampilan menulis. Seorang yang berani tampil di depan publik sebenarnya ada proses sejarah panjang, hingga meraka berani dan mampu berbicra lancar dan memukau kalau sudah berbicara. Awal tampil didepan publik, rasa takut itu muncul dan kenapa itu bisa terjadi? Karena memang ada beban psikologis yang paling mendasar adalah ketridakmampuan. Selain ketidakmampuan tersebut, masih dibarengi dengan ada anggapan kesalahan yang akan disampaikan. Beban psikologis seperti ini, memang harus dihilangkan, jika kita ingin sukses dalam setiap kita berbuat. Menganggap salah dan tidak mampu sebelum berbuat harus dihilangkan dahulu, kalau kita ingin sukses.
Ada pengalaman yang dapat kita petik dari Natalie Rogers, dalam buku Berani Bicara di Depan Publik (2003:20), sebagai ahli terapi prilaku yang khusus menangani orang-orang yang menhadapi kesulitan tampil di depan publik, cerita serupa sudah ratusan kali saya dengar selama beberapa tahun ini (di dalam sebuah buku yang berjudul The Book of list tertulis, bahwa rasa takut untuk berbicara di depan umum merupakan fobia nomor satu yang paling banyak diderita orang-orang Amerika serikat. Jutaan orang Amerika menghadapi fobia jenis ini). Dengan putus asa, ribuan orang mendaftarkan diri dalam seminar kekuatan bicara. Meraka takut, masalah mereka tidak bisa diatasi, bahwa mereka tidak pernah akan memiliki elemen-elemen yang dibutuhkan untuk bicara di muka publik.. Sebagian kesulitan dari orang-orang yang takut berbicara di depan publik adalah mereka percaya bahwa orang lain yang bisa tampil dengan baik di muka publik--- para potilisi, rohaniwan, guru dan sebgainya—memperoleh kemampuan tersebut secara alami. Meskipun kadang-kadang kita bertemu orang yang memiliki bakat alami untuk tampil di muka publik, tetapi sebagian besar orang memperolehnya melalui kerja keras dan latihan, belajar mengendalikan persaan, mengatasi ketidaknyamanan fisik dan menghadapi pendengar dengan cara yang meyakinkan.
Kasus di atas adalah dialami seseorang dalam kemampuan berbicara di depan orang banyak (publik). Gejala psikologis seperti tersebut, juga dialmi oleh seorang calon penulis yang tulisannya akan dipublikasikan kepada khalayak ramai. Beban psikologis rasa takut dan tidak percaya diri akan menghambat kreatifitas dan pemunculan prestasi. Setiap akan berbuat dihadang dengan perasaan takut, cemas dan ketidakpercayaan diri karena ada anggapan ketidakmampuan mendahului kekaryaannya.

Keberanian adalah Modal Penulis
Sebagai calon penulis, modal awal selain latihan, banyak membaca, tekun, ulet dan tidak gampang putus asa, maka modal kebernian, adalah sangat penting. Keberanian untuk menulis, sebuah persoalan yang perlu dibangun. Keberanian berbuat adalah modal awal yang harus ditampilkan. Orang-orang yang sukses adalah orang yeng berani mengambil keputusan dan menerima resiko yang diputuskannya. Apa benar keberanian merupakan lambang kejayaan seseorang? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini yang tahu adalah diri sendiri. Jika selama ini kita tidak mempunyai rasa keberanian yang melekat pada jiwa kita, maka sebenarnya kita tidak pernah menapak jalan untuk maju.
Selama kita tidak berani berbuat dan melangkah pada suatu pekerjaan yang belum pernah kita lakukan, selama itu juga kita akan berhenti pada putaran dan kubangan sama. Kunci orang sukses salah satunya adalah berani tampil beda dan merubah pola hidup yang dijalani, walaupun kenyataannya pahit dinikmati. Upaya untuk merubah kehidupan baru terasa berat untuk dijalani.
Kebanyakan pada diri kita, terpaku pada kegiatan rutinitas. Kita tidak terlatih untuk menjalani perubahan. Sayang kita ini punya potensi pikir, potensi indra dan potensi karsa, tidak maksimal digunakan. Perubahan hidup itu pasti akan terjadi kalau kita mau berbuat. Hukum causalitas, sebab akibat, aksi reaksi pada setiap gerak laku manusia akan ada. Dari sebab muncul akibat, dari aksi muncul reaksi. Jika kita mampu menciptakan sebab yang baik dan positif akan muncul akibat yang positif. Tepapi jika sebab tidak baik, muncul akibat jelek, maka fungsi pikiran ini yang berbuat menganalisa proses dan mencari penyebabnya.
Dalam kontek pembicaraan ketrampilan menulis sebagai kemampuan berbahasa, perubahan akan terjadi kalau sekarang mencoba memulai berbuat. Menulis akan
memunculkan sebuah perubahan dalam kehidupan kita. Secara psikologis, menulis akan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, nama akan dikenal orang banyak dan jika tulisan kita layak jual, maka akan menghadirkan sumber keuangan. Kita mencoba mengharapkan sesuatu yang nyata dari apa yang kita lakukan. Selama kita tidak pernah melakukan sesuatu, selama itu juga kita dapat berharap banyak dari yang kita lakukan.
Memulai menulis dari tulisan yang sederhana, dikemas dalam satu buku kecil disodorkan kepada pembaca, dengan sikap berani tampil. Inilah karya tulis saya. Dengan berkarya seperti ini, kita belajar berharap sesuatu yang nyata, dan menunggu tafsiran dan penilaian dari orang lain sebagai pembaca. Sebab karya yang kita buat, pembaca akan bereaksi untuk memberi komentar, memberi penilian baik yang positif maupun yang negatif. Kita belajar mempertimbangkan masukan, dan ini dibutuhkan keberanian menghadapi kenyataan. Kalau kenyataannya komentar dan penilaian dari sebuah karya yang masih kecil, dianggap positif dan berharga, maka kita kembangkan dan ditingkatkan proses produksi ide-ide kita. Tetapi apabila sebaliknya, penilain terhadap karya kita kurang positif dan dianggap kurang baik, maka harus diperbaiki, tidak putus asa. Ini akan sukses. Karena, ada pendapat bahwa kesalahan dan kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Nah, yang paling penting agar mampu menjadi penulis karya ilmiah, baik berbentuk artikel, featur,opini dan atau berbentuk buku, maka haruslah berbuat, dengan banyak latihan dan menghilangkan rasa takut memulai menulis. Ingat juga, menulis dapat juga menyembuhkan penyakit stres! Silakan dicoba, jika kita ingin sehat secara psikis.
**********

Maswan, dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara






Tidak ada komentar:

Posting Komentar