Rabu, 15 April 2009

PROSEDUR BRAINSTORMING KELOMPOK
Oleh: Maswan

Pengalaman yang didapat dari brainstorming dapat digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik terhadap metodologi dan membantu mempertegas penemuan-penemuan penelitian ilmiah ini:
1) pencetusa ide dapat menjadi lebih produktif apabila kritik ditiadakan pada saat itu. Pendidikan dan pengalaman telah melatih para orang dewasa untuk berpikir dengan pebuh pertimbangan, bukannya kreatif. Akibatnya, mereka cenderung meghambat kelancaran arus ide, karena mereka terlalu cepat menerapkan kemampuan kritis mereka. Dengan menunda keputusan, selama pertemuan brainstorming, seharusnya menyadari bahwa mereka pada dasarya dapat memikirkan ide-ide yang lebih baik.
2) Semakin banyak ide, semakin baik. Secara praktis hampir semua pengalaman dengan brainstorming kelompok memperkuat prinsip bahwa dalam pencetusan ide, kuantits menghasilkan kualitas. Setelah beberapa pertemuan, 50 % ide terakhir yang dihasilkan dalam brainstorm ternyata rata-rata lebih mutunya dibandingkan dengan 50 % ide yang pertama.
Kita memperhatikan kecenderungan untuk menggabungkan brainstorming dengan arti psikologi yang tidak tepat. Walaupun prinsip pokok itu tampaknya sudah cukup jelas dan relatif sederhana, tetapi ada sementara ilmuwan yang memberi teori demikian:
“Para ilmuwan mengakui synergitic action sebagai suatu yang berarti bahwa dua benda atau lebih dapat digabungkan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih besar Dari jumlah total bagian –bagian individu iru, seperti dua ditambah dua sama dengan lima (2+2 =5). Demikian juga brainstorming kelompok dapat memberikan synergistic action semacam itu.
Brainstorming dapat juga meningkatkan persepsi ekstra normal dri sifat intuitip psikis. Dan juga kadang dapat menghasilkan sesuatu yang dapat menyelesaikan intuitip untuk suatu problem yang relatif mendasar.
Dr. Richard Youtz Dari Universitas Columbia, mengadakan survey yang melelahkan tentang percobaan-percobaan psikologis yang mempunyai hubungan cukup berarti dengan prinsip-prinsip brainstorming. Beberap tes yang dilaporkan itu berkaitan dengan dua penghalang yang cenderung menghalangi pencetusan ide dalam tipe pertemuan yang konvensioanal, frustasi dan fiksasi atau kekuatan fungsional.
Penelitian yang dilakukan oleh Prof. S.M. Moshin, menunjukkan, ”pengaruh frustasi terhadap tingkah laku, dalam pemecahan masalah. Satu hal, penelitian ini menunjukkan bagaimana perasaan rendah diri dapat sangat menghambat hasil kerja yang kreatif. Karena brainstorming tidak mengandung faktor-faktor yang mempunyai kecenderungan meningkatkan emosi semacam itu, maka metode ini tidak saja merupakan rasa frustasi sampai titim minum, tetapi malah membangun rasa percaya diri.
Beberap percobaan Youtz, membahas soal faktor-faktor yang mempunyai kecenderungan untuk meningkatkan ‘kekuatan fungsional’ dan ‘rigiditas! (kekuatan). Penghalang-penghalang pencetusan ide ini diturunkan dampai titik minum dengan menggunakan peraturan free-Wheeling yang sangat diperlukan dalam mengatur setiap pertemuan brainstorming. Lebih lanjut Dr. Youtz memveri komentar, ”pertemuan-pertemuan yang didasarkan pada percobaan ini mendukung anggapan bahwa proses judicial harus ditahan dulu sampai tercapai penyelesaian sementara.”
Walaupun evaluasi psikologis dalam brainstorming kelompok merupakan hal yang penting, tetapi ada sebagian orang memberikan rekomendasi bahwa hal ini dinilai secara komperatif dan pragmatis , hanya sebagai cara yang dapat dikerjakan untuk pembuatan ide-ide yang lebih banyak dan lebih baik yang dilakukan bersama-sama, dibandingkan dengan yang mungkin dihasilkan melalui tipe pertemuan biasa, dimana pertimbangan judicial menghambat imajinasi kreatif.
Komposisi Brainstorming Kelompok
Jika brainstorming kelompok digunakan sebagai suatu operasi yang terus menerus, maka jumlah panelis yang diinginkan dapat ditentukan lebih dulu. Berdasarkan pengalaman yang banyak dapat ditentukan bahwa ukuran yang optimum adalah lebih kurang dua belas orang.
Bahkan jumlah yang sekian itupun tampaknya, ada pertentangan pendapat. Berdasarkan dari pengamatan Prof. Robert F. Beles jumlah anggota diharapkan ganjil. Alasannya, dia mengusulkan jumlah ganjil dengan tujuan untuk mendapatkan suara moyoritas, dan dengan demikian menghindari dua kelompok dengan jumlah yang sama. Alasan ini jelas berhubungan dengan pertemuan untuk pengambilan keputusan tetapi hal ini tidak perlu dimasukkan dalam pertemuan idiasi (Produksi ide) dimana evalusi selalu dihindari.
Ide-ide yang dihasilkan oleh brainstorming kelompok harus selalu diamati dan diproses pada pertemuan selanjutnya, dan lebih afdol diproses dengan pertemuan yang angotanya lain dari mereka yang telah menghasilkan ide itu. Karena pertemuan lanjutnya, akan memberikn penilaian dan kadang-kadang juga memutuskan, maka diterapkan jumlah anggota yang ganjil. Dan jumlahnya yang ideal adalah lima, dalam kasus seperti itu.
Kelompok yang idealis harus terdiri dari seorang pemimpin, seorang pemimpin gabungan (asociate leader), kira-kira lima anggota tetap atau anggota inti, dan kira-kira lima orang tamu. Kelima anggota inti ini bertindak sebagai pembuka langkah dan mereka itu haruslah orang-orang yang telah terbukti dirinya memiliki kemudahan dalam pengajuan usul di atas rata-rata orang biasa.
Pada umumnya, kelompok tamu yang diundang dalam setiap pertemuan haruslah merupakan orang yang berbeda-beda. Tetapi tetunya mereka ituharuslah orang-orang yang diharapkan untuk secara aktif memberikan partisipasinya, tidak hanya mengamati saja.
Pergantian panelis tamu, sangat diperlukan. Kelompok yang selalu bersama-sama dalam waktu yang terlalu lama akan cenderung mengembangkan suatu pola pemikiran yang kaku, sehingga seorang anggota hampir selalu dapat mengetahui reaksi dari anggota lain. Oleh karena itulah, kita mencoba untuk tetap merubah wajah-wajah dari kelompok dalam pertemuan brainstorming.
Sifat problem yang harus diselesaikan, akan membantu untuk menentukan tamu yang diundang. Misalnya, jika persoalannya berkaitan dengan senapan berburu, selayakya diundang orang-orang yang mempunyai pengalaman berbutu untuk berpartisipasi. Dan sebagainya.
Kaum wanita juga ikut menarik perhatian dalam brainstorming. Diantara kita telah menyadari bahwa keuntungan untuk mengikutsertakan wanita dalam setiap kelompok, karena biasanya gadis-gadis akan mencoba untuk mengungguli pra pria, atau sebaliknya. Dan ini cenderung meningkatkan suatu persaingan ekstra yang akan merangsang keluarnya ide-ide.
Pengalaman juga memberikan peringatan, bahwa satu kelompok panel harus terdiri dari orang-orang yang pada dasarnya mempunyai tingkatan yang sederajat. Jika dalam kelompok itu ada pejabat yang ebih berkuasa, panelis cenderung dengan mimikmuka atau hal lain membuat rasa rendah diri (inferiority complek). Dan dengan demikian akan menghambat free-wheeling.
Prosedur Pendahuluan
Pemimpin panel sebelumnya harus diberi latihn untuk jabatan yang dipegangnya. Idealnya, dia harus mengikuti kursus atau paling tidak harus mempelajari dengan tekun prinsip-prinsip dan prosedur yang sudah ditetapkan.
Setelah mendapatkan pengetahuan mengenai dasar-dasar brainstorming, masing-masing pemimpin panel itu lebih dahulu harus mengembangkan pertemuan dimana dia memberikan usulan penyelesaian problem. Kemudian jika arus ide telah menurun, pemimpin dapat memberikan arus gabungan dengan menginterpolarisasikan ide-idenya sendiri. Dan di pihak lain, dia harus selalu menahan dirinya bila ada panelisnya yang ingin mengajukan pendapat.
Pemimpin juga harus siap memberikan petunjuk-petunjuk melalui klasifikasi atau kategori tertentu. Misalnya, seorang pemimpin dapat mengatakan, ”Marilah kita mencari ide-ide mengenai problem ini dalam bidang anu.”
Tugas utama seorang pemimpin dalam memulai suatu pertemuan adalah memproses problemnya. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa problem itu adalah problem yang khusus bukan umum. Kalu problemnya terlalu luas, maka harus dapat dipecah-pecah menjadi sub problem. Misalnya, ”Bagaimana cara memperkenalkan serat sintesis baru.” Ini merupakan problem yang terlalu luas. Problem ini harus dipecah-pecah, paling tidak menjadi tiga sub problem, seperti: 1) ide-ide untuk memperkenalkan serat baru itu pada para penenun dan pemintal. 2) ide-ide untuk memperkenalkan serat baru itu pada rumah mode dan tukang potong. 3) Ide-ide untuk memperkenalkan serat itu pada pengecer.
Prinsip penuntunnnya adalah bahwa sebuah problem haruslah sederhana bukanlah kompleks. Kegagalan dalam mempersempit problem menjadi target tunggal dapat merusak keberhsilan pertemuan brainstorming. Di pihak lain, setelah pertemuan yang diadakan semata-mata untuk memecah-mecah problem yang luas menjadi komponen yang spesifik berhasil, maka pertemuan selanjutnya diadakan untuk menghasilkan ide-ide mengenai sub problem dan satu sub problem untuk setiap pertemuan.
Dengan kata lain, pendifinisian tujuan seringkali sudah berarti memecahkan separuh persoalan. Pertma-tama kita harus mencoba memecah problem menjadi komponen-komponennya. Kemudian, kita harus menjadikan setiap sub problem itu menjadi suatu pertanyaan yang sudah tertentu. Faktor-faktor dalam pemrosesan problem secara tepat, harus diusahakan. Penerapan faktor-faktor itu dalam brainstorming kelompok bahkan lebih vital, dibandingkan dengan penerapannya dalam ideasi individual.
Seperti apa yang telah disebutkan, pemimpin panel juga harus mempersiapkan persyaratan bagi para peserta baru untuk pertemuan pertama mereka. Untuk tujuan ini, biasanya digunakan praktek ’pemanasan’(maem-up), pada saat pembukaan pertemuan. Beberapa latihan memerlukan problem sederhana yang tidak mempunyai hubungan dengan pokok persoalan dari pertemuan brainstorming-brainstorming itu, persoalan itu seperti: ”Bagaimana memperbaiki celana pria.’
Para pemimpin panel, pertama-tama harus memilih para personelnya. Kemudian, setidak-tidaknya dua hari sebelum pertemuan, para peserta diundang, dan mereka harus diberi copy memo (background) yang panjangnya tidak lebih dari satu halaman.
Tujuan ganda dari memo ini adalah untuk menyesuaikan diri para penelis terhdap problem, dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menekuni problem itu: dengan demikian memungkinkan adanya mas inkubasi untuk mempertinggi kerja asosiasi. Dalam sebuah memo yang khas untuk tujuan ini, yang disebarkn dengan tanda tangan pemimpin panel, paragrap pertamanya mungkin dapat berbunyi sebagai berikut: “Problem yang akan kita selesaikan adalah, produk baru apa yang belum ada, tetapi diterapkan oleh rumah tangga? Inilah kesempatan untuk kita pikirkan semua alat-alat, yang kita rasa akan membuat kehidupan dalam rumah tangga semakin menyenangkan.” Pertemuan brainstorming dengan memo, sebagai latar belakang benar-benar perlu diadakan.
Dengan gambaran diatas, kiranya dapat disimpulkan bahwa: Tugas pertama pemimpin dalam suatu pertemuan adalah meneliti problem dan meyakinkan bahwa problem itu adalah problem yang sederhana dan spesifik, bukan merupakan problem pelindung, seperti bunyi: ”Bagaimana cara memenangkan perang dingin?.”
Tujuan dasar dari brainstorming adalah mengumpulkan alternatif ide sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, problem yang memberikan banyak kemungkinan ’jawaban’. Jangan menggunakan brainstorming untuk problem-problem yang menuntut nilai pertimbangan, seperti: ”Kapan waktu terbaik untuk mulai mengajar matematika?.”
Setelah satu problem spesifik ditentukan, pemimpin panel harus mempersiapkan memo satu halaman yang menerangkan latar belakang problem, meyatakan problemnya dengan istilah yang sangat sederhana, dan menyebutkan sedikitnya dua contoh tipe ide yang mungkin dicari.
Kemudian ketua atau wakil ketua memilih personelnya. Para peserta harus diberi tahu, paling lambat dua hari sebelum pertemuan, dan secara serempak mereka diberi copy dari memo ’Back ground’.
Sebelumnya ketua panel harus mengembangkan usul penyelesaian problem milik mereka sendiri. Seandainya pertemuan itu mengalami kelambatan atau keluar dari jalur, para pemimpin dapat memberikan gabungan ide-ide dengan memberikan beberapa ide mereka sendiri.
Pemimpin panel juga harus mempersiapkan petunjuk-petunjuk melalui klasifikasi atu kategori tertentu. Banyak pemimpi yang telah menyadari bahwa pertnyaan-pertanyaan yang mendorong munculnya ide seperti pertanyaan dibawah ini akan sangat membantu:
Put to Othe Uses? (cara penggunaan yang baru?) Mengubahnya? (apalagi yag seperti ini? Ini mengusulkan ide yang bagaimana lagi?) . Memodifikasinya? (mengubah arti, warna, gerakan, suara, bau, rasa, bentuk, rupa? Perubahan yang lain?) memberi tambahan? (Apa yang mesti ditambahkan? Memperbesar frekuensi? Memperkuat? Memperbesar? Menambahkan bahan-bahan? Melipatgandakan?) Memperkecil? (Apa yang harus diperkecil? Dihilangkan? Dihapuskan? Diperringan? Diperlambat? Memecahkannya? Mengurangi frekuensinya?) Mengadakan penggantian? (siapa lagi penggantinya? Tempat yang mana lagi? Kapan lagi?). Menyusun kembali? (Lay put yang lain? Urutan yang lain? Merubah langkah yang diambil? Membalikya? (Kebalikannya? Menelungkupkannya? Membaliknya dengan bagian bawah dan atas? Membaliknya dengan bagian luar dan dalam?) Menggabungkan? (Bagaimana dengan suatu perpaduan, pencampuran? Mengkombinasikan tujuan? Mengkombinasikan ide-ide?).
Pelaksanaan Pertemuan
Pertemuan harus dimulai dengan penjelasan lebih lanjut mengenai problemnya dan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.
Kemudian pemimpin harus menyampaikan empat aturan dasarnya (seperti yang disebutkan dalam bab sebelumnya). Barulah pemimpin meminta usul-usul. Para peserta tidak dibiarkan membaca sederetan ide-ide yang mungkin telah dipersiapkan untuk disampaikan dalam pertemuan itu. Setiap kesempatan peserta brainstorming hanya boleh mengajukan satu ide saja, jika tidak, kemajuan yang akan dicapai akan terhalang, karena kesempatan bagi ’boncengan’ akan terhapuskan.
Pemimpin, secara khusus harus memberikan dorongan semangat terhadap ide-ide yang terpercik karena ide sebelumnya. Reaksi berarti, sangat berharga sehingga para panelis diminta untuk menjentikkan jari kepada mereka pada saat mengangkat tangan bilamana mereka menjumpai ide ’boncengan’ semacam itu. Jika ada beberapa tangan yang diangkat, maka pemimpi memberikan kesempatan pertama pada mereka yang menjentikkan jari dan tangan demikian kemampuan asosiasi dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Seorang sekretaris harus ditunjuk untuk mencatat ide-ide yang dihasilkan dari pertemuan. Duduk sekretaris disebelah pemimpin, sehingga ia langsung berhadapan dalam garis percakapan antara pemimpin dan peserta. Laporan ditulis dalam bentuk laporan, bukan kata demi kata.
Bagaimana pun juga, setiap ide harus diberi nomor yang berurutan selama pertemuan. Hal ini memungkinkan pemimpin untuk mengetahui berapa banyak ide yang diajukan untuk point tertentu dalam pertemuan tersebut, dan saat mana dan kapan pemimpin memberi penekanan. Misalnya, dengan kalimat: ”Mari saudara-saudara, kita buat 10 ide lagi,” atau ”Mari kita pecahkan nomor 5,” atau juga ”Mari kita masing-masing mengajukan satu ide lagi, sebelum kita akhiri pertemuan ini,” rangsangan semacam ini sering berhasil mendapatkan beberapa ide-ide baru yang menghidupkan kembali rantai ide-ide lain yang lebih baik.
Tidak ada saru idepun yang dinyatakan dengan nama orang yang mengusulkannya. Karena ide yang sama mungkin sebelumya sudah dipikirkan oleh panelis yang lain, atau ide yang langsung dihasilkan dari usul yang diajukan oleh seseorang panelis beberapa saat sebelumnya. Kebutuhan akan keserasian kelompok lebih berat dari kepentingan penghargaan yang diberikan pada individu.
Mengenai berapa lama kegiatan pemecahan ide harus berakhir. Dari pengalaman memperlihatkan bahwa 30 menit adalah rencana waktu yang terbaik. Akan tetapi, beberapa pemimpin yang berhasil mengusulkan waktu 15 menitatau kurang, sementara para pemimpin yang lain tetap melangsungkan pertemuannya sampai aliran ide menjadi sangat lamban.
Dr. Sidbey J. Parnes, adalah orang yang mempunyai pengalaman dalam mengadakan pertemuan brainstorming, Ia mengatakan, ”Ternyata pertemuan selama 30 s.d. 45 menit adalah waktu yang paling baik. Jika diperlukan waktu lebih lama lagi, sebaiknya problem dipecah menjadi pertanyaan yang lebih kecil yang dapat dikerjakan dalam waktu 45 menit pertemuan. Jika watunya terlalu singkat, para penelis cenderung hanya memberikan usul-usul yang dangkal dan yang lebih jelas-jelas saja. Biasanya tingkat yang kemudianlah, mereka mulai menggali lebih dalam lagi dan menyajikan ide-ide yang relatif lebih unik dan secara potensial lebih dapat digunakan.”
Dalam tipe idiasi yng dilakukan terus menerus, ternyata bahwa kecepatan mengalirnya ide cenderung menigkat.
Bukti Mengenai Produktifitas Ide
Keuntungan Tek Langsung dari Brainstorming
Walaupun tujuan utama pertemuan brainstorming adalah untuk menghasilkan ide-ide, tetapi juga dapat menghasilkan hasil sampingan yang banyak. Pertemuan itu dapat digunakan sebagai alat untuk memperbaiki moral, dapat memberikan metode untuk mengetahui apa yang dipikirkan orang megenai problem-problem pengawasan; dan dapat membantu para pengawas untuk meningkatkan saling pengertian diantara mereka. Pertemuan ini tampaknya dapat memberi respek baru terhadap setiap orang. Dan hal tersebut dapat memberi pengalaman yang berharga dan menambah pengetahuan yang berharga.
Salah satu hasil sampingan pertemuan itu adalah kegembiraan. Kitayang benar-benar mengikuti brainstorming, pada akhir pertemuan akan merasa gembira, tetapi biasanya timbul kelelahan. Ya, ini memang meruapakan suatu pengalaman yag melelahkan., tetapi menggembirakan. Pertemuan biasa lainnya jauh tidak melelahkan. Hal ini karena perbedaan masalah yang dihadapi dalam kedua pertemuan tersebut. Andaikan dibandingkan, ini seperti permainan olah raga golf dan tenis. Pada permainan golf kita hanya berjalan santai-santai saja, tetapi dalam permainan tenis kita akan berlari kesana kemari, dan akan berkeringat. Dan itulah, makanya brainstorming merupakan pertemuan berat yang melelahkan dan mengasikkan.
Pengaruh yang paling berharga terhadap para peserta pertemuan adalah meningkatnya inisiatif mereka. Kadang-kadang mereka datang pada pertemuan brainstorming yang pertama dengan imajinasi yang lemah. Sebagai hasil dari pengalaman mereka dalam brainstorming, menjadi lebih bersemangat untuk memcahkan problem dengan lebih giat dan sekaligus lebih kreatif.
Nilai tak langsung lainnya adalah bahwa sistematika yang digunakan dalam brainstorming kelompok dapat membantu mengatasi kegagalan yang berguna untuk memikirkan perbikan-pebaikan yang memang harus dilakukan.
Kemungkinan saja bahwa ide itu sudah mulai digunakan, misalnya untuk menghemat uang pembayaran pajak, jika rencana operasionalnya menggunakan brainstorming kelompok secara sistematis.
Walaupun brainstorming kelompok mempunyai kebaikan yang banyak, tetapi ideasi yang dilakukan secara individu biasanya lebih dapat digunakan dan dapat sama produktifnya. Sebenarnya metodologi yang ideal dalam pemerolehan ide merupakan pemecahan melalui tiga tataran.
(1) Ideasi individual, (2) Brainstorming kelompok, (3) Ideasi individual. Dan tentu saja, tiap-tiap prosedur ini dapat produktif apabila prinsip penundaan pengambilan keputusan diikuti secara konsisten (ajeg).
Dan harus diakui bahwa kadang-kadang pemakaian program brainstorming kelompok menjadi suatu kegiatan yang terlalu dibesar-besarkan, tetapi akhirnya gagal. Hal ini biasanya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Kegagalan operasi, gagal mengikuti prosedur-prosedur yang didasarkan pada pengalaman yang terlampau lama.
2. Mengharap terlalu besar, tidak menyadari bahwa keajaiban tidak selalu terjadi.
Singkatnya, kita dapat menempatkan brainstorming kelompok pada kedudukannya sendiri. Karena hal ini hanya merupakan satu fase Dari pemilihan ide dan hanya merupakan salah satu fase dari proses kreatif pemecahan masalah.
Kita harus selalu ingat bahwa brainstorming kelompok adalah untuk digunakan sebagai pelengkap; bukannya sebagai pengganti dan khususnya dalam ketiga cara berikut ini:
1. Sebagai pelengkap terhadap ideasi individual. Usaha individual merupakan faktor yang penting dalam pemecahan masalah secara kreatif. Pertemuan brainstorming jangan dianggap sebagai pengganti usaha semacam itu. Brainstorming kelompok semata-mata berfungsi sebagai suatu sumber pelengkap; suatu ide alat untuk mengapatkan ide-ide yang berupa-rupa banyaknya dan secara potensial dapat digunakan dalam waktu yang sedini mungkin.
2. Sebagai pelengkap pertemuan konvensional. Pertemuan yang biasa memerlukan pertimbangan, baik dalam semangat maupun fungsinya, dan karenanya pertemuan ini secara relatif tidak produktif dalam menghasilkan ide. Ini tidak berarti bahwa pertemuan brainstorming harus menggantikan pertemuan konvensional. Tetapi ini hanya berarti bahwa pertemuan konvensional dapat lebih menguntungkan jika dilengkapi dengan brainstorming, apabila creative thinking merupakan tujuan yang utama.
3. Sebagai pelengkap latihan kreatif. Dalam lebih dari seribu kursus kreatif thinking, braistorming kelompok dugunakan sebagai salah satu metode pengajaran. Tipe demonstrasi diri sendiri ini lebih banyak berjasa untuk meningkatkan sikap yang lebih kreatif dan untuk mengembangkan kelancaran keluarnya ide. Lagi pula, partisipasi dalam pertemuan brainstorming dapat membantu memperbaiki rata-rata kemampuan kreatif seseorang, tidak hanya dalam usaha kelompok, tetapi juga dalam usaha individual.
Kita juga harus ingat batasan-batasan lebih lanjut mengenai brainstorming kelompok berikut ini:
1. Pertenmuan yang dapat menghasilkan jawaban akhir, tetapi jika problemya hanya problem yang sederhana.
2. Pertemuan yang dapat menunjukkan bagian-bagian penting suatu rencana. Sebuah contoh mengenai hal ini adalah program baru untuk Fakultas Farmasi di Universitas Colombia. Dalam hal ini, sebuah rencana yang sempurna berasal dari 350 ide yang dihasilkan dari brainstorming.
3. Pertemuan yang dapat menghasilkan daftar cek. Daftar cek semacam itu dapat digunakan sebagai petunjuk kerja untuk memberikan rangsangan lebih lanjut terhadap pemikiran konstruktif.
4. Pertemuan yang dapat memberikan pendekatan-pendekatan pada pemecahan problem selanjutnya. Hal ini khususnya benar apabila problemnya kompleks. Dalam kasus semacam itu, brainstorming dapat memberikan cukup banyak ide-ide, sehingga jalur yang paling memberikan harapan menuju pemecahan akhir dapat lebih cepat ditemukan, akhirnya dapat menghasilkan uang dan juga waktu.




**************OOO************

Maswan, dosen, Pembatu Dekan (PD III) Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Kontak person : 081325702426, Email. Maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang.
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara


IDENTITAS PENULIS:

Nama : Maswan
Tempat/tgl lahir : Jepara, 21 April 1960
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan : S2 Magister Manajemen
Alamat Rumah : Jerukwangi RT 01/RW VII Bangsri Jepara 59453
Alamat Kantor : INISNU Jepara, Jl. Taman Siswa (Pekeng)Tahunan Jepara
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara Telp/Fax (0291)593132.E-mail:inisnujpa@yahoo.co.id,http\\ www.inisnujepara.ac.id
Kontak person : 081325702426, email: maswan.drs@7gmail.com
Pengalaman menulis: 1. Menulis beberapa artikel dan resensi buku yang terbit di bebepa surat kabar.
2. Menulis beberapa judul buku
Pengalaman bidang Jurnalistik:
1. Pernah menjadi Wartawan dan pengelola surat kabar kampus IKIP Malang (Universitas Negeri Malang).
2. Ketua penyunting Jurnal Ilmih Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara




Tidak ada komentar:

Posting Komentar