Rabu, 15 April 2009

TEORI BELAJAR MENGAJAR
DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Oleh: Maswan

A. Pengertian Belajar dan Mengajar
Belajar dan mengajar adalah berasal dari kata dasar ajar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan terminologi kata ajar sebagai berikut: Ajar yaitu petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Belajar (1) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. (2) berlatih (3) berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Mengajar (1) memberi pelajaran (2) melatih (3) memarahi (memukuli,menghukum dsb) supaya kapok.
Dua kata yang berasal dari kata dasar yang sama, dari ajar menjadi belajar dan mengajar, adalah istilah yang sudah lazim digunakan dalam proses pendidikan persekolahan, terutama di dalam kelas. Interaksi antara guru dan murid dalam pertemuan tatap muka di kelas, disebut proses belajar dan mengajar. Satu rangkaian kegiatan yang bernama belajar mengajar terdapat dua peran, yang pertama murid berpern sebagai objek dan yang kedua guru sebagai subjek. Dalam konsep tradisional, proses belajar mengajar murid sebagai pendengar dan guru sebagai pembicara.
Merujuk dari arti sebuah istilah yang disebut di atas, belajar adalah kegiatan yang berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, yang dilakukan dengan cara membaca dan berlatih agar terjadi perubahan tingkah laku lantaran memperoleh pengalaman yang dilakukan.
Dalam konsep ini, belajar bagi siswa adalah tidak bersifat pasif, tidak sekedar mendengarkan dan menerima secara reseptif apa yang diperolehnya dari guru atau orang lain. Proses kegiatan belajar berarti rangkaian langkah-langkah kegiatan instruksional yang terprogram dalam sistem pembelajaran. Pemahaman belajar berarti melakukan segala aktifitas pembelajaran, yaitu dimulai dari langkah persiapan bahan ajar, sumber, metode dan teknik bagaimana agar pesan atau meteri dapat dikuasai menjadi sebuah ilmu atau pengalaman, akhirnya mampu menilai apakah bahan ajar yang dikaji dapat diterima atau tidak. Sebenarnya proses belajar dalam hal ini tanpa guru pun dapat dilakukan.
Mengajar adalah membri pelajaran kepada seseorang (peserta didik) dengan cara melatih dan memberi petunjuk agar mereka memperoleh sejumlah pengalaman. Dalam proses mengajar ini, terjadi juga rangkaian langkah kegiatan instrusional mulai penyiapan bahan ajar, sumber, metode, teknik dan pendekatan, dengan harapan agar dapat mencapai tujuan yaitu membawa perubahan tingkah laku dan memperoleh sejumlah pengalaman bagi peserta didik yang diajar.
Menurut Nana Sudjana (1987), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar dijelaskan belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru—siswa, siswa—siswa pada saat pelajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses. Interaksi guru-siswa sebagai makna utama proses pengajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebgai subjek dan sekaligus juga sebagai objek dalam pengajaran maka inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbgai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Dengan gambaran konsep belajar di atas, maka proses pengajaran juga harus di arahkan pada pengaturan yang sistematis agar ada relevansinya dengan proses kegiatan belajar. Guru sebagai subjek didik dalam hal ini, memang dituntut untuk memahami acuan dasar yang diinginkan dan kebutuhan peserta didik. Pada hakekatnya proses mengajar adalah guru mengatur, mengorganisir (memenej) semua kebutuhan murid agar dapat menumbuhkan motivasi untuk berbuat dan melakukan aktifitas yang mengacu pada pencapaian tujuan. Dalam konsep pembelajaran modern yang di kemas dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), peran guru adalah sebagai fasilitaor, motivator, adminirtrator (manajer), guidance, evaluator dan sejeninya.
Selanjutnya, menurut Sudjana (1987: 29) Keterpaduan proses belajar siswa dengan proses mengajar guru, sehingga terjadi interaksi belajar-mengajar (terjadinya proses pengajaran) tidak datang begitu saja dan tidak dapat tumbuh tanpa pegaturan dan perencanaan yang seksama. Pengaturan sangat diperlukan terutama dalam menentukan komponen dan variabel yang ada dalam proses pengajaran tersebut. Perencanaan dimaksudkan merumuskan dan menetapkan interrelasi sejumlah komponen dan variabel sehingga memungkinkan terselenggarakan pengajaran yang efektif.
Dalam proses belajar mengajar, menurut konsepsi dasar pendidikan modern, tujuan yang ingin dicapai adalah membangun dan pengembangkan potensi peserta didik. Guru sebagai pimpinan dalam proses belajar mengajar. diharapkan mampu mendesain pembelajaran dengan baik. Desain pembelajaran (instruksional) yang dikemas harus mengacu pada pendekatan sistem. Dan lebih diarahkan pada penerapan teknologi intruksional.
Teknologi Instruksional yaitu sumber-sumber yang disusun terlebih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar yang dikombinasikan menjadi sistem instruksional yang lengkap untuk mewujudkan terlaksananya proses belajar yang bertujuan dan terkontrol. Jenis-jenis komponen yang terlibat dalam sistem pembelajaran, antara lain adalah:
1. Pesan,
Pesan yaitu informasi yang akan disampaikan oleh seseorang (guru- dlm pendidikan) yang dapat berbentuk ide, fakta, makna dan data.
2. Orang
Orang yang dimaksud disini adalah manusia yang bertugas menangkap, menyimpan dan menyampaikan pesan.
3. Bahan.
Bahan yaitu barang-barang atau disebut media dari perangkat lunak yang biasanya menyimpan pesan untuk disalurkan melalui peralatan.
4. Alat
Alat yaitu barang-barang atau disebut media dari perangkat keras yang digunkan untuk menyalurkan pesan yang tersimpan pada bahan.
5. Teknik
Teknik yaitu cara atau prosedur rutin sebagai pedoman dalam langkah-langkah menggunakan bahan, peralatan, orang untuk meyampaikan pesan.
6. Latar/setting
Latar atau setting yaitu lingkungan di mana pesan-pesan disampaikan dan di terima oleh seseorang.

B. Pemahaman Diri Seorang Guru tentang Belajar Mengajar
Dalam mendesain pembelajaran, seorang guru dalam konsep pendidikan modern adalah orang yang profesional dalam bidang pendidikan. Pelaksanaan tugas di lembaga pendidikan, lebih khusus di sekolah dan lebih sempit lagi bertugas di depan kelas berhadapan dengan peserta didik, mengajarkan satu materi pembelajaran (bidang studi). Konsep dasar pemahamn diri sebgai seorang guru yang profesional sudah betul-betul dilekatkan.
Jika ada guru yang masih ragu-ragu pada dirinya, bahwa dia tidak profesional, maka sebaiknya jangan masuk kelas untuk mengajar siswa. Jangan sekali-kali, memaksakan memberi pelajaran pada siswa, karena pasti siswa tidak paham, mengapa? Karena guru sebagai penyampai pesan sendiri tidak memahami apa yang dipesankan. Dan jika dipaksakan mengajar, maka dapat dipastikan guru tersebut tidak mengetahui arah-tujuan, jika mengajar tidak mengetahui arah-tujuan, ya akan tersesat dan menyesatkan siswanya.
Agar pendidikan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka guru benar-benar mempersiapkan apa saja yang akan disampaikan pada siswanya. Idealnya seorang guru sebelum masuk kelas melaksanakan tugas mengajar, harus sudah merancang desain opersional-instruksional. Kerangka berpikir dan konsep pembelajaran benar-benar matang dan siap saji apa saja yang akan disuguhkan. Untuk itu perangkat pertanyaan sudah digali, misalnya, mataeri/pesan apa yang dipilih untuk disampaikan?, pemahaman karakter siswa yang akan mendapat pesan itu bagaimana keadaannya?, Pemilihan dan sumber bahan apa yang dapat mendukung pesan pembelajarannya?, Alat-alat yang digunakan untuk memperjelas pesan apakah sudah sesuai dengan pesan-pesan yang dipilih?, Metode dan teknis yang digunakan apakah dapat mendukung dan memperjelas keterangan yang disampaikan? Dan setting tempat atau ruang kelas yang digunakan keadaannya seperti apa?
Berbagi pendapat tentang teori atau pemberian label difinisi guru dan mengajar. Berbicara megenai pendidikan, pembicaraan guru tidak pernah tertinggal, berbicara guru tidak lepas dari bicara mengajar/mendidik. Ibarat dua sisi dalam mata uang, tidak pernah dapat dipisahkan.
Guru dalam pengertian yang umum adalah seseorang yang melakukan kegiatan pembelajaran (mengajar, merndidik, membimbing, mengarahkan, menunjukkan, melatih, memberitahu, menyarankan, mendorong semangat, mengatur dll) kepada orang lain, dengan tujuan agar orang yang mendapat pembelajaran tersebut, mengetahui seperti yang disampaikannya.
Dalam pengertian tersebut, ada dua unsur penting, yaitu orang yang melakukan disebut guru. dan aktifitas atau kegiatan guru disebut mengajar. Dalam hal ini siapapun yang melakukan kegiatan pembeljaran, disebut guru. tidak terbatas pada pendidikan formal persekolahan. Di rumah dan di masyarakat kalau seseorang melkukan proses pembelajaran kepada orang lain, dia pantas disebut guru.
Guru dalam pengertian khusus, menurut konsep pendidikan nasional, adalah orang yang melakukan kegiatan pembelajaran seperti di atas, dengan tambahan predikat orang yang mempunyai spesifikasi akademis bidang keguruan dengan bukti legalitas IJAZAH dan surat keterangan kewenangan mengajar yang dibuktikan dengan AKTA MENGAJAR. Ijazah keguruan yang dimiliki seseorang dinamakan kualifikasi akademis atau yang disebut keahlian bidang ilmu. Identitas ini yang menjadi ciri khas keprofesionalan seorang guru, yang tidak boleh disandang oleh sembarang orang. Dan sebagai bukti keprofesionalnnya ditandai dengan SERTIFIKAT PENDIDIK.

C. Kualifikasi Guru Profesional
Guru yang profesional dan layak mendapat sertifikat pendidik, menurut konsep pendidikan modern yang diharapkan mampu mengantarkan generasi penerus bangsa yang berkuaitas, adalah guru yang mempunyai kualitas sebagai berikut:
1. Mempunyai kualifikasi akademis, berijazah S1 atau D4
2. Mempunyai pengalaman dalam pendidikan dan latihan sesuai bidang keilmuan.
3. Mempunyai pengalaman mengajar yang cukup lama.
4. Mempunyai kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.
5. Mempunyai kepribadian, sikap mental, akhlak, moral dan etos kerja yang baik.
6. Mempunyai prestasi akademis dalam bentuk kejuaraan, karya-karya keilmuan, mampu. memberi bimbingan kepada teman sejawat dan juga kepada siswa.
7. Mempunyai kemampuan berkarya dan pengembangan profesi dalam bidang karya penulisan, baik karya tulis ilmiah dan penulisan buku-buku ajar, penulisan dalam bidang penelitian, mampu mengembangkan media atau alat pembelajaran dan juga mampu membuat karya teknologi pendidikan.
8. Mempunyai pengalaman dan aktif dalam keikutsetaan pada forum ilmiah, seperti diskusi. Seminar, lokakarya, simposium, workshop dn sejenisnya.
9. Mempunyai pengalamn dalam bidang organisasi kependidikan (jabatan dalam struktur Organisasi di sekolah), dan aktif dalam organisasi kemasyarakatan (sosial).
10. Mempunyai prestasi yang menonjol yang ditandai dengan penghargaan dari pemerintah maupun dari lembga atau instansi terkait.
Sepuluh kretiria persyaratan di atas mutlak harus dimiliki seorang guru, jika pendidikan Nasional ingin dapat mencpai tujuan yang diinginkan, yaitu membentuk manusia untuh. Karena, guru hingga sampai saat ini masih dianggap menjadi ujung tombak pembangunan manusia. Mengapa? Karena guru bekerja dalam bidang pendidikan. Selain guru tidak ada yang peduli terhadap nasib anak bangsa. Inilah taggung jawab berat bagi seorang guru, jika tidak diberi imbalan yang mahal, jangan bermimpi nasib bangsa indonesia ini dapat berubah menjadi baik.
Lantaran tantangan tugas dan kewajiban yang harus diemban begitu kompleksnya dalam proses pendidikan, maka guru selain menguasai persyaratan di atas juga dituntut ketentuan sebagai berikut;
1. Mencintai pekerjaan sebagai profesi, dengan ditandai ethos kerja yang baik.
2. Mempunyai kecerdasan membaca perkembangan kehidupan di sekitar, dengan cara pandai membaca teks tertulis dan membaca keadaan lewat pengindraan dan pemikiran.
3.. Mempunyai kepekaan terhadap masalah yang menimbulkan terhambatnya kemajuan pembelajaran dan pendidikan secara umum.
4. Mempunyai kepedulian terhadap minat dan kebutuhan peserta didik, yang menjadi objek pembinaan dan pengembangan potensi.
5. Mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik, orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat secara efektif.
6. Mempunyai kemampuan untuk mendesain proses pembejalaran di dalam tugas sehari-harinya. Dalam tugas ini guru dituntut ;
a. Menguasai materi sesuai yang ditetapkan dalam kurikulum
b. Mampu mencari dan menggali sumber pembelajaran (baik bahan pustaka mapun sumber yang ada di lingkungan sekitar).
c. Mampu menggunakan alat atau media yang sesuai dengan materi yang diajarkan
d. Mampu menerapkan metode, teknik dan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan alat yang digunakan.
e. Mampu menyusun administrasi pembelajaran yang jelas dan terarah.
f. Mampu memanej dan menggerakkan pengelolaan kelas secara kondusif dan dinamis.
g. Mampu melakukan dan menyusun instrumen evalusai yang baik.

D. Bentuk-bentuk Belajar
Dalam pembahasan teori belajar ini, walaupun konsentrasi pada peserta didik, namun guru tetap mempunyai peran penting, agar siswa terarah dalam belajarnya. Belajar dalam ilmu pendidikan, para ahli berbeda beda dalam mendifinisikan kata belajar. Nasution, dalm buku Didaktik Asas-asas Mengajar (1995:34), belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar membawa sesuatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenal segala aspek organisme atau pribadi seseorang. Karena itu seorang yang belajar itu tidak sama lagi dibandingkan dengan saat sebelumnya, karena ia lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia tidak hanya menambah pengetahuannya, akan tetapi dapat pula menerapkannya secara fungsional dalam situasi-situasi hidupnya.
Proses tentang belajar sebagai proses psikologis, terjadi di dalm diri seseorang dan karena itu sukar diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. Karena proses itu kompleks, maka timbullah berbagai teori.
W.S. Winkel dalam Psikologi Pengajaran (1986:36), bahwa belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubhn dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan niali sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas.
Perumusan tentang belajar seperti tersebut di atas, maka dapat dilengkapi dengan menambahkan, bahwa perubahan-perubahan itu dapat berupa hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama, dapat juga berupa hasil sebgai efek sampingan. Proses belajar dapat berlangsung dengan penuh kesadaran dan dapat juga tidak demikian.
Dalam pembahasan ini tidak mungkin dapat diungkap secara detail mengenai belajar dengan berbagai aspeknya. Sebelum berbicara menganai teori-teori belajar, maka ada baiknya kita ketahui bentuk-bentuk belajar yang perlu diketahui guru dan siswa itu sendiri. Bentuk-bentuk belajar menurut Winkel (1987:39), disebutkan di antaranya adalah, bentuk-bentuk belajar menurut fungsi psikis, yang terdiri atas; belajar dinamik, belajar afektif, belajar kognitif (mengingat dan berpikir), belajar senso-motorik (mengamati, bergerak dan ketrampilan).

1. Bentuk Belajar Nenurut Fungsi Psikis
a. Belajar Dinamik, ciri khasnya terletak dalam belajar menghendaki suasana secara wajar, sehingga orang tidak menyerah pada sembarang menghendaki dan tidak menghendaki sembarang hal. Berkehendak adalah suatu aktivitas psikis yang terarah pada pemenuhan suatu kebutuhan yang disadari dan dihayati. Kebutuhan itu dapat merupakan kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan mengistirahatkan tubuh atau nmendapatkan bahan makanan. Kebutuhan lain berupa kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan akan pengetahuan dan lingkungan hidup yang aman.
Kebutuhan biologis dan psikologis, tersebut akan terpenuhi dengan upaya kesadaran berkehendak. Jika seseorang berkehendak, ada timbul motivasi atau dorongan untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas berbuat. Contoh kebutuhan biologis, yang menghendaki tubuh sehat ada dorongan untuk mencari makanan. Makanan yang dipilih adalah makanan yang megandung khasiat kesehatan dan juga memperlakukan tubuh dengan istirahat yang cukup. Contoh kebutuhan psikologis, yang menghendaki mendapatkan tambahan pengetahuan maka ada motivasi untuk belajar dengan cara banyak membaca.
Berkehendak dan berkemauan pada setiap anak didik yang masih dalam proses pendidikan, jika ingin sukses mempunyai prestasi yang baik , maka tidak serta merta muncul tanpa ada usaha terprogram dan terarah. Setiap berkehendak dan berkemauan keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, haruslah dibarengi dengan aktivitas berbuat, aktivitas berbuat harus juga dibarengi dengan dorongan atau movivasi tinggi untuk mencapai kehendak dan kemauannya (bentuk tujuan hidup).
b. Belajar Afektif, belajar ini mempunyai ciri untuk menghayati nilai-nilai dari objek yang dihadapi melalui perasaan batin dan ekspresi yang wajar dan atau sikap menerima sesuatu dari apa yang dilakukan. Jika seseorang merasakan sesuatu dari objek-objek formal yang dilakukan akan menimbulkan kesan atau sikap, senang dan tidak senang. Contoh yang paling sering dijumpai oleh anak remaja yang berpacaran, memadu kasih antara laki-laki dan perempuan. Pandangan mata kedua manusia ini, awalnya menatap objek sekujur tubuh, saling memandang. Tatapan mata keduanya memenuhi sasaran sampai relung hati dan ada nilai positif , maka muncul rasa senang. Rasa senang tersebut dibalut erat, untuk memiliki, maka kehendak untuk berbuat agar meminbulkan rasa senang lebih mendalam, haruslah dilakukan dengan penampakan objek perbuatan yang menarik perhatain dari keduanya. Timbulnya rasa senang, muncul rasa spesifik seperti gembira, puas, nikmat, simpati, sayang, bahagia, dan sebagainya.
Perpaduan rasa senang yang dialami oleh anak remaja yang berpacaran tersebut, akan berubah tidak senang jika ada orang ketiga yang datang mendekat. Orang ketiga ini ada yang lebih menarik perhatian dari pertautan perasaan keduanya yang sudah terbangun terlebih dahulu. Datangnya orang kegtiga mengusik persaan, muncul rasa tidak senang. Rasa tidak senang tersebut, akan muncul sikap dan rasa cemas, takut, gelisah, jengkel, iri hati, cemburu, marah, dendam, benci dan sebagainya.
Kedua perasaan, senang dan tidak senang tersebut, adalah suatu kenyataan psikologis yang harus diterima. Karena bagaimanapun kedua perasaan tersebut mengungkapkan suatu penilaian dari objek yang ada pada diri manusia, yang keduanya mempunyai sumber energi untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini akan terjadi proses pembelajaran, yaitu bagaimana agar rara senang tetap bertahan, dan menghilangkan rasa yang tidak disenangi.
Aplikasi dari hal tersebut, dalam belajar bagi seorang siswa akan menerima kenyataan dari hasil prestasi nilai belajar setelah tes atau ujian. Jika angka yang diterima baik, akan memunculkan rasa senang, jika nilai jelak akan muncul rasa tidak senang. Fungsi belajar dinamik dan afektif ini, tampak ada keterkaitan, karena setiap kehendak atau kemauan disertai perasaan, dan setiap perasan mengandung dorongan atau motivasi untuk berkehendak dan berkemaun lagi, begitu seterusnya. Perasaan senang dan tidak senang tersebut, bagi peserta didik hakekatnya adalah hasil proses belajar yang dialami dalam hidupnya. Untuk itu, guru sebagai pendidik harus memahami betul keadaan siswanya. Agar anak dapat berkembang dan tidak mengalami gangguan kejiwaannya, maka harus dididik, diarahkan dan dibimbing untuk memahami perasaan yang dialami dengan bentuk ekspressi yang wajar.

c. Belajar kognitif, ciri khusus belajar ini adalah penangkapan objek yang dihasilkan dari pengindraan. Alat indra (penglihtan, pendengran, penciuman, pencecapan dan perabaan) yang langsung mampu menangkap objek yang ada di sekitar, dan dibarengi dengan daya potensi akal (pikiran). Setiap benda atau keadaan yang ditangkap lewat indranya, dan direkam dalam memori pikiran, seseorang akan mempunyai seperangkat pengetahuan dan pengalaman yang pada saat yang berbeda, meraka dapat menceritakan atau mendeskripsikan dengan bahasanya untuk disampaiakan kepada orang lain. Baik bentuk lisan maupun tertulis, gagasan, atau hasil pemikiran tersebut memberi makna pada diri seseorang tersebut dan juga untuk orang lain.
Kemampuan belajar kognitif ini, realitanya adalah jika seseorang mampu memaksimalkan potensi, pengindraan, pikiran, dan daya ciptanya. Membaca buku teks, membaca alam sekitar dengan penglihatan dan pikiran, adalah khasanah dan sumber ilmu pengetahuan yang tanpa batas. Tentu saja fungsi belajar dinamis dan afektif yang disebut di atas masih ikut terkait dalam proses belajar kognitif ini. Kehendak dan kemauan membaca pemahaman hidup di alam sekitar, adalah suatu energi yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek pembelajaran. Karena objek-objek benda dan alam sekitar ini berbentuk simbol-simbol, dan simbol-simbol tersebut dapat ditangkap dengan behasa, maka fungsi bahasa dalam belajar kognitif ini sangat berarti. Setiap objek benda harus dapat dibahasakan. Maka peningkatan muta berbahasa seorang pelajar, harus benar-benar dibangun dengan pilar kekuatan teknologi pembelajaran bahasa yang sistematis.
Pembahasan belajar kognitif ini, terdapat dua aktivitas yaitu mengingat dan berpikir. Selnjutnya, Winkel (1987:42) menjelaskan mengenai belajar mengingat dan berpikir:
(1). Mengingat, adalah suatu aktivitas kognitif di mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa yang lampau. Terdapat dua bentuk mengingat yang paling menarik perhatian yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mengingat kembali (reproduksi).
(2). Berpikir adalah pengungkapan ide, perasaan, gagasan lewat berbahasa.. Bahasa atau sistematika pembelajaran verbal adalah alat penting dalam berpikir, dan berpikir juga dipandang sebagai percakapan batin. Bahasa internal ini digunakan utuk mewakili pengertian atau konsep-konsep yang terkandung di dalamnya dan akhirnya menghadirkan aneka ragam objek dalam kesadaran; maka menjadi suatu bentuk representasi mental. Yang paling menguntungkan ialah berpikir degan menggunakan konsep-konsep dan lambang-lambang verbal, kerena dengan demikian menusia melepaskn diri dari keterkaitn pada tempat dan wktu, tanpa kehilangan kontak degan realita hidup, karena semua itu telah berada dalam kesadran dalm bentuk representasi mental.

c. Belajar Senso-motorik, ciri khas belajar ini terletak dalam menghadapi dan menangani objek-objke secara fisik, termasuk kejasmanian manusia itu sendiri. Belajar senso motorik pada prinsipnya adalah kemampuan manusia untuk melakukan gerakan otot setiap anggota tubuhnya. Aktivitas manusia seperti gerakan dalam olah raga, menulis, melukis, menari, berbicara, dan sebagainya, adalah aktivitas senso motorik. Dalam konsep pembelajarn ini, peserta didik harus selalu dilatih dan diarahkan pada kejelian menangkap objek yang menimbulkan rangsangan gerakan, guru dalam proses belajar ini harus trampil memberi contoh yang menarik dalam bidang materi ketrampilan psikomotorik.
Aplikasi belajar senso motorik ini, lebih banyak dilakukan pada bidang ilmu ketrampilan dan ketangkasan, seperti olah raga, kesenian, ketrampilan, dan bidang ilmu lain yang membutuhkan praktek lapangan. Dalam belajar ini baik aktivitas mengamati melalui alat-alat indra (sensorik) maupun gerakan dan menggerakkan (motorik) memegang peranan penting.
Dalam belajar ini, fungsi pengamatan harus dibangun dalam kerangka sistem pembelajaran. Pengamatan adalah berfungsi untuk mengenal objek-objek benda yang ada di dunia sekitar. Setiap manusia mengamati suatu objek, akan terjadi kenyataan hidup bahwa adanya benda memang benar-benar ada dan kongkrit. Pengindraan memegang peran penting , karena terjadi kontak langsung dan secara objektif bahwa benda memang ada. Proses belajar pada saat terjadi pengamatan akan muncul dengan sendirinya. Tentu saja, belajar dinamis, afektif ini juga ikut berperan, jika murid ingin berbuat untuk melakukan aktifitas gerakan, atau ketrampilan. Proses belajar bergerak dan ketrampilan ini, diawali dari pengamatan dengan bantuan kehendak, kemauan dan berpikir terdahulu. Gerakan dan ketrampilan yang akan dipola adalah hasil dari gagasan pemikiran.
Oleh karena itu, agar terjadi proses pembelajaran yang produktif, seorng guru diharapkan selalu menunjukkan objek-objek menarik yang merangsang peserta didik untuk aktif melakukan gerakan-ketrampilan, dengan pola pembelajaran terprogram dengan contoh-contoh riill yang dapat diamati secara jelas.

2. Bentuk-bentuk Belajar Menurut Materi yang Dipelajari
Winkel (1987: 50), dalam pembagian belajar menurut materi yang dipelajari, diuraikan dalam bentuk:
a. Belajar teorits.
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi di antara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan. Misalnya konsep ”bujur sangkar” mencakup semua bentuk persegi panjang; iklim dan cuacaberpengaruh terhadap pertumbunhan tanam-tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan species.
b. Belajar teknis
bentuk belajar ini bertujuan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam menangani dan memegang benda-bend serta menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan, misalnya belajar mengetik dan membuat suatu mesin tik. Belajar semacam ini kerap juga disebut belajar motorik. Belajar ini mencakup fakta, seperti siapa yang pertama membuat mesin uap; konsep-konsep seperti arah pemutaran dan transmisi tenaga; relasi-relasi, seperti hubugan antra besarnya energi dan jumlah tenaga yang dihasilkan; struktur, seperti sususnan bagian-bagian dalam motor-mobil; metode-metode untuk memecahkan problem teknis, seperti menari sebab mesin mobil tidak dapat dihidupkan.
c. Belajar bermasyarakat
bentuk belajar ini bertujuan untuk mengekang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersamadan memberikan kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi khidupannya. Belajar ini mencakup fakta, seperti didirikannya badan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk mengatur kehidupan bangsa-bangsa pada taraf internasional; konsep-konsep, seperti solidaritas, penghargaan dan kerukunan; relasi-relasi, seperti hubugan antara penindasan dan pemberontakan; struktur-struktur, seperti dalam badan-badan pemerintahan; metode-metode atau cara-cra kehidupan bersama, seperti sopan santun dan tata cara berpendapat.
d. Belajar estetis
bentuk belajar ini bertujuan untuk membentuk kemampuan menciptakan dan menghayatikeindahan di berbgai bidang kesenian. Belajr ini mencakup fakta, seperti nma Mozart swebgai pengubah musik klasik; konsep-konsep, seperti ritme, tema dan komposisi; relasi-relasi, seperti hubungan antara bentuk dan isi; struktur-struktur, seperti sistematika warna dan aliran-aliran dalam bdang seni lukis; metode-metode, seperti menilai mutu dan originalitas suatu karya seni.
3. Bentuk-bentuk belajar yang Tidak Begitu Disadari
Dalam bergaul dengan lingkungnnya, orang juga belajar banyak hal yang berguna untuk mengatur kehidupanny; misalnya untk hati-hati di jalan, untuk tinggal di belakang jika orang sedang berdesak-desakan, untuk cepat bergerak maju jika warna lampu lalu lintas berganti dari merah ke hijau dan senagainya.
Serigkali juga tidak dpat dijelaskan kapan dan dengan cara bagaimana hal-hal tersebut dipelajari. Dua bentuk yang seringkali ditemukan di sini adalah belajar insidental dan belajar tersembunyi.
a. Belajar insidental
Belajar insidental berlangsung bila orang mempelajari sesuatu dengn tujuan tertentu, tetapi di sampingitu juga belajar hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasaran. Hasil beljr insidental biasanya terbats pada pengetahuan tentng fakta dan data. Belajar insidental dalam bahasa Inggris disebut ”incidental learning” dan berpernn positif; yng disebut ”accidental learning” adalah belajr insidental yang berperanan negatif dan tidk diharapkan terjadi. Misalnya bila siswa tetp menuli kat yang diejasalah dan telah dicoret oleh guru dengan tinta merah.
b. Belajar tersembunyi
Belajar bersembunyi dalam bahasa Inggris disebut ”ltent learning”, juga dipelajari sesuatu tanpa ada intensi tau mksud untuk belajar hal itu, namun tidak danya maksud hanya terdapat pada pihak orang yang beljar. Dalam mengajr di sekolah, guru dapat merencanakan supaya siswa beljar sesuatu tnpa mereka menyadri sedag belajar yang dimaksudkan oleh guru. ***********

Maswan, Dosen, Pembantu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara



IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


Tidak ada komentar:

Posting Komentar